Huang Renjun merasakan efek dejavu setiap kali dia melihat wajah Miyuki ataupun mendengar suaranya. Wajah itu seolah pernah dia lihat di suatu tempat tapi dia tidak ingat dimana.
Renjun terus menatap gerak-gerik Miyuki setiap kali dia visit ke ruangan. Tidak hanya itu, Renjun juga sering duduk-duduk di kursi tunggu ugd dan menatap Miyuki dengan tajam seolah gadis itu adalah seorang buronan.
"Berhenti menatapku, aku risih." Ketus Miyuki.
Gadis itu merapikan alat suntiknya sebelum dia pergi, tapi sebelum dia berbalik Renjun sudah menahan tangannya.
"Tunggu."
Miyuki memasang wajah muak, dia enggan berlama-lama di depan Renjun karena takut keteguhan hatinya akan goyah.
"Apa lagi?"
"Kau yakin kita ga pernah ketemu di suatu tempat ?" Renjun memiringkan kepalanya, menatap Miyuki dengan saksama seolah wajah gadis itu adalah temuan artefak penting yang perlu dia teliti.
"Tidak tuan Huang, sudah berapa kali aku katakan. "
Renjun mengangguk-angguk, tapi lelaki itu tetap tidak melepaskan pandangannya. Sungguh, Miyuki merasa sangat risih dengan itu.
"Ohya, besok anda sudah boleh pulang, tolong suruh asisten anda untuk menandatangani administrasinya. "
Huang Renjun tetap seperti itu bahkan sampai malam terakhirnya di rumah sakit. Dia sendiri pun tidak percaya bagaimana sosok Minara, wanita yang telah dia cintai selama bertahun-tahun itu bisa dengan mudah di gantikan oleh seoran wanita yang tidak dia ketahui asal usulnya.Ini bukan seperti kekaguman, bukan juga cinta pada pandangan pertama. Renjun hanya merasa seperti memiliki ikatan dengannya. Rasanya seperti pernah saling kenal di dimensi yang lain.
Hal yang membuatnya begitu frustasi adalah setiap kali dia berusaha menggali ingatannya, Miyuki tidak pernah ada di bagian terkecil dari memorinya.
"Aku telah melihat banyak kematian yang tidak di kebumikan..... "
Huang Renjun ingat dia tengah berdiri sendiri di depan pintu masuk ugd, tapi orang lain yang tak dia kenal tiba-tiba telah berada di sampingnya.
Titik pandang mereka sama tapi isi
pikiran mereka jelas berbeda.".....dan jasadnya masih tertinggal di dunia dan tetap menjalani kehidupan. "
Renjun masih menatap sosok tinggi di sampingnya. Suaranya sangat rendah, dia bahkan bisa merasakan aura dingin yang entah apa itu.
"Jiwa-jiwa itu hampa karena rasa kehilangan, tapi mereka memaksa bertahan."
Huang Renjun mengerutkan keningnya. Sorot matanya terlihat serius sekaligus penuh teka-teki.
"Siapa yang kau maksud??"
Lee Jeno, sosok yang berdiri di sisi Renjun menoleh sebentar, mengadu tatapan tajamnya dengan milik Renjun sebelum dia kembali menatap kedepan lalu menunjuk Miyuki dengan dagunya.
Renjun ikut menatap kedepan, menyaksikan wajah serius Miyuki ketika memeriksa pasien di ugd.
"Kamu temannya ?"
Jeno masih menatap kedepan dengan wajah tanpa emosi.
"Bisa dibilang begitu."
"Dia punya kekasih ?"
"Ya, sebelumnya memang ada. Tapi orang itu melupakannya."
"Sungguh sangat disayangkan."
Renjun menatap mengiba. Tidak mengerti dengan cara kerja sisi empatinya yang terlalu berlebihan padahal Miyuki hanya orang asing yang tidak sengaja dia kenal 3 hari yang lalu.
Renjun kemudian merasakan suatu hal, bahwa dirinya juga merasa tak asing dengan laki-laki yang berdiri di sampingnya.
Sama seperti perasaanya pada Miyuki, Renjun seolah terjebak dejavu tapi memorinya terlihat buram dan tak nyata. Lelaki itu kembali menoleh dan bertanya,
"Hey.. apa kita saling kenal??"
Tapi anehnya sosok itu telah menghilang. Renjun memutar tubuhnya, menatap tak ada seorangpun di sekitarnya.
'kemana perginya dia ?'
Bahkan Renjun tidak mendengar ada langkah kaki yang bergerak menjauh seolah sosok tadi menghilang begitu saja.
'sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa aku rasanya seperti melupakan hal-hal penting??'
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legendary Virgin | Huang Renjun
FanfictionSetiap manusia di muka bumi ini pasti memiliki pasangan. Tapi tidak semua orang bisa menemukan jodoh dengan mudah. Dan mencari jodoh untuk Fujinaga Miyuki sang gadis berjulukan perawan legendaris menjadi tugas terberat Huang Renjun selama kontrak h...