28. Trial Kematian

97 17 2
                                    

Tokyo terlihat sangat tidak asing bagi Renjun. Kota besar yang baru tiga kali dia kunjungi itu terlihat begitu familiar. Renjun tidak tau bagaimana bisa dia hafal jalan-jalan disana, dia tau tempat-tempat kecil dan kedai-kedai terkenal di daerah itu.

Hal lain yang membuatnya terkejut adalah ketika dia sangat fasih berbahasa Jepang padahal Renjun belum pernah mendapatkan kursus bahasa Jepang. Sungguh efek setelah koma ini membuat Renjun merasa seperti bukan dirinya.

"Saya tidak tau anda bisa berbahasa Jepang dengan fasih." Yushi membuka percakapan setelah beberapa menit perjalanan.

"Ya, aku sendiri juga bingung."

Yushi tersenyum simpul, masih tidak mengerti tapi lebih memilih untuk diam. Lalu kembali fokus ke jalanan.

"Apa benar disini rumahnya ?"

Bangunan itu tampak berbeda dari yang ada di dalam memori Renjun. Ini lebih besar, dengan warna dan suasana yang berbeda. Tapi alamat nya memang benar disana.

Renjun menatap bangunan itu dengan matanya yang sayu. Rumah itu di cat dengan warna merah muda, salah satu warna feminin yang disukai oleh Minara. Bunga-bunga azalea berwarna merah muda juga terjajar rapi di tepi pagar. Itu adalah bunga kesukaan Minara dulu. Renjun masih mengingat itu dengan jelas.

Tapi ada hal lain yang membuat Renjun berasumsi jika gadis itu tak lagi tinggal disana. Ketika 2 orang bocah laki-laki keluar dari rumah dan berlarian di halaman.

Rumah ini pasti sudah di beli oleh keluarga kecil yang memiliki 2 orang anak. Binar di mata Renjun meredup, dia tidak akan melihat Minara hari ini. Renjun benar-benar telah kehilangan jejaknya dan mungkin butuh waktu untuk menemukan kekasihnya.

"Anda mau saya turun dan bertanya ?" Yushi melirik kebelakang. Berharap mendapatkan jawaban tapi Renjun masih diam.

Matanya terfokus pada pintu kayu yang tak tertutup sempurna di rumah itu. Dan itu semakin menajam ketika sosok wanita muncul dari sana.

Wanita itu mengenakan pakaian tertutup yang sama sekali tidak stylist. Sebuah apron menempel di bagian depan tubuhya. Rambutnya diikat ke atas dengan wajah menua yang tak berpoles make up.

"Minara??"

Huang Renjun turun dari mobil, matanya terfokus hanya pada wanita itu sementara kakinya seolah mencari jalannya sendiri.

"Minara." Panggilan lirihnya bersambut. Wanita itu menoleh padanya seolah membenarkan jika itu adalah namanya.

"Huang Renjun..??? "

Wanita itu terperangah. Matanya tak berkedip dengan bibir terbuka. Dia terlihat antara terkejut dan tidak percaya.

"Iya, ini aku Renjun." Senyuman Renjun terkembang. Setelah 8 tahun akhirnya dia bisa bertemu kembali dengan pujaan hatinya.

"Ka-kamu.. sudah sadar??"

"Iya.. ini keajaiban Tuhan. Aku sadar tepat satu tahun yang lalu, tapi aku harus menjalani banyak terapi sebelum bisa mencarimu. "

Minara kebingungan. Dia tergagap masih tidak percaya.

"Minara aku minta maaf, karena kecerobohanku pernikahan kita 8 tahun yang lalu batal. "

Gadis itu diam, dengan hembusan nafas gusar yang penuh beban. Matanya menatap kebawah, pada dua kaki Renjun yang berpijak tepat di hadapannya.

"Apa aku masih belum terlambat buat lamar kamu lagi??"

"Huang Renjun..." Minara langsung menyahuti. Hal yang dia takutkan pun terjadi.

"... Aku mau ngenalin kamu sama mereka. " Minara menatap dua bocah laki-laki yang berbeda usia. Keduanya sempat menoleh ke arahnya sebelum kembali bermain.

The Legendary Virgin  | Huang Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang