Chapter 42

18 3 2
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Terlihat Putri Isla kelelahan setelah keluar dari kantor kepolisian di distrik kemajuan bersama Pangeran Adelmo. Keduanya mengurusi para tahanan yang kabur dari penjara tingkat 1 di distrik pengasingan. Pangeran Eryk mendapat informasi dari penghuni hutan misterius bahwa mereka kabur ke distrik kemajuan setelah menyerahkan Putra Mahkota Rhys sebagai alat tukar nyawa mereka.

"Kenapa jadi kita yang mengurusi semua ini? Ah, melelahkan." Putri Isla mengeluh.

"Kalau bukan kita, mau siapa lagi? Beruntung Yang Mulia Raja tidak memberi kita hukuman." Balas Pangeran Adelmo sambil menatap kakaknya.

"Kau terlalu baik, Adelmo. Kau terlihat idiot."

Pangeran Adelmo hanya tersenyum.

"Aku masih bertanya-tanya, bagaimana Eryk bisa tahu tentang makhluk itu di hutan perbatasan distrik pengasingan? Dan juga, bagaimana dia bisa tahu kalau darah gadis itu bisa memancing makhluk itu?" Putri Isla penasaran.

"Aku lebih penasaran, bagaimana Eryk bisa tahu di mana gadis itu berada. Dilihat dari bajunya waktu itu, jelas seperti seragam para koki dan sejenisnya. Aku hanya tahu bahwa gadis itu tidak tinggal di menara kastil kerajaan bersama Eryk setiap malam."

"Eryk selalu tahu keberadaan gadisnya jika memang memiliki kecocokan, begitu yang tertulis di buku kutukan di perpustakaan."

"Bibi Ingrid mengizinkanmu membacanya, Kak?"

"Tidak, aku membacanya tanpa sepengetahuannya."

"Kau gila!"

Putri Isla hanya menggidikkan bahu cuek.

"Apa Ibu sudah memberitahu tentang pengalihan status Putra Mahkota padamu?" tanya Putri Isla.

Pangeran Adelmo jadi enggan membahasnya.

"Sudah sewajarnya memang kau yang menggantikan Rhys kalau terjadi sesuatu padanya. Dokter kerajaan sudah memastikan, tidak akan ada obat-obatan medis yang bisa menyembuhkan Rhys. Harapannya hanya Eryk. Tapi kata Ibu, belum tentu Eryk bisa mewujudkannya." Jelas Putri Isla.

"Haruskah aku melakukan sesuatu untuk mewujudkannya?" Pangeran Adelmo menatap kakaknya dengan lekat.


^^^


Pandangan Chiara tertuju pada sebuah klinik. Dia membutuhkan obat untuk tangannya yang melepuh akibat terkena sup panas yang ditumpahkan Pangeran Eryk padanya. Dia takut jika uangnya tidak cukup untuk membeli obat yang dibutuhkannya karena tabungannya semakin terkuras setelah dipecat dari restoran elit Moaha.

Dia pun memberanikan diri mendatangi klinik tersebut.

"Permisi," sapa Chiara.

"Iya, ada yang bisa dibantu?" penjaga klinik menyambut dengan ramah.

"Aku ingin mencari obat untuk tanganku," kata Chiara.

"Bisa aku lihat kondisi tanganmu dulu, Nona?"

Chiara memperlihatkan tangannya yang melepuh.

"Baik, aku akan siapkan."

"Bisa tolong cek saldoku lebih dulu? Atau bisa carikan obat yang cukup dengan saldoku?" kata Chiara sambil memperlihatkan gelang tanda penghuni dari distrik kota mati di pergelangan tangannya.

Penjaga klinik itu langsung paham.

"Aku minta maaf, saldomu tidak mencukupi untuk membeli obat meski obat dengan harga termurah sekalipun, Nona." Penjaga klinik memberitahukan.

Chiara berusaha menjaga mimik wajahnya yang datar.

"Baik, terima kasih." Kata Chiara yang segera pergi.


^^^


Tangan Pangeran Adelmo mengambil kartu hitamnya untuk membayar obat sakit kepala yang diminta Putri Isla.

"Tolong sekalian bungkus obat untuk Nona yang tadi, ya." Pintanya pada penjaga klinik.

"Baik, Pangeran Adelmo." Jawab penjaga klinik itu sambil tersenyum.

Setelah selesai, Pangeran Adelmo segera berlari mengejar Chiara.

"Hei! Tunggu!" Pangeran Adelmo berteriak keras.

Beruntung Chiara menoleh.

"Sepertinya, aku tidak salah mengenalimu." Kata Pangeran Adelmo yang mencoba mengingat wajah Chiara jika menggunakan penutup mata.

Chiara buru-buru menurunkan pandangannya.

"Kamu, gadis yang dibawa Pangeran Eryk, kan?" lanjut Pangeran Adelmo.

Perlahan kepala Chiara terangguk.

"Salam kenal," Pangeran Adelmo mengulurkan tangan kirinya untuk berjabat tangan karena dia tahu tangan kanan Chiara sedang sakit.

Mata Chiara terpaku pada uluran tangan Pangeran Adelmo.

"Tidak apa. Kan, kamu selir Pangeran Eryk. Kau bukan orang asing lagi bagi keluarga kerajaan." Pangeran Adelmo paham akan keraguan Chiara.

Akhirnya tangan Chiara pun terjulur membalas uluran tangan Pangeran Adelmo.

"Ini untukmu," Pangeran Adelmo memberikan bungkusan obat.

Chiara jadi terpaku.

"Pangeran Eryk tidak menyukai perempuan yang memiliki luka. Lebih baik kau sembuhkan tanganmu sebelum dia mengetahuinya." Pesan Pangeran Adelmo. "Ngomong-ngomong, siapa yang melukaimu?" lanjutnya.

"Tuan Eryk," jawab Chiara pelan.

"Heh???" Pangeran Adelmo terkejut mendengarnya.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

12/08/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang