Chapter 55

14 2 1
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



"Kau tahu, Leon terlihat cocok denganmu. Dia juga anak baik. Aku dan orang tuanya pun sama tingkatnya sebagai bangsawan tingkat rendah." Xander mengawali.

Itu membuat Michalina cemberut.

"Kak Leon hanya seniorku, Ayah. Aku dekat dengannya pun karena dia adalah temannya Kak Eryk." Michalina merespon dengan kesal.

"Ingat, Michalina. Aku sudah melarangmu menjalin hubungan dengan Tuan Eryk. Dia termasuk keturunan bangsawan tingkat tinggi. Kau tidak akan pernah bisa diterima di kalangannya, apalagi kau berasal dari distrik kota mati. Beruntung kau adalah anak dari ketua distrik kota mati, maka dari itu, kau bisa kuliah di kampus Cantessa Lillian."

Wajah Michalina jadi sendu.

Xander mendekati putrinya lalu mengusap kepala putrinya lembut.

"Aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Aku hanya mengingatkanmu untuk tidak melewati batas. Kota Cantessa memiliki aturannya sendiri dan kita harus mengikutinya. Jika kau tetap memperjuangkan Tuan Eryk, itu artinya kau sudah melewati batasmu." Jelas Xander penuh arti.

Michalina memeluk ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Pada akhirnya, dia harus merelakan orang yang dicintainya hanya karena aturan Kota Cantessa.


^^^


Hari ini kastil kerajaan sedang mengadakan acara pertunangan Putra Mahkota Rhys dan Ava Lillian. Kastil kerajaan terlihat ramai dipenuhi suka cita. Namun, tidak dengan Ratu Olivia. Dia terlihat pucat dan memaksakan senyum tipisnya menghiasi bibirnya. Setelah acara pertunangan itu selesai, dia jatuh pingsan dan langsung dirawat intensif.

Dokter kerajaan mengatakan bahwa kondisinya semakin melemah.

Raja yang memahami keadaannya memutuskan menemaninya sendirian. Sejak menara kastil kerajaan ditutup atas perintah Bibi Ingrid selaku penanggung jawab, kesehatan ratu memang melemah.

"Yang Mulia Raja," panggil Mikel – pengawal pribadi raja, dengan suara pelan.

Kepala raja menoleh.

Mikel merasa tidak tega melihat raja dengan mata merah dan basah akan air mata sambil menggenggam tangan ratu yang masih belum siuman.

"Bagaimana?" tanya raja berusaha menegarkan suaranya.

"Menara kastil kerajaan masih tetap tertutup rapat, Yang Mulia Raja." Mikel menjawab dengan berat. "Apa tidak sebaiknya dibuka paksa, Yang Mulia Raja? Ini sudah genap seminggu. Apalagi ini kali pertama segel menara kastil kerajaan digunakan." Lanjut Mikel memberikan ide.

"Hanya keturunan Bangsawan Ingrid yang memiliki kuasa menggunakan segel menara kastil kerajaan. Sedangkan Ingrid V adalah keturunan terakhir. Jika Ingrid menggunakannya, maka memang terjadi sesuatu yang genting."

"Lalu..." Mikel jadi kebingungan melanjutkan kalimatnya.

"Aku yang salah," raja mengakuinya dan terlihat tertekan. "Aku yang memaksa Eryk untuk melakukannya demi kesembuhan Rhys dan Illona." Raja melanjutkan sambil menundukkan kepala dan tetap menggenggam tangan ratu.

Mikel tidak mampu merespon.

"Aku kira Eryk akan baik-baik saja seperti biasanya, karena setiap kali dia mengorbankan nyawanya, dia selalu kembali dengan selamat. Setahuku, tidak ada yang bisa membunuhnya selain kutukannya. Tapi...aku salah." Raja masih meratapi dengan penyesalannya.

Mikel hanya bungkam.

Tiba-tiba...

"Eryk memberiku pesan terakhir," ucap ratu lemah.

"Ratuku...!" raja langsung mengangkat wajahnya berbinar. "Kamu sudah bangun?" lanjutnya khawatir.

"Yang Mulia Ratu..." ucap Mikel lirih merasa lega ratu siuman.

Ratu berusaha membuka matanya dan tetap berbaring lemah.

"Eryk datang menemuiku sebelumnya. Dia berpesan agar membebaskan permaisurinya dan tidak menyentuh perempuan yang disukainya jika dia tidak kembali. Aku pun belum sempat..." ratu terisak dan tidak mampu melanjutkan kalimatnya.

Raja segera memeluk ratu erat.

Mikel membeku di tempatnya setelah mengetahui kebenarannya.


^^^


"Pangeran Eryk..." suara panggilan itu terdengar lembut. "Eryk, cucuku..." panggilan itu perlahan mampu membuat jemari tangan Pangeran Eryk bergerak.

Tidak lama kemudian, mata Pangeran Eryk terbuka sedikit demi sedikit.

"N-nenek," ucap Pangeran Eryk lirih dan lemah.

Terlihat seorang wanita tua dengan pakaian serba putih dan bercahaya sedang mengusap kepala Pangeran Eryk dengan lembut.

"Kamu sudah bertahan dengan usaha keras, Pangeranku. Maaf, nenekmu yang lemah ini tidak mampu menolongmu. Kamu pasti kesulitan. Maaf juga baru bisa mengunjungimu sekarang." Wanita itu menyentuh pipi Pangeran Eryk dengan kerinduan.

"Nenek tidak salah, jadi jangan merasa bersalah padaku." Jawab Pangeran Eryk sambil meraih tangan keriput wanita tua tersebut.

Wanita tua tersebut memegang erat tangan Pangeran Eryk balik sambil mencium kening Pangeran Eryk dengan penuh kasih sayang.

"Pangeran Eryk, sekarang kamu sudah memiliki pasangan. Ingatlah satu hal, Eryk cucuku. Mencintai seseorang yang kita sukai adalah harapan, tetapi mencintai pasangan adalah kewajiban." Wanita tua tersebut mengambil jeda sesaat. "Bukankah kamu bisa mencapai titik ini karena pasanganmu?" lanjutnya sambil menatap lekat manik mata Pangeran Eryk.

Sepasang mata Pangeran Eryk berkedip lemah.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

11/09/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang