Chapter 36

22 3 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Mata Bibi Ingrid mengarah pada Pangeran Adelmo dan Putri Isla secara bergantian. Dia mengunjungi keduanya ke distrik kemajuan tanpa diketahui Pangeran Eryk.

"Air terjun di dalam hutan misterius adalah tempat paling berbahaya bagi keturunan kerajaan. Pangeran dan Putri dilarang keras pergi ke sana lagi. Aku tidak mampu bertanggung jawab pada Yang Mulia Raja jika terjadi sesuatu pada kalian. Jadi, aku mohon..." kalimat Bibi Ingrid terpotong.

Tiba-tiba Pangeran Eryk muncul dengan berteleportasi. Wajahnya pun memakai topeng besinya.

"Aku masih membutuhkan bantuan mereka ke sana lagi," kata Pangeran Eryk memotong perkataan Bibi Ingrid.

"Pangeran...!" bentak Bibi Ingrid gemas dengan Pangeran Eryk yang sulit diberi peringatan.

"Itu, satu-satunya petunjuk untuk menemukan Putra Mahkota." Mata Pangeran Eryk menatap tajam mata Bibi Ingrid.

Bibi Ingrid hanya mampu menghela napas berat.

"Aku juga membutuhkan bantuan Putri Illona," lanjut Pangeran Eryk.

"Oh, yang benar saja. Kau gila, Pangeran Eryk?! Putri Illona belum bisa pergi jauh dari kastil kerajaan. Kondisinya masih belum memungkinkan." Bibi Ingrid semakin kesal dengan permintaan Pangeran Eryk.

"Bantu aku mengamankan jalan untuk mereka berdua membawa Putri Illona keluar dari istana kerajaan, Bi." Pinta Pangeran Eryk pada Bibi Ingrid sambil melihat ke arah Pangeran Adelmo dan Putri Isla.

"Astaga, bunuh saja aku." Keluh Bibi Ingrid.

"Kita bawa Putri Illona ke dalam hutan misterius?" tanya Putri Isla.

"Tidak. Bawa saja ke halte terdekat dengan distrik pengasingan. Jangan ke mana-mana sampai aku datang."

"Kau mau pergi ke mana?!" sambar Pangeran Adelmo.

"Menjemput seseorang," jawab Pangeran Eryk yang langsung hilang.


^^^


Mata Chiara menatap pantulan wajahnya di kaca kamar mandi khusus wanita di tempat kerja barunya, yaitu kantin Cantessa Lillian University, setelah selesai mencuci tangannya. Tiba-tiba dia terjingkat karena muncul sosok laki-laki berpakaian serba hitam memakai topeng besi berada di belakangnya. Ketika dia ingat tentang topeng itu, dia langsung memejamkan mata.

Tidak lama kemudian, dia merasakan kain lembut menutupi matanya. Dia juga mencium aroma khas Pangeran Eryk. Setelah itu, tangan besar Pangeran Eryk melingkari perutnya. Dia hampir saja menjerit saat ada angin kencang menyambar tubuhnya.

Tanpa sadar, dia pun menggenggam erat tangan Pangeran Eryk yang ada di perutnya.


^^^


"Dia siapa?" tanya Putri Isla saat Pangeran Eryk muncul di halte terdekat dengan distrik pengasingan sambil membawa seorang perempuan.

Pangeran Eryk enggan menjawabnya. Dia bahkan tidak menyapa Putri Illona yang diapit oleh Pangeran Adelmo dan Putri Isla dengan wajah terlihat agak pucat.

"Ikuti aku," ajak Pangeran Eryk dengan suara beratnya, gaya khas seorang Pangeran Eryk yang asli, yang selalu terlihat mengerikan bagaikan monster bagi semua orang penghuni Kota Cantessa.

Pangeran Eryk membawa mereka semua ke tempat saat dia menemukan Chiara yang diserang oleh makhluk aneh sekembalinya dari posko kelompok penyelamatan. Dia mendekatkan wajahnya pada wajah samping Chiara lalu menggigit telinga Chiara dengan basah. Chiara terlihat berusaha tidak bersuara. Sedangkan Pangeran Adelmo, Putri Isla, dan Putri Illona terbelalak lebar.

"Tahan," bisik Pangeran Eryk di telinga Chiara.

Pangeran Eryk menyayat lengan tangan Chiara dengan sengaja.

"Aahh...hmm..." Chiara berusaha menahan suaranya sendiri karena rasa sakit di lengannya yang mengeluarkan darah.

"Apa yang kau lakukan, Pangeran Eryk?" tanya Putri Illona merasa iba pada Chiara yang tidak dikenalnya dilukai oleh Pangeran Eryk.

Belum sempat Pangeran Eryk menjawab, ada suara di semak-semak tidak jauh dari tempat mereka. Kepala mereka kompak menoleh ke arah suara. Putri Isla dan Pangeran Adelmo menegang di tempat masing-masing.

"KELUAR!" perintah Pangeran Eryk bersuara lantang.

Chiara jadi ketakutan dan berusaha untuk diam.

Tiba-tiba ada bayangan di sebuah pohon di depan mereka. Bayangan itu terlihat besar tetapi wujud aslinya masih bersembunyi di balik pohon tersebut. Suasana di sana pun berubah menyeramkan. Dahan-dahan pepohonan bergerak meringkuk hingga menggelapkan area di sekitarnya.

"Putri Illona, giliranmu." Kata Pangeran Eryk tegas.

Putri Illona melihat Pangeran Adelmo dan Putri Isla secara bergantian, meminta persetujuan. Keduanya segera menganggukkan kepala dengan kompak memberi semangat.

"Hei," Putri Illona mulai bersuara sambil bergerak mendekati pohon yang menjadi tempat persembunyian makhluk bayangan tersebut.

Pangeran Adelmo dan Putri isla menunggu dengan tegang.

"Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin... berteman, jika kau berkenan." Lanjut Putri Illona dengan suara merdunya mencoba merayu seperti biasa karena itu adalah keahliannya.

Kepala Putri Illona perlahan miring untuk mengintip makhluk yang ada di balik pohon. Setelah beberapa saat, senyumnya mengembang. Putri Isla dan Pangeran Adelmo jadi lega. Suasana yang suram pun berubah secara perlahan.

Diam-diam Pangeran Eryk membalut luka di lengan tangan Chiara.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

11/07/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang