Chapter 44

20 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Terlihat Bibi Ingrid tidak bersemangat saat melihat tangan Chiara yang sedang dalam masa penyembuhan karena melepuh terkena sup panas. Dia tidak mungkin membawa Chiara melayani Pangeran Eryk dengan kondisi demikian.

"Sebenarnya apa yang kamu lakukan, Nona Chiara? Kenapa tanganmu seperti ini?" Bibi Ingrid mencoba agar tidak meledakkan kemarahannya.

"Bukan aku yang melakukannya," Chiara berusaha untuk membela diri.

"Lalu?" sambar Bibi Ingrid cepat.

"T-tuan Eryk," jawab Chiara sambil menundukkan kepala ketakutan. Dia takut lebih dimarahi karena Bibi Ingrid adalah bibi dari Tuan Eryk.

"Siapa???" ulang Bibi Ingrid yang terkejut.

Chiara hanya mampu menundukkan kepala lebih dalam.

"Kenapa bocah itu membuatku repot, sih?!" Bibi Ingrid mengomel pada dirinya sendiri. "Sebentar, bagaimana kau bisa mengenal Eryk-ku?" lanjutnya.

Chiara mendongakkan wajah.

"Sebenarnya aku tidak mengenalnya secara pribadi, hanya bertemu tiga kali dan aku yang selalu dirugikan. Maaf, aku sudah lancang, Nyonya." Chiara berusaha memberanikan diri.

Bibi Ingrid jadi tertarik.

"Ceritakan padaku," pinta Bibi Ingrid.

"Pertama kali aku bertemu dengan Tuan Eryk di kastil kerajaan saat aku menggantikan karyawan di Moaha yang tidak dapat hadir. Waktu itu Tuan Eryk terlihat mabuk karena aku bisa mencium bau alkohol dari tubuhnya. Tuan Eryk pergi begitu saja setelah menabrakku." Chiara mulai menceritakannya.

"Lalu?" tuntut Bibi Ingrid.

"Aku bertemu lagi dengan Tuan Eryk di restoran Moaha. Tuan Eryk juga menabrakku saat aku membawa air kotor bekas membersihkan meja. Karena itu juga aku dipecat atas permintaannya." Chiara menundukkan pandangan lagi.

Diam-diam Bibi Ingrid tersenyum lucu.

"Dan terakhir aku bertemu dengan Tuan Eryk di kampus Cantessa Lillian. Tuan Eryk menumpahkan sup panas di tanganku. Gara-gara itu aku diliburkan sampai tanganku sembuh." Lanjut Chiara jadi tidak bersemangat mengingat dia akan mendapat potongan pada gajinya dikarenakan cuti.

"Begitu, rupanya. Baiklah, kita harus bersiap menemui Pangeran Eryk." Kata Bibi Ingrid sambil tersenyum miring.


^^^


Mata Pangeran Eryk tertuju pada Chiara yang duduk di atas sofa dengan sepasang mata tertutupi seperti biasanya. Tangan Chiara yang diperban menjadi fokus utamanya. Pikirannya sibuk memikirkan tentang Putra Mahkota Rhys dan Putri Illona yang membutuhkan bantuannya untuk sembuh. Jika dia sungguh ingin membantu keduanya, maka dia harus membuka diri.

Dia harus bisa membuat dirinya sendiri dan Chiara saling jatuh cinta.

Bisakah dia melakukannya?

Persetan dengan semua itu!

Batinnya mengumpat kesal.

Dia bergerak mendekati tempat Chiara lalu mencium bibir Chiara lembut. Itu sempat membuat Chiara terkesiap. Perlahan rasa sakit di punggungnya mulai dapat dirasakannya bersamaan dengan turunnya hujan. Tanpa ingin berlama-lama, dia menarik tubuh Chiara ke pangkuannya lalu mencumbu Chiara dengan basah. Dia harus melakukannya cepat agar bisa menghilangkan rasa sakitnya.

Ketika ciumannya berubah menuntut dan berhasil membuatnya merasa panas, Chiara merintih kesakitan. Ternyata Chiara yang mulai terangsang tanpa sadar menggenggam kepalan tangannya yang diperban, tentu itu menyakitinya sendiri. Buru-buru dilepaskanya ciumannya di bibir Chiara.

Sial!

Batinnya mengumpat lagi.

Tanpa kata, diturunkannya Chiara dari pangkuannya. Dia mengambil smartphone-nya lalu mengirimkan pesan pada Bibi Ingrid untuk menjemput Chiara.


^^^


Bibi Ingrid tiba di depan kamar Pangeran Eryk saat Pangeran Eryk keluar kamar dengan wajah lesu. Matanya bahkan mulai merah. Itu artinya, Pangeran Eryk sedang merasakan rasa sakit kutukannya di punggungnya.

"Ada apa?" tanya Bibi Ingrid.

"Pulangkan dia dan jangan panggil dia sampai tangannya sembuh," jawab Pangeran Eryk tampak sedang dalam suasana hati yang buruk.

"Bagaimana denganmu? Matamu sudah mulai merah."

Pangeran Eryk enggan menjawab dan memilih untuk berjalan menjauh.

"Pangeran Eryk," panggil Bibi Ingrid serius, bahkan dia berubah menjadi formal.

Itu membuat Pangeran Eryk berhenti melangkah tanpa menoleh.

"Kamu orang baik, Pangeran Eryk. Aku tahu, kamu terbebani dengan semua ini. Tapi, bisakah sekali saja kamu egois? Pikirkan saja bahwa semua ini hanya untuk dirimu. Jangan pikirkan orang lain, tapi kamu." Kata Bibi Ingrid yang memandangi punggung Pangeran Eryk.

Pangeran Eryk menghela napas berat.

"Kau lebih membutuhkannya, Eryk." Bibi Ingrid kembali menggunakan bahasa santai. "Lagipula, dia adalah permaisurimu. Kau berhak atas dirinya dan dia pun berhak atas dirimu. Tapi tidak dengan Michalina." Lanjutnya serius.

Nama Michalina disebutkan, Pangeran Eryk seketika membalikkan badan menghadap Bibi Ingrid dengan wajah marah.

"Jangan pernah sentuh Michalina, atau aku yang akan bertindak. Aku tidak perduli siapa pun itu, meskipun dirimu atau ibuku sekalipun." Pangeran Eryk memberikan peringatan keras.

Bibi Ingrid hanya mampu menghela napas.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

17/08/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang