Chapter 29

27 3 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Pagi ini Leon masuk kampus sendiri lagi. Pangeran Eryk yang dikenalnya sebagai Tuan Eryk pun belum kunjung masuk sejak dua hari lalu. Dia yakin ada sesuatu yang penting telah terjadi. Entah itu kepentingan pribadi ataupun keluarga kerajaan. Dia memilih menunggu kabar Pangeran Eryk dengan sabar tanpa menghubunginya lebih dulu.

"Kak Leon," panggil Michalina.

Leon menoleh.

"Hei, Michalina." Leon menunjukkan wajah cerianya seperti biasa.

"Kenapa Kakak sendiri? Kak Eryk mana? Bukannya kalian selalu bersama?"

Wajah ceria Leon jadi meredup.

"Ada apa, Kak? Apa terjadi sesuatu dengan Kak Eryk?" lanjut Michalina yang terlihat cemas.

"Dia sudah dua hari tidak masuk kampus. Ada kepentingan yang harus diselesaikannya."

"Tapi, Kak Eryk baik-baik saja, kan?" Michalina mengulanginya dengan kekhawatiran yang terpancar jelas di sorot matanya.

Leon memperhatikan Michalina lekat.

"Kau menyukai Eryk, ya?" tebak Leon tanpa basa-basi.

Michalina jadi kikuk.

Leon tersenyum lucu melihat tingkah Michalina.

"Wajar kalau kau menyukai Eryk. Lagipula Eryk memang selalu dikelilingi perempuan. Dia bukan hanya tampan tapi juga baik. Meskipun terkadang suka menjengkelkan, dia tetap yang terbaik." Leon memuji Pangeran Eryk tulus.

"Kak Leon sudah lama mengenal Kak Eryk?" tanya Michalina.

"Sejak high school," Leon mengambil jeda mengingat pertemuan pertamanya dengan Pangeran Eryk. "Dia menolongku waktu aku di-bully oleh kakak senior karena aku hanya dari kalangan bangsawan tingkat rendah. Aku dan Eryk jadi sering bersama sejak itu. Dia tetap mau berteman denganku meskipun dia dari kalangan bangsawan tingkat paling tinggi." Lanjutnya tersenyum haru.

Michalina jadi semakin mengagumi Pangeran Eryk.

"Ngomong-ngomong, apa yang membuatmu menyukai Eryk? Selain wajah tampannya dan kebaikan hatinya, ya." Leon menatap Michalina.

Bukannya menjawab, Michalina jadi malu-malu.


^^^


"Apa Eryk baik-baik saja?" tanya Ratu Olivia.

Bibi Ingrid yang berdiri di belakang antara Ratu Olivia dan Raja Zachary menghadap depan pada Pangeran Eryk yang masih terbaring di kasur perlahan membuatnya mengangkat pandangan.

"Dokter mengatakan Pangeran Eryk hanya membutuhkan istirahat, Yang Mulia Ratu." Jawab Bibi Ingrid.

Ratu Olivia menyentuh wajah pucat Pangeran Eryk dengan lembut.

"Apa yang terjadi? Kenapa Eryk mau bergabung pada malam hari?" tanya raja menoleh pada Bibi Ingrid.

Bibir Bibi Ingrid sudah bergerak untuk menjawab, tetapi dibatalkannya untuk bersuara karena ratu sudah menjawabnya lebih dulu.

"Bukan mau, tapi rela. Mungkin lebih tepatnya, terpaksa." Ratu menatap raja dengan tajam.

"Ratuku..." kalimat raja terputus karena dipotong cepat oleh ratu.

"Kau tidak seharusnya bertanya. Sejak aku melahirkan Eryk, bukankah kau selalu tahu jawaban atas semua pertanyaanmu akan hal tentang Eryk?" ratu mengambil jeda sambil menahan emosinya. "Beruntung kau bukan dilahirkan sebagai pangeran bungsu." Lanjutnya yang melangkah pergi dari kamar Pangeran Eryk.

Raja tertohok akan kelimat terakhir ratu.

Melihat Raja yang mematung diam sambil memandangi Pangeran Eryk sepeninggal ratu, Bibi Ingrid memilih meninggalkan kamar Pangeran Eryk dan memberikan waktu untuk raja.


^^^


Sepasang mata Ratu Olivia tidak lepas dari sosok Chiara yang ada di dalam ruangan biasa Chiara berada sebelum menemui Pangeran Eryk di menara kastil kerajaan. Chiara terlihat terduduk diam dengan pandangan kosong tanpa menyadari jika sedang diperhatikan.

"Dia?" tanya ratu pada Bibi Ingrid yang sudah berdiri di belakangnya sejak tadi.

"Iya, Yang Mulia Ratu. Namanya Chiara."Bibi Ingrid memperjelas.

"Wajahnya cukup rupawan sebagai penghuni distrik kota mati," kata ratu berkomentar.

"Namun, itu tertutupi dengan penampilan kesehariannya sebagai salah satu penghuni distrik kota mati, Yang Mulia Ratu. Aku bahkan membutuhkan waktu untuk mengenalinya jika menemuinya diluar kawasan menara kastil kerajaan."

"Apakah itu juga berlaku untuk Eryk?"

Bibi Ingrid tampak berpikir.

"Sepertinya begitu, Yang Mulia Ratu." Jawab Bibi Ingrid tidak yakin.

"Kalau begitu, bagus. Penyamaran Eryk akan tetap aman."

Bibi Ingrid hanya terangguk.

"Jangan khawatir, Yang Mulia Ratu. Dia tidak pernah melihat wajah Pangeran Eryk, jadi semuanya pasti aman."

Ratu menoleh melihat Bibi Ingrid.

"Apa kau sudah memberitahukannya bahwa pada akhirnya dia juga akan dikorbankan?" tanya ratu serius.

Bibi Ingrid terdiam sesaat lalu menggelengkan kepala.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

17/06/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang