Chapter 13

26 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Hujan mulai mengguyur Kota Cantessa.

Hari ini Chiara harus pulang kerja lebih cepat karena dipecat dari tempat kerjanya atas permintaan Tuan Eryk yang tidak lain adalah Pangeran Eryk yang namanya tidak dikenalnya. Dia merasa lelah meskipun tidak bekerja hingga malam. Setelah turun dari bus antar distrik di depan gapura distrik kota mati, dia memakai payungnya lalu berjalan menuju pemukiman distrik kota mati.

Lampu jalanan yang redup, jalanan aspal yang dipenuhi lubang, dan sepi yang melanda distrik kota mati bukan hal yang asing lagi baginya. Tempat yang lebih menyeramkan dari pada makam itu sudah menjadi rumahnya sejak dia harus kehilangan ayahnya.

"Chiara," panggil seorang laki-laki di halte yang sudah tidak terpakai lagi dengan setelan jas rapi bahkan memakai jas mantel panjang musim dingin. Setelan itu jelas seorang bangsawan.

Perlahan Chiara menghampiri.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Chiara saat mengenali orang yang sangat dihindarinya, yaitu Bangsawan Wyatt.

"Ada yang harus aku bicarakan denganmu."

"Bicaralah."

"Aku mendaftarkan namamu diurutan pertama menjadi sukarelawan yang akan dikorbankan pada Pangeran Eryk."

Chiara terbelalak lebar.

"Besok pagi akan ada yang menjemputmu," lanjut Bangsawan Wyatt.

"Kau gila!" bentak Chiara keras. Beruntung hujan meredam suaranya.

"Tidak ada penolakan. Nama Ayahmu yang akan aku pertaruhkan."

Chiara seketika bungkam.


^^^


Bibi Ingrid mengiringi Pangeran Eryk menuju motor besarnya. Hari ini Pangeran Eryk sudah kembali kuliah lagi.

"Pulanglah tepat waktu, akan ada sukarelawan yang datang." Bibi Ingrid memberitahukan.

"Kau yakin ini akan berhasil?"

"Dicoba dulu, Eryk."

"Ya, ya, baiklah."

Pangeran Eryk segera meluncur ke kampusnya.

Sedangkan Bibi Ingrid tetap berdiri di sana. Dia menunggu sukarelawan pertama. Tidak berselang lama, sebuah mobil mewah miliknya dari kediaman pribadinya yang berada di pusat kota di distrik kerajaan tiba. Seorang perempuan keluar dari dalam mobilnya, yang tidak lain adalah Chiara.

"Selamat datang," sambut Bibi Ingrid.

"Aku... mengenali wajahmu." Kata Chiara berhati-hati.

Bibi Ingrid tersenyum.

"Anda, Bangsawan Ingrid."

"Ya, benar."

"Kenapa Anda berada di sini? Bukankah kediaman Anda ada di pusat kota distrik kerajaan?" Chiara jadi ingin tahu.

"Aku yang bertanggung jawab atas sukarelawan yang dikorbankan untuk membantu Pangeran Eryk. Aku akan berada di sini jika sedang bertugas dan akan kembali ke kediaman pribadiku jika tugasku di sini sudah selesai." Bibi Ingrid menjelaskannya dengan tenang.

Chiara menelan ludah saat mendengar nama Pangeran Eryk.

"Mari," Bibi Ingrid membimbing Chiara masuk.


^^^


Ketika pintu utama dari menara kastil kerajaan terbuka, Chiara hanya melihat ada sebuah kotak besar yang dikelilingi dinding kaca.

"Itu, garasi kendaraan milik Pangeran Eryk." Kata Bibi Ingrid.

Chiara hanya menganggukkan kepala sambil mengikuti Bibi Ingrid masuk ke dalam kotak besar yang pintunya terbuka. Ternyata kotak itu adalah lift. Mata Chiara terbelalak saat melihat hanya ada dua tombol bertulisan B dan angka 20 di dalam lift tersebut. Tidak lama kemudian, pintu lift terbuka.

Terdapat dua orang pelayan perempuan sudah menunggu di depan lift. Keduanya membungkukkan badan. Chiara jadi ikut membungkukkan badan. Saat keluar lift, dia terpaku melihat lorong panjang yang dikelilingi kaca. Tanpa kata, dia mengikuti Bibi Ingrid hingga masuk ke dalam salah satu kaca.

Matanya terbelalak melihat ruangan yang sangat luas dengan furnitur modern serba kaca dan berwarna hitam. Ada sofa mewah, ada televisi besar, ada bar kecil, ada banyak rak pakaian baju perempuan yang dipenuhi dengan gaun-gaun mewah, ada ruang ganti, dan masih ada beberapa ruangan lainnya yang tidak dikenalnya.

"Ikuti aku," kata Bibi Ingrid.

"Baik," jawab Chiara patuh.

Chiara memasuki ruang ganti yang luas mengikuti Bibi Ingrid.

"Buka bajumu," lanjut Bibi Ingrid.

"Apa?" Chiara terkejut.

"Aku harus memeriksa tubuhmu," jelas Bibi Ingrid.

"Aku tidak membawa benda berbahaya," kata Chiara membela diri.

"Bukan itu, tapi tubuhmu. Buka saja."

Chiara terpaksa membuka bajunya dan hanya menyisakan bra dan celana dalamnya yang berwarna hitam polos.

Bibi Ingrid menghela napas.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

04/05/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang