Chapter 48

15 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Leon terkejut melihat Pangeran Eryk datang ke rumahnya yang berada di distrik kemajuan di pukul delapan pagi, bahkan matahari belum menunjukkan diri. Terlebih lagi dengan wajah pucat.

"Kau baik-baik saja?" sambar Leon yang langsung menghampiri Pangeran Eryk.

"Aku membutuhkan perawatan," jawab Pangeran Eryk lemah.

Leon segera menggamit lengan Pangeran Eryk.

"Kau harusnya datang ke rumah sakit bukan ke rumah pemancingan," omel Leon jadi kesal bercampur khawatir.

"Aku ingin dirawat di sana," tunjuk Pangeran Eryk ke salah satu saung pondokan kecil yang berbaris rapi di tepian danau pemancingan milik keluarga Leon.

Leon mendengus. Dia langsung paham. Kemudian, dibawanya Pangeran Eryk ke saung pondokan yang berada di ujung. Tempat itu yang paling terbuka dan sangat gersang jika matahari sudah muncul. Itu adalah tempat yang selalu dipilih oleh Pangeran Eryk jika berkunjung di pemancingan keluarga Leon.

Pangeran Eryk duduk di kursi yang menghadap matahari.

"Aku ambilkan minuman hangat dulu," kata Leon yang segera pergi.

Punggung Pangeran Eryk masih terasa ngilu meskipun sudah tidak sesakit seperti tadi malam saat hujan disertai kilat dan gemuruh.

Aku membenci hidupku.

Keluh Pangeran Eryk dalam hati.

Tidak lama kemudian, Leon datang membawa minuman hangat dan kue untuk makanan pendamping.

"Terjadi sesuatu, kan?" tebak Leon di sela mengesap minuman hangatnya.

"Hem..."

"Kenapa? Apa karena Ava akan dijodohkan dengan Putra Mahkota?" lanjut Leon. "Berita tentang perjodohan Putra Mahkota sudah ditayangkan di televisi." Tambahnya.

Pikiran Pangeran Eryk semakin penuh.

"Seluruh rakyat Kota Cantessa sedang menyiapkan diri jika memang harus kehilangan Putra mahkota Rhys," ujar Leon yang terlihat sedih. "Dan juga Putri Illona..." lanjutnya yang tidak melengkapi kalimatnya.

Pangeran Eryk memejamkan mata. Dia tidak ingin membayangkannya. Itu pasti menyakitinya.

"Jika Kota Cantessa harus berbela sungkawa, maka Pangeran Adelmo yang naik menggantikan posisi Putra Mahkota kerajaan. Apa kau baik-baik saja jika Ava dijodohkan dengan salah satu dari mereka?" Leon bersuara lagi.

"Hentikan omong kosongmu, Leon." Respon Pangeran Eryk.

"Kenapa? Apa kau galau karena Michalina juga?"

Bibir Pangeran Eryk mengembang dengan mata yang masih terpejam.


^^^


Hari ini adalah hari minggu.

Michalina sedang menemani ayahnya pergi ke pasar, rutinitas mingguan yang dilakukan ayahnya sambil memonitori penghuni di distrik kota mati yang mengadakan pasar tradisional hanya seminggu sekali.

"Bagaimana kuliahmu? Baik-baik saja?" tanya Xander – ayah Michalina.

"Ya, begitulah." Michalina tampak tidak bersemangat.

"Ada apa? Apa kamu di-bully, hah?"

Michalina tersenyum.

"Aku tidak selemah itu," sambar Michalina membela diri.

Xander jadi tersenyum bangga.

"Ada laki-laki yang menarik perhatianmu?" lanjut Xander.

Michalina menoleh seketika.

"Bagaimana Ayah bisa tahu?" tanya Michalina balik.

"Aku ini Ayahmu, Micha. Aku tahu meskipun hanya dengan perubahan kecil padamu. Sebelumnya kamu banyak tersenyum tapi akhir-akhir ini kamu terlihat muram. Ada apa? Laki-laki itu tidak baik padamu?" jelas Xander.

"Dia baik padaku, tapi sepertinya aku yang salah mengartikannya."

Xander menoleh menatap Michalina.

"Kamu yang menyukainya," kata Xander. "Ternyata, putriku sudah besar, ya." Lanjutnya sambil tersenyum.

"Jangan mengejekku, Ayah." Michalina jadi kesal.

Xander tersenyum lebar.

"Siapa laki-laki beruntung yang sudah disukai putriku, hah?"

"Namanya, Eryk. Dia keturunan dari Bangsawan Ingrid."

Xander menegang seketika mendengarnya.


^^^


Mata Chiara memandangi foto Pangeran Eryk yang ada di kediaman Bibi Ingrid. Di dalam foto itu Pangeran Eryk tengah tersenyum lebar. Ketampanan yang tiada duanya di Kota Cantessa sempat membuat Chiara lupa bahwa pemilik dari paras wajah itu yang selalu merugikannya setiap kali bertemu.

"Eryk adalah anak dari kakakku, Ingrid IV dan aku Ingrid V. Setelah melahirkan Eryk, kakakku meninggal. Jadi, aku yang mengambil hak asuhnya. Dia tumbuh sediiikit arogan, mungkin karena aku tidak bisa menggantikan sosok ibu baginya." Bibi Ingrid bersuara dari arah belakang Chiara.

Chiara langsung membalikkan badan.

Bibi Ingrid berbohong lagi. Pangeran Eryk bukanlah anak dari kakaknya yang sudah meninggal melainkan anak dari Ratu Olivia. Kebenarannya adalah fakta bahwa memang Bibi Ingrid yang mengasuh Pangeran Eryk sejak lahir. Itu sudah menjadi tanggung jawab garis keturunan keluarga Bangsawan Ingrid untuk mengasuh si bungsu kerajaan.

"Maaf, Chiara, jika Eryk-ku selalu membuatmu kesulitan." Lanjut Bibi Ingrid menunjukkan ketulusannya.

Itu membuat Chiara seketika luluh.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

26/08/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang