Chapter 25

32 1 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Pukul 12 siang.

Matahari mulai menghilang dan digantikan awan mendung. Pergantian cuaca membuat Pangeran Eryk cemas. Dia harus segera pulang sebelum hujan turun. Beruntung dia sudah mencapai gerbang gapura distrik pengasingan. Dia langsung memacu kecepatan mobilnya. Namun, baru beberapa menit berlalu, dia menginjak remnya karena tiba-tiba ada babi liar yang menyeberang jalan.

"Babi sialaan!!!" umpatnya marah.

Ketika kakinya akan menginjak gas lagi, terdengar ada suara jeritan keras. Dia mengerutkan kening dan membatalkan kakinya menginjak gas. Dimatikan mesin mobilnya dengan cepat lalu keluar mobil. Jeritan itu terdengar lagi dan lebih keras. Dia berlari menuju suara di balik pepohonan yang membawanya ke hutan.

Dia mengedarkan pandangan. Tiba-tiba ada bayangan yang berkelibat. Dia mengikuti bayangan itu yang hilang di balik pohon. Sebelum dia mencapai pohon, kakinya tersandung dan terjatuh. Saat ingin berdiri, matanya menangkap sosok perempuan yang berbaring tidak sadarkan diri. Dihampirinya perempuan itu yang ternyata adalah Chiara.

"Hei, bangun." Katanya sambil menyentuh pipi Chiara.

Melihat Chiara yang tidak merespon, diperiksanya seluruh tubuh Chiara hanya dengan pandangan. Matanya melihat darah yang ternyata dari kaki Chiara yang terluka karena beberapa goresan dalam.

"Ini kenapa?" tanyanya sendiri.

Tiba-tiba dia merasa ada yang mengawasinya. Melihat langit yang sudah gelap, dia tidak mungkin bertahan. Tanpa kata, dibopongnya Chiara lalu berjalan keluar hutan menuju mobilnya. Dia sempat berhenti melangkah karena ada yang terus mengikutinya. Entah kenapa dia enggan untuk membalikkan badan atau hanya sekedar menoleh.

Kakinya kembali melangkah menuju mobil.

Dia pun meninggalkan tempat itu dengan segera.


^^^


Setelah mendapatkan pesan dari Pangeran Eryk, Bibi Ingrid melesat pergi ke kediaman pribadinya. Dia juga sudah memanggil dokter langganannya untuk datang, karena tidak mungkin mendatangkan dokter yang khusus menangani Pangeran Eryk dari kastil kerajaan. Tidak lama menunggu, mobil miliknya yang dikendarai Pangeran Eryk pun tiba di garasi.

Pangeran Eryk keluar dari mobil langsung roboh.

Bibi Ingrid berlari membantu Pangeran Eryk. Hujan sudah mulai turun, wajar jika Pangeran Eryk mulai kehilangan energinya dan lemah. Pangeran Eryk sudah berusaha menahannya sejak tadi masih di jalan sambil menyetir.

"Dia..." kalimat Pangeran Eryk terputus dengan jarinya yang menunjuk ke arah mobil.

Bibi Ingrid menganggukkan kepala paham lalu memerintahkan pelayan untuk membawa Chiara yang masih di dalam mobil masuk ke dalam rumah. Dia sendiri memapah Pangeran Eryk menuju ruang bawah tanah.

"Pergilah," perintah Pangeran Eryk dengan mata merah.

Kepala Bibi Ingrid terangguk.

Ruangan pribadi untuk Pangeran Eryk jika berada di kediaman Bangsawan Ingrid adalah ruangan bawah tanah. Itu satu-satunya ruangan yang kedap suara di sana. Pangeran Eryk kembali menjerit kesakitan karena hujan semakin deras. Ditambah lagi kilat dan gemuruh yang saling bersahutan.


^^^


Perlahan mata Chiara terbuka.

"Kau baik-baik saja?"

Suara Bibi Ingrid membuat Chiara langsung terduduk.

"Bagaimana aku bisa ada di sini?" tanya Chiara ketakutan. Dia takut jika ada yang tahu apa yang telah dilakukannya.

"Apa yang kamu lakukan di perbatasan distrik pengasingan?" tanya Bibi Ingrid balik.

Chiara membeku.

"Bukankah aku menyuruhmu untuk istirahat total?" lanjut Bibi Ingrid.

"Maafkan aku, Nyonya." Kata Chiara berusaha menyembunyikan semua ketakutannya.

"Pangeran Eryk marah besar." Bibi Ingrid memberitahu.

Mata Chiara terbelalak lebar.

"Pangeran Eryk sudah ada di sini. Kamu harus menemuinya."

"Aku mohon," Chiara berniat untuk berlutut tetapi malah terjatuh dari kasur karena luka di kakinya. Beruntung kasurnya tidak tinggi. "Jangan bunuh aku," pintanya.

Bibi Ingrid memberikan Chiara sebuah tongkat untuk membantunya bisa berjalan dan kain penutup wajah.

"Aku mohon, Nyonya. Ampuni aku." Chiara memegangi kaki Bibi Ingrid erat sambil menangis.

"Bukan aku yang memiliki kuasa untuk mengampunimu, Nona Chiara." Jawab Bibi Ingrid sambil mengusap air mata di pipi Chiara lalu memakaikan kain penutup mata di mata Chiara.

Chiara hanya bisa diam.

"Turuti perkataan Pangeran Eryk, dengan tulus." Pesan Bibi Ingrid yang menekankan kata terakhir pada kalimatnya.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

03/06/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang