Chapter 56

13 2 1
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Semua orang yang datang ke kantin kampus sibuk menyaksikan berita di televisi tentang kondisi Ratu Olivia yang semakin mengkhawatirkan setelah jatuh pingsan seusai acara pertunangan Putra Mahkota Rhys. Begitu juga dengan Chiara yang sedang berada di meja prasmanan kantin kampus. Mendengar berita itu, dia refleks menyentuh cincin pemberian dari ratu.

Diam-diam dia jadi memikirkan Pangeran Eryk.

Ini adalah minggu kedua setelah kunjungan terakhirnya di menara kastil kerajaan. Dia pun baru sadar bahwa Bibi Ingrid belum memanggilnya lagi. Dikarenakan merasa tenang dengan pekerjaannya, dia sampai lupa akan hal itu.

Aneh... Hampir dua minggu Nyonya Ingrid tidak menghubungiku. Apa terjadi sesuatu?

Batinnya bertanya-tanya.

Ingatannya kembali ke malam itu. Sebenarnya dia sudah merasa aneh dengan sikap Pangeran Eryk yang menangis di pelukannya sebelum melakukan adegan panas. Dia jadi yakin dengan tebakannya bahwa telah terjadi sesuatu.

"Kak Chiara!"

Panggilan itu membuyarkan lamunannya.

"Hei, Michalina." Jawab Chiara berusaha menjaga mimik wajah datarnya seperti biasa.

"Lama tidak bertemu, Kak." Michalina terlihat ceria seperti biasa.

Chiara hanya tersenyum sambil melihat sosok laki-laki yang tidak asing dipandangan matanya, yang tidak lain adalah Leon. Akhir-akhir ini dia sering melihat Michalina bersama Leon. Keduanya bahkan terlihat lebih akrab. Namun, dia tidak pernah melihat Pangeran Eryk yang dikenalnya sebagai Tuan Eryk di sekitaran keduanya.


^^^


"Pangeran Eryk...!"

Suara pelayan membuat Bibi Ingrid mengangkat wajahnya seketika. Dia merasa lega melihat Pangeran Eryk berdiri di ambang pintu ruangan pribadinya dengan wajah pucat.

"Pangeran..." ucap Bibi Ingrid sambil menghampiri Pangeran Eryk.

Pangeran Eryk hampir saja terjatuh jika Bibi Ingrid tidak cepat meraih tubuhnya. Kondisinya masih lemah.

"Kamu berhasil, Pangeran Eryk." Kata Bibi Ingrid terharu.

"Ada apa dengan wajahmu? Apa Bibi sakit? Pucat sekali." Pangeran Eryk mengomentari Bibi Ingrid yang memang terlihat lelah.

"Aku menepati janjiku. Aku selalu menunggumu di sini."

Pangeran Eryk hanya mendengus sambil membuang pandangan. Ketika itu, dia melihat cahaya biru di balik kaca jendela.

"Kau menggunakan segelnya?" tanya Pangeran Eryk langsung.

"Tentu saja. Aku menunggumu hampir dua minggu."

"Bagus, jangan buka dulu sampai aku kembali."

"Apa? Kamu mau ke mana?" sambar Bibi Ingrid cepat.

"Ada tempat yang harus aku singgahi."

"Kamu masih sangat lemah, Pangeran Eryk. Istirahatlah lebih dulu, atau setidaknya ganti bajumu."

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang