Chapter 53

17 2 1
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



"Kenapa belum tidur, Eliana Sayang?"

Stefan yang baru tiba di rumah langsung menghampiri putrinya yang ada di dalam kamar dengan mata masih terbuka lebar padahal sudah berada di balik selimut.

"Dongengkan aku lagi, Ayah." Pinta Eliana sambil merajuk.

Senyum menjadi jawaban Stefan.

"Selama 300 tahun lamanya, tidak ada satu pun pangeran bungsu yang berhasil mematahkan kutukan itu, meskipun sudah mengorbankan banyak para wanita di Kota Cantessa bahkan hingga sekarang. Namun, sejak Yang Mulia Raja Zachary yang menduduki singgasana kerajaan, semua hal tentang kutukan itu diatur menjadi lebih ketat. Sepertinya, akan ada titik terang."

Stefan jadi termenung sendiri.

"Raja Zachary dan Ratu Olivia!" sebut Eliana yang antusias.

Kepala Stefan terangguk membenarkan.

"Aku sering melihat keduanya di televisi." Eliana melanjutkan.

"Ingat, kamu harus selalu menyebutnya dengan sandangan Yang Mulia pada keduanya, Eliana." Stefan mengingatkan.

"Iya!" Eliana bersemangat. "Lanjutkan, Ayah." Pinta Eliana lagi.

"Baiklah," Stefan menyentuh pipi putrinya dengan gemas.

Eliana siap mendengarkan dengan serius lagi.

"Yang Mulia Raja Zachary dan Yang Mulia Ratu Olivia menikah saat Yang Mulia Raja Zachary masih menjadi Putra Mahkota. Dikarenakan Yang Mulia Ratu Olivia keguguran beberapa kali setelah Yang Mulia Raja Zachary menjadi raja, maka Yang Mulia Raja Zachary menikahi Permaisuri Abella. Namun, karena tidak kunjung hamil juga, Yang Mulia Raja Zachary menikahi Permaisuri Maja."

"Tidak bisa punya anak lagi?" tanya Eliana polos.

"Tidak lama setelah menikahi Permaisuri Maja, ternyata yang hamil lebih dulu adalah Permaisuri Abella. Lahirlah Putra Mahkota Rhys. Tidak berselang lama, Permaisuri Maja juga mengandung dan melahirkan Putri Isla. Setelah itu, Permaisuri Maja mengandung lagi dan lahir Pangeran Adelmo. Tidak berselisih lama, Permaisuri Abella pun melahirkan Putri Illona."

"Bagaimana dengan Pangeran terkutuk Eryk?" tanya Eliana.

Stefan terbelalak mendengar putrinya menyebut Pangeran Eryk dengan terkutuk.

"Semua ibu teman-teman sekolahku menyebutnya begitu," Eliana yang menyadari keterkejutan ayahnya segera memberikan pembelaan dengan wajah polosnya yang menggemaskan.

Stefan segera memeluk erat putrinya sambil mencium kening putrinya.

"Eliana sayang, bukan Pangeran Eryk saja yang terkutuk tapi kita semua yang ada di dalam Kota Cantessa. Bukankah tidak adil jika hanya Pangeran Eryk yang disebut begitu?"

Eliana menganggukkan kepala sambil memeluk balik ayahnya.


^^^


Isi pikiran Ratu Olivia dipenuhi tentang Pangeran Eryk.

Dia bahkan tidak bisa tidur dan memutuskan berdiam diri di kebun milik pribadinya tanpa meminta izin pada raja. Ketakutan menyerangnya tanpa celah. Ingatan tentang pesan Pangeran Eryk lebih menyudutkannya. Bagaimana jika itu adalah pesan terakhir?

Buru-buru dia beranjak dari tempat duduknya menuju menara kastil kerajaan.

Matanya terpaku pada Chiara yang keluar dari menara kastil kerajaan tanpa ada Bibi Ingrid yang mendampingi hingga masuk ke dalam mobil yang biasa antar-jemput Chiara jika Pangeran Eryk membutuhkannya. Ketidakadanya Bibi Ingrid membuatnya yakin bahwa telah terjadi sesuatu dengan putranya. Dia pun berlari memasuki menara kastil kerajaan.

"Apa yang terjadi?!" tanyanya setelah menemukan sosok Bibi Ingrid yang sedang menggenggam dua buah bulu putih.

"Yang Mulia Ratu..." Bibi Ingrid terkejut melihat kehadiran Ratu Olivia.

"Eryk, apa dia baik-baik saja?" kejar Ratu Olivia.

Bibi Ingrid tidak mampu menjawab sambil menoleh ke arah ruangan pribadi Pangeran Eryk yang kedap suara.

Ratu Olivia pun luruh ke lantai dengan lemas.


^^^


Chiara memejamkan sepasang matanya sambil menggerakkan jemarinya. Ingatannya melayang terbang.

Itu...

Batinnya dalam hati.

Dia berusaha mengingat kembali sentuhannya pada punggung Pangeran Eryk yang terasa ada sesuatu yang halus dan lembut. Setelah beberapa saat, dia membuka matanya yang terpejam.

Aku yakin, itu adalah bulu yang sama seperti yang aku temukan di toilet waktu itu. Apakah... Pangeran Eryk...

Batinnya lagi.

"Nona, sudah sampai." Kata supir yang langsung membuyarkan lamunan Chiara.

"Terima kasih," ucap Chiara yang segera keluar dari dalam mobil.

Chiara berjalan gontai menuju gapura distrik kota mati sambil membawa kebimbangannya.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

07/09/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang