Chapter 2

60 4 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Putri Illona memperhatikan Pangeran Eryk yang hanya diam, sibuk pada gelas alkohol yang sudah banyak dihabiskannya.

"Berhentilah minum, Pangeran Eryk. Meskipun kau tidak mudah mabuk, setidaknya jaga kesehatanmu." Kata Putri Illona sopan di depan raja, ratu, dan kedua permaisuri yang duduk di satu meja. Mereka merayakan pesta tambahan secara pribadi setelah para tamu undangan sudah membubarkan diri masing-masing.

"Mm..." respon Pangeran Eryk datar.

"Kenapa Eryk? Kau ingin meninggalkan meja secepatnya?" sambar raja.

"Boleh?" balas Pangeran Eryk terang-terangan.

"Eryk!" ratu mengingatkan dengan menekankan katanya.

Pangeran Eryk menghela napas.

"Kau tidak merindukanku, Pangeran Eryk?" seru Putri Illona berusaha mengalihkan ketegangan.

Kepala Pangeran Eryk menggeleng ringan.

"Pangeran Eryk berbohong, Putri Illona. Pangeran Eryk merindukanmu, dia bahkan bangun pagi-pagi demi menyambut kedatanganmu." Pangeran Adelmo ikut bersuara dengan cepat.

Pangeran Eryk mengerutkan keningnya sambil menatap tajam Pangeran Adelmo. Sedangkan Pangeran Adelmo hanya terkekeh lucu.

"Sekarang bagaimana keadaanmu, Pangeran Eryk?" tanya Permaisuri Maja – istri kedua dari raja.

Belum sempat Pangeran Eryk menjawab, ratu selaku ibu kandungnya yang sekaligus istri pertama raja, lebih dulu menjawab.

"Apa maksud dari pertanyaanmu, Maja?" tanya ratu balik.

"Tidak ada maksud apa-apa, Yang Mulia Ratu. Aku hanya ingin memastikan Pangeran Eryk sudah membaik. Jika belum, aku mungkin bisa membantu." Jelas Permaisuri Maja terlihat lihai menampilkan mimik di wajahnya.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih atas niat baikmu, Permaisuri Maja." Pangeran Eryk ikut ambil suara tanpa ragu sambil menatap tajam Permaisuri Maja yang hanya mampu menunjukkan senyum.

Ratu merasa lega dengan tindakan anaknya yang arogan, terkadang itu mampu membungkam siapa saja tidak terkecuali raja sekalipun.

"Aku ucapkan selamat datang kembali untukmu, Putri Illona." Pangeran Eryk melihat ke arah Putri Illona. "Aku pamit, semuanya. Silahkan dilanjutkan." Lanjutnya yang segera meninggalkan meja.

Diam-diam Pangeran Adelmo merasa tidak enak hati pada Pangeran Eryk karena ibu kandungnya – Permaisuri Maja, sudah menyinggung sesuatu yang pribadi.


^^^


Pukul 12 siang matahari yang terik mulai redup. Setelah acara kumpul keluarga inti kerajaan, raja memanggil Bibi Ingrid ke ruangannya.

"Benarkah Eryk baik-baik saja?" tanya raja tampak ragu.

"Saya tidak cukup yakin mengatakannya demikian, Yang Mulia Raja. Tetapi berkat obat yang diminumnya dan berdiam di kamar pribadinya, itu sangat membantunya. Yang Mulia Raja tidak perlu mengkhawatirkannya." Jelas Bibi Ingrid tidak sepenuhnya jujur.

Raja menatap Bibi Ingrid serius.

"Bagaimana dengan kuliahnya?" lanjut raja.

"Karena jam kuliahnya dialihkan pada jam 9 pagi hingga 12 siang, tidak ada masalah. Kuliahnya lancar."

Raja merasa lega.

"Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiran Yang Mulia Raja? Maksudku, mengenai Pangeran Eryk." Bibi Ingrid bertanya balik.

"Maja mulai mempertanyakannya. Aku jadi ragu."

Bibi Ingrid langsung paham.


^^^


Pangeran Adelmo berdiri menghadap perapian menunggu Bibi Ingrid. Dia ingin menemui Pangeran Eryk tetapi harus mendapatkan izin dari Bibi Ingrid terlebih dahulu.

"Pangeran Adelmo."

Suara familiar itu membuat Pangeran Adelmo membalikkan badan.

"Bibi Ingrid!" Pangeran Adelmo jadi semangat.

"Ada yang bisa aku bantu, Pangeran Adelmo?"

"Aku ingin menemui Eryk. Aku merasa tidak nyaman tentang kejadian tadi. Aku harus minta maaf padanya." Pangeran Aldemo terpaksa meminta maaf atas kesalahan yang dibuat oleh ibu kandungnya yang menyinggung tentang kesehatan Pangeran Eryk.

"Maaf, Pangeran Aldemo. Ini sudah pukul satu siang, mendung juga sudah mulai gelap. Sebentar lagi hujan turun, waktunya Pangeran Eryk istirahat."

"Tidak akan lama, aku janji." Pangeran Aldemo memohon.

Bibi Ingrid menggelengkan kepala.

Pangeran Aldemo menghela napas berat.

"Pangeran Aldemo bisa menemui Pangeran Eryk besok, seperti biasa."

"Aah, baiklah. Aku pamit."

Bibi Ingrid menganggukkan kepala mempersilahkan.

Ibu dan anak berbeda pendapat.

Ibu menentang dan anak mendukung.

Batin Bibi Ingrid dalam hati sambil melihat punggung Pangeran Aldemo yang menjauh.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

28/03/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang