Percaya diri itu memanglah penting, tapi sadar diri bukankah jauh lebih penting??
Fujinaga Miyuki si gadis kuno ini awalnya sudah sadar diri bahwa dia tidak mampu mengikuti teman-temannya. Sekeras apapun dia mencoba dan sebesar apapun usahanya, level Miyuki tetaplah ada di bawah para gadis populer itu.
Awalnya Miyuki memutuskan untuk tidak ikut dalam pesta penyambutan mahasiswa baru, namun setelah di pusingkan dengan berbagai macam dilema serta pertimbangan untuk menaikkan reputasinya sendiri di depan mahasiswa baru, Miyuki akhirnya mengundang dirinya sendiri untuk ikut.
Dia telah bertekat bahwa dia akan mendapatkan pacar malam ini, entah itu sekedar berdansa bersama atau mengobrol bersama, keinginan Miyuki untuk akrab dengan laki-laki sudah semakin kuat.
Tapi ternyata semuanya tidak berjalan mulus. Miyuki kembali di tampar kenyataan bahwa dirinya tidak berada di level itu. Disaat gadis-gadis lain mengenakan gaun malam yang mewah dan sexy, Miyuki malah memakai kaos bergambar kuromi yang di lapisi cardigan usang serta Jeans longgar. Ini malah menguatkan asumsi bahwa dia adalah gadis kuno yang membosankan.
"Wah.. itu si perawan legendaris?? Dia beneran datang ya?? "
"Ga tau malu."
"Oh.. jadi dia si perawan legendaris ? Benar-benar kuno. Pantes ga laku."
Hancur sudah reputasinya di depan para mahasiswa baru itu. Yang ada malah julukan itu semakin di kenal oleh banyak orang.
Miyuki menghela nafas, dia menunduk lesu memperhatikan penampilannya sendiri. Dirinya yang bukan dari keluarga kaya mana mampu membeli gaun mahal.
Tapi dasar Miyuki yang tak sadar diri. Gadis itu terus menyemangati dirinya sendiri dengan pemikiran yang terlampau positif. Dirinya tetap tersenyum untuk mencari teman-teman nya. Ummm.. ralat, lebih tepat di sebut gadis-gadis yang dia anggap teman.
Miyuki melihat Sho ada di pinggir lantai dansa, berdiri anggun sambil memegang segelas cocktail. Karin dan Yuri ada bersamanya, mereka bertiga terlibat obrolan seru dimana Miyuki ingin sekali bergabung bersama mereka.
"Hey.. teman-teman..." Miyuki mengangkat satu tangannya. Menyapa dengan wajah penuh senyuman.
Sho menatapnya dari atas kebawah lalu memasang wajah mencibir. Sementara Karin mulai berbisik-bisik. Saat Miyuki menghampiri mereka, ketiga gadis itu memilih menghindar, mereka pergi seolah tidak pernah melihat Miyuki sebelumnya.
Miyuki menurunkan tangannya, semyumannya perlahan luntur. Keadaan memaksanya untuk sadar diri lalu mematahkan segala penilaian positifnya pada semua orang.
Miyuki akhirnya menyerah. Tidak ada yang mau berteman dengan gadis kuno sepertinya. Suka atau tidak, dia harus menerima fakta itu mulai sekarang.
Helaan nafas panjang mengiringi langkahnya untuk keluar, meninggalkan tempat remang dengan suara musik keras yang sebenarnya cukup mengganggunya.
Yeahh... Night Club tak cukup pantas untuknya. Perpustakaan yang tenang rasanya lebih cocok. Miyuki bersumpah tidak akan lagi menginjakkan kaki di tempat dia tidak di terima.
Gadis itu keluar dengan wajah lesu. Satu tangannya terangkat untuk melepaskan ikatan rambutnya, lalu membiarkan rambut panjangnya tergerai begitu saja.
Berjam-jam berdiri di club membuat tumitnya nyeri. Dia baru sadar jika malam sudah semakin larut ketika dia memutuskan untuk pulang.
Kaki mungilnya bergerak pelan menyusuri trotoar basah yang habis di sapu hujan. Daun-daun kering yang berserakan menjadi gambaran betapa ganasnya angin yang berhembus beberapa jam yang lalu.
Gadis itu berjalan sembari memeluk dirinya sendiri. Cardigan tipis yang dia kenakan rasanya tak cukup hangat ketika menyelimuti tubuhnya. Ahh.. tidak... Sepertinya bukan cuma tubuhnya yang dingin, tapi hatinya sekarang juga telah ikut membeku.
Langkah kaki Miyuki terhenti di depan gedung pertokoan yang sudah tutup. Gadis itu mendongak keatas, memblokir akses air matanya untuk turun. Dia merasa malu jika harus menangisi kebodohannya di tengah jalan. Dan yang bisa dia lakukan hanya menghela nafas untuk melepaskan sesak di dadanya.
Kepalanya masih terangkat, menatap gelapnya malam dan juga pekatnya mendung. Lalu sesuatu yang besar dan bersinar tiba-tiba meluncur cepat dari atas lalu terjatuh di suatu tempat.
Bruuuuuk....
Miyuki tidak tau apa itu tapi suara jatuhnya sangat keras. Tidak ada satu orang pun yang tau karena jalanan begitu sepi.
Miyuki berlari untuk mencari tempat jatuhnya benda itu, berlari ke sisi lain trotoar dengan kepala yang menoleh kesana kemari.
"Ungh... "
Lalu rintihan seseorang membawa Miyuki ke tempat itu. Tepatnya di antara 2 gedung pertokoan yang gelap.
Seseorang tengah terkapar disana dan itu memancing Miyuki untuk mendekat.'Ja-jadi yang jatuh dari atas itu seseorang bukan sesuatu ??' Dia masih sempat memikirkan hal itu selagi kakinya bergerak.
Miyuki sempat ragu untuk mendekati seonggok tubuh yang terbaring tak berdaya di atas lantai beton itu, takut-takut jika orang itu sudah tak bernyawa. Tapi hal lain justru memancing rasa penasarannya.
"Orang ini punya sayap?? "Gumamnya.
Miyuki melongok kebawah begitu jaraknya tinggal 3 langkah dari orang itu, lalu kedua bola matanya membulat sempurna begitu melihat wajah yang familiar itu juga tengah menatapnya.
"Hu-Huang Renjun ?????"
Harusnya sayap renjun warnanya putih... 🙈 Tapi karena males ngedit jadi yaa sudahlah...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legendary Virgin | Huang Renjun
FanfictionSetiap manusia di muka bumi ini pasti memiliki pasangan. Tapi tidak semua orang bisa menemukan jodoh dengan mudah. Dan mencari jodoh untuk Fujinaga Miyuki sang gadis berjulukan perawan legendaris menjadi tugas terberat Huang Renjun selama kontrak h...