Chapter 62

14 2 1
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Pagi-pagi sekali Pangeran Eryk sudah bersiap dengan pakaian serba hitam dan topeng besinya. Rasa ngilu di punggungnya masih terasa meskipun sudah mulai berangsur menghilang. Beruntung wajah pucatnya karena menahan rasa sakit seperti malam-malam biasanya tertutupi dengan sempurna oleh topeng besinya.

"Stefan akan mendampingimu," kata Bibi Ingrid.

"Kau tidak ikut?" tanya Pangeran Eryk.

"Ada yang harus aku lakukan di perpustakaan kerajaan mengenai sayap putihmu," jawab Bibi Ingrid.

"Baiklah," balas Pangeran Eryk yang segera pergi.

Pangeran Eryk duduk di jok penumpang belakang dengan tenang. Stefan yang mendampingi duduk di jok penumpang depan, tepat di samping jok supir. Setelah berkendara kurang lebih satu jam, mereka tiba di tempat tujuan. Mobil berhenti di depan sebuah gerbang tinggi yang tertutup rapat.

"Gemboknya belum dibuka, Pangeran Eryk." Stefan memberitahu.

Kaki Pangeran Eryk mendekati gerbang lalu tangannya meraih gembok itu dan memutarnya. Gembok itu pun terlepas dan jatuh ke tanah. Kemudian, dia memasukinya sambil diikuti Stefan. Ketika menemukan mangsanya, senyum menyeringai timbul di balik topeng besinya.

"Kediamanmu semakin mewah saja, Bangsawan Wyatt."

Suara berat dan terdengar mengintimidasi itu seketika mengalihkan fokus Bangsawan Wyatt dari kopi hangatnya. Istrinya yang sedang mengesap kopi pun tersedak.

"Pangeran Eryk..." ucap Bangsawan Wyatt lirih lalu dia membungkukkan badan memberi hormat sambil diikuti oleh istrinya.

"Sebentar lagi kediamanmu bisa saja mengalahkan para bangsawan yang berada di distrik kerajaan. Lihat saja, tubuh istrimu bahkan bisa jadi toko emas berjalan." Sindir Pangeran Eryk dengan sinis.

Bangsawan Wyatt dan istrinya membeku diam.

"Dari mana kau dapatkan semua itu?" lanjut Pangeran Eryk.

Bangsawan Wyatt berusaha mengatur napasnya untuk menenangkan diri sendiri, sedangkan istrinya gemetar ketakutan.

"Benarkah kau yang menerima imbalan yang seharusnya diterima oleh Permaisuriku?" Pangeran Eryk memberikan penekanan.

"Permaisuri?" ulang Bangsawan Wyatt sambil mengangkat wajahnya. Dia sangat terkejut mendengarnya. Begitu juga dengan istrinya.

"Jika Chiara hanya seorang selir, tidak mungkin aku sudi melakukannya sejauh ini, padamu." Pangeran Eryk memberikan penekanan telak.

Istri Bangsawan Wyatt pun luruh berlutut ke tanah dengan lemah.

"Apa kau juga yang menerima semua imbalan yang ditujukan untuk para wanita yang sudah dikorbankan?" kali ini nada Pangeran Eryk dipenuhi amarah yang siap meledak.

"Kamu salah, Pangeran Eryk." Bangsawan Wyatt berusaha memberanikan diri. Namun, itu hanya membuatnya mendapat masalah serius dengan lancang menghakimi Pangeran Eryk secara langsung.

Pangeran Eryk yang marah mengepakkan sayap hitamnya.

Stefan langsung menundukkan kepala dan memejamkan mata.


^^^


"Kenapa kau beritahu Eryk, Ingrid? Bukankah kita sepakat hanya akan membuat Eryk fokus pada kutukan itu? Lihat apa yang sudah kau lakukan, Eryk jadi sibuk mengurusi perkara diluar dari kutukan itu." Kata raja yang sudah menunggu di perpustakaan kerajaan lebih dulu.

Bibi Ingrid menghela napas tanpa kentara.

"Yang Mulia Raja mengkhawatirkan Pangeran Eryk karena aku menjadikannya tidak fokus pada kutukan itu, atau karena takut jika Pangeran Eryk mengurusi urusan diluar kutukan mampu menggulingkan tahta Putra Mahkota Rhys?" balas Bibi Ingrid dengan berani.

"Apa maksudmu!!!" bentak raja marah.

Tangan Bibi Ingrid mengepal erat, berusaha menahan emosinya.

"Yang Mulia Raja jangan khawatir, Pangeran Eryk hanya mengurusi hal yang berhubungan dengan permaisurinya. Itu bisa saja membantunya menumbuhkan perasaannya. Lagipula, terbiasa hidup diasingkan seumur hidupnya, Pangeran Eryk tidak tertarik dengan tahta kerajaan." Jelas Bibi Ingrid dengan tenang.

Raja membuang wajah dengan kesal.

"Mereka semua adalah keturunanku. Aku hanya mematuhi aturan yang ada. Putra pertama yang harus naik tahta, entah dia layak atau tidak. Sedangkan keturunan lain harus saling mendukung dan membantunya hingga tahtanya berakhir. Aku bukan takut karena Eryk mampu menggulingkan Rhys, tapi aku takut jika harus menyakitinya lebih dari itu."

Bibi Ingrid hanya diam.

"Eryk sudah tersakiti bahkan sejak lahir. Meskipun aku bukan pangeran bungsu, meskipun aku belum pernah datang ke air terjun di hutan misterius, ataupun terlepas dari kutukan itu, aku tahu rasa sakitnya, karena dia adalah putraku." Lanjut raja dengan mata yang berkaca-kaca.

Bibi Ingrid bisa merasakan ketulusan raja.

"Aku menyerahkan Eryk padamu karena aku sendiri tidak mampu harus melihatnya kesakitan setiap malam. Aku tersiksa melihatnya begitu. Aku sakit mendengar tangisannya. Lebih sakit lagi saat aku tidak mampu membantunya dari rasa sakitnya." Raja meneteskan air mata.

Bibi Ingrid langsung menurunkan pandangannya.

"Andai saja, kutukan itu bisa ditukar dengan nyawaku, aku pasti sudah menyerahkannya sejak Eryk lahir." Raja pun terisak tangisnya yang pilu.

Itu mampu meluluhkan Bibi Ingrid.

"Pengakuan Yang Mulia Raja sudah cukup untuk aku tulis di buku kutukan. Terima kasih Yang Mulia Raja sudah berkenan membagikannya padaku." Kata Bibi Ingrid lalu membungkukkan badan memberi hormat dan pergi. Dia membiarkan raja menggunakan waktunya sendiri untuk menumpahkan kesakitannya dengan tangisan.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

28/09/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang