Chapter 45

18 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Malam ini sebelum kembali ke kastil kerajaan, Stefan menemani putrinya pergi tidur. Dia memang selalu melakukannya setiap malam sambil berdongeng agar putrinya cepat terlelap.

"Aku ingin mendengar dongeng tentang Kota Cantessa, Ayah." Pinta Eliana, putri Stefan.

"Kamu belum genap enam tahun, Eliana. Kamu belum cukup umur untuk mendengarkan dongeng Kota Cantessa. Ingat, itu adalah peraturannya."

"Ayolah, Ayah. Aku ingin mendengarnya." Eliana merengek bahkan air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya.

Stefan pun menyerah.

"Baiklah, tapi kamu tidak boleh menceritakannya pada siapa pun sampai umurmu genap enam tahun. Mengerti?" Stefan menekankan sambil mengedipkan mata.

Eliana menyengir bahagia.

"Dulu, Kota Cantessa sama seperti kota-kota lainnya yang ada di Negera Eropa. Tapi setelah mendapatkan kutukan, Kota Cantessa menghilang dari peta dan tidak dapat ditemukan oleh orang di luar Kota Cantessa. Tidak ada lagi salju ataupun empat musim lainnya. Hanya ada hujan, kilat, dan gemuruh. Matahari pun hanya muncul selama tiga jam setiap harinya." Stefan memulainya.

Wajah imut Eliana yang sedang serius tampak semakin menggemaskan.

"Kalau Kota Cantessa menghilang dari peta, bagaimana Putri Illona bisa melanjutkan sekolahnya di Negeri lain? Nenek juga bilang kalau Putra Mahkota Rhys sekolah di Negeri lain sama seperti Putri illona." Tanya Eliana polos.

"Setiap rakyat Kota Cantessa bisa keluar dari Kota Cantessa kapan pun, tapi tidak akan bisa kembali lagi ke Kota Cantessa jika sudah keluar. Berbeda dengan anggota keluarga kerajaan, mereka bisa keluar dan kembali kapan saja, karena mereka sudah terikat dengan Kota Cantessa yang dikutuk."

"Begitu?"

Stefan menganggukkan kepala sambil merapikan helaian rambut Eliana yang mengenai pipi gembulnya.

"Tapi, bagi anggota keluarga kerajaan yang ingin melarikan diri dari Kota Cantessa untuk menghindari kutukan, mereka tidak pernah bisa melakukannya. Kutukan itu yang menarik mereka kembali ke Kota Cantessa. Itu pun hanya berlaku untuk anggota keluarga kerajaan."

Eliana membelalakkan mata. "Kasihan sekali," katanya.

"Ya, kamu benar." Stefan membenarkan.

"Tapi, kenapa Ayah tetap tinggal di Kota Cantessa? Bukankah kita hanya rakyat biasa? Kan, kita bisa keluar dari Kota Cantessa agar bisa melihat salju." Kata Eliana sambil menyengir lebar.

Untuk membuatmu tetap hidup, Ayah rela hingga napas terakhir berada di Kota Cantessa, Eliana.

Batin Stefan sambil menahan agar matanya tidak berkaca-kaca.

"Seperti katamu, kasihan keluarga kerajaan jika Ayah juga meninggalkan Kota Cantessa." Stefan membuat alasan.

"Ayah baik sekali. Aku mencintaimu, Ayah." Eliana memeluk ayahnya.

Stefan pun memeluk balik putri kecilnya dengan erat.

"Ayah juga mencintaimu, Eliana Sayang."


^^^


Setelah jam kuliah selesai, Pangeran Eryk menumpang mobil Leon pergi ke distrik kemajuan untuk menemui Pangeran Adelmo dan Putri Isla. Leon berhenti di villa kastil kerajaan seperti biasa mengantarkan Pangeran Eryk lalu pergi. Sedangkan Pangeran Eryk mengganti penampilannya di toko yang biasa dikunjunginya.

"Pangeran Eryk!" sambut Pangeran Adelmo.

"Tumben," sambung Putri Isla.

"Hanya..." kalimat Pangeran Eryk tidak lengkap karena sudah dipotong lebih dulu oleh Putri Isla.

"Jangan minta bantuan lagi. Kita berdua sudah sibuk menangani tahanan yang kabur ke distrik kemajuan. Kita bahkan sudah lama belum pulang ke kastil kerajaan. Berbaik hatilah pada kami." Sambar Putri Isla langsung memberikan peringatan.

"Kau berlebihan, Kak." Pangeran Adelmo yang merespon.

Putri Isla hanya memanyunkan bibirnya.

"Aku datang ingin membantu kalian," kata Pangeran Eryk datar.

"Yang benar saja, kau pasti sedang tidak waras, Pangeran Eryk."

"Anggap saja begitu," balas Pangeran Eryk datar.

"Terjadi sesuatu?" sambar Pangeran Adelmo perhatian.

"Aku tidak ingin membahasnya. Ayo." Ajak Pangeran Eryk yang segera mengambil langkah.

Putri Isla langsung mendekati Pangeran Adelmo.

"Kenapa akhir-akhir ini emosinya tidak stabil? Apa dia sedang jatuh cinta? Aneh sekali melihatnya labil begitu." Bisik Putri Isla.

"Jatuh cinta?" ulang Pangeran Adelmo bertanya-tanya sendiri.


^^^


"Michalina?' ulang Stefan setelah Bibi Ingrid menyebutkan satu nama.

"Kenapa?" tanya Bibi Ingrid.

"Aku mengenalnya."

Bibi Ingrid mengerutkan kening.

"Aku bertemu dengannya karena Eliana tidak sengaja menabraknya dan kami pun berkenalan." Stefan menjelaskan cepat.

"Bagus, setidaknya kau sudah mengenalnya. Ingat, kau harus berhati-hati jangan sampai Pangeran Eryk mengetahuinya. Mengerti?"

"Baik."



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

19/08/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang