Chapter 35

21 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Bibi Ingrid terkejut mendapati Pangeran Eryk tiba dengan berteleportasi di menara kastil kerajaan dengan kondisi lemah. Dia berlari menghampiri Pangeran Eryk yang roboh ke lantai. Buru-buru dibukanya topeng besi yang menutupi wajah Pangeran Eryk. Ternyata hidung Pangeran Eryk sudah berdarah.

"Eryk!" panggil Bibi Ingrid agar Pangeran Eryk tetap sadar.

Perlahan Pangeran Eryk mengerjapkan matanya yang merah.

"Apa yang terjadi?" tanya Bibi Ingrid sambil memapah Pangeran Eryk ke kamar.

"Air...terjun...h-hutan...m-m-misteeeehhh..." kalimat Pangeran Eryk terputus karena dia sudah tidak sadarkan diri.

"Oh, tidak." Keluh Bibi Ingrid.

Wajah pucat Pangeran Eryk membuat Bibi Ingrid merasa lelah.

"Haruskah aku memanggil Chiara?" tanya Bibi Ingrid pada dirinya sendiri.


^^^


Senyum Chiara mengembang setelah keluar dari ruangan penanggung jawab kantin Cantessa Lillian University. Dia berhasil menjadi karyawan baru di sana. Akhirnya dia bisa mendapatkan pemasukan untuk kehidupannya lagi.

Kakinya melangkah ringan meskipun gerimis sudah mulai turun. Dia siap menyambut hujan hari ini dengan kebahagiaan. Namun, kebahagiaannya surut dengan cepat saat melihat ada beberapa perempuan yang tampak seperti mahasiswi kampus sedang memukuli seorang perempuan lain di ujung tangga.

Ketika perempuan yang dipukuli itu didorong hingga terjatuh ke tanah, Chiara berlari menolongnya.

"Kau siapa, hah?!" bentak perempuan cantik dan angkuh pada Chiara. Dia tidak lain adalah Ava.

"Hentikan, kamu menyakitinya." Kata Chiara.

Ava mendecak kesal.

Chiara berusaha membantu perempuan yang tersakiti yang tidak lain adalah Michalina.

"Kenapa makhluk dari distrik kota mati memenuhi tempat ini, sih?!" Ava tampak kesal sambil melihat gelang tanda penghuni distrik kota mati di tangan Chiara. "Kau beruntung, anak sial. Tidak ada Eryk, ada makhluk lain yang mau menolongmu." Lanjutnya pada Michalina lalu segera pergi.

Chiara memandangi Ava yang menjauh dalam diam.

"Terima kasih, Kak." Kata Michalina sopan pada Chiara.

Kepala Chiara pun menoleh.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Chiara.

Michalina hanya menganggukan kepala.

"Aku pernah melihat kakak di Moaha, benar?" Michalina mengalihkan.

Chiara mengingat-ingat.

"Oh..." kepala Chiara terangguk setelah ingat memang pernah melihat Michalina waktu Tuan Eryk memecatnya di restoran elit Moaha.

"Kakak kuliah di sini juga, ternyata. S2?" tanya Michalina ramah.

Kepala Chiara menggeleng. Saat itu matanya menangkap gelang tanda penghuni distrik kota mati di tangan Michalina.

"Aku bekerja di kantin kampus. Kamu juga dari distrik kota mati?" tanya Chiara berhati-hati.

"Iya. Aku anak dari kepala distrik kota mati, Tuan Xander."

Oh, pantas saja...

Batin Chiara dalam hati.

"Kenalkan, aku Michalina. Kakak?" Michalina mengulurkan tangan.

Mata Chiara memandangi uluran tangan Michalina sejenak. Ini pertama kalinya ada orang yang sudi mengulurkan tangan padanya meskipun sama-sama penghuni dari distrik kota mati.

"Chiara," balas Chiara yang juga mengulurkan tangan.

"Ngomong-ngomong, bukankah Kakak bekerja di Moaha? Kenapa jadi kerja di sini?" tanya Michalina penasaran.

"Aku dipecat dari Moaha," jawab Chiara jujur.

Michalina membelalakkan mata.

"Apakah karena Kakak melakukan kesalahan pada Kak Eryk?"

"Siapa?" ulang Chiara terkejut mendengar nama itu.

"Laki-laki yang waktu itu di Moaha, Kak. Namanya Eryk, keturunan dari Bangsawan Ingrid. Kakak pasti terkejut juga, ya? Dulu, aku juga begitu. Namanya sama dengan Pangeran Eryk. Beda ya, Tuan Eryk dan Pangeran Eryk." Kata Michalina menjelaskan dengan semangat.

Jadi, dia keturunan Bangsawan Ingrid, ternyata.

Pantas, hari itu dia ada di kastil kerajaan.

Batin Chiara mengingat wajah Pangeran Eryk saat pertama kali bertemu di acara penyambutan Putri Illona di kastil kerajaan. Dia tidak kepikiran tentang Pangeran Eryk melainkan paras wajah si Tuan Eryk yang sudah bertemu 2 kali dengannya tetapi di situasi yang selalu merugikannya.


^^^


Mata Bibi Ingrid memandangi bulu sayap putih yang dikumpulkannya sudah berjumlah empat yang disimpannya tidak jauh dari kasur Pangeran Eryk.

"Ada apa?" tanya Pangeran Eryk yang siuman.

"Kau sudah bangun?" Bibi Ingrid segera menghampiri Pangeran Eryk.

"Ada yang salah?" tanya Pangeran Eryk sambil menunjuk bulu sayap putih miliknya dengan dagunya.

Bibi Ingrid menghela napas berat.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

08/07/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang