CHAPTER 27 (CHOOSE TO TRUST)

271 45 4
                                    

Soobin menepuk pelan perutnya yang sedikit buncit karena terlalu banyak makan tadi. Ya, pada akhirnya mereka memutuskan untuk percaya pada si kembar. Dan hal pertama yang mereka lakukan adalah dengan makan malam bersama, diselingi beberapa obrolan ringan. Agar suasana tidak begitu canggung satu sama lain.

"Wah, rasanya sudah lama aku tidak merasakan kekenyangan seperti ini.", kata Soobin dengan senyuman yang terpatri di wajahnya.

Saat ini Soobin dan keempat pemuda lainnya tengah bersantai di ruangan yang sudah disiapkan Mia. Mereka berlima mumutuskan untuk tidur di ruangan yang sama, dan Mia menyarankan ruangan yang berada di lantai 3 mansionnya.

"Aku benar-benar terkejut melihat porsi makanmu, hyung.", kata Hueningkai yang sedang tiduran di sofa.

"Porsi godzila yang sedang kelaparan.", Taehyun berkata seperti itu sambil membaca buku. Bagaimana dia mendapatkan buku? Jawabannya, karena dia sempat meminta ijin Mia untuk mengambil salah satu buku di ruangan yang layaknya perpustakaan itu. Dan Mia mengijinkan Taehyun untuk meminjam beberapa buku di sana. Bahkan, Mia dengan mudah memberikan kartu akses ruangan itu pada Taehyun. Hal itu membuat Taehyun semakin percaya bahwa si kembar ada di pihaknya.

"Tsk, apa urusan kalian dengan porsi makanku?!", Soobin tiba-tiba berkata dengan nada yang tidak santai.

"Tidak ada, dan sebaiknya kita mengistirahatkan tubuh kita.", Yeonjun memutus perdebatan mereka bertiga.

Mendengar perkataan Yeonjun membuat keempat pemuda yang lebih muda darinya pun menuruti perkataan yang paling tua. Namun bukannya tidur di ranjang yang sudah tersedia, mereka memilih untuk tidur di atas karpet bulu.

Sejak mereka bertemu dan berhasil keluar bersama dari tempat itu, membuat mereka tidak ingin berjauhan satu sama lain. Mereka berjanji untuk saling melindungi, dan bersama seterusnya. Karena mereka adalah keluarga.

Hueningkai memutuskan untuk mematikkan lampu kamar itu. Ruangan itu tidak gelap sepenuhnya, karena cahaya bulan yang masuk melalui jendela. Mereka tidur melingkar, dengan kepala saling bersebelahan satu sama lain. Kelima pasang mata itu melihat langit ruangan itu dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Aku benar-benar masih tidak percaya bahwa kita sudah bebas dari tempat mengerikan itu. Ini seperti mimpi indah", ujar Beomgyu tiba-tiba.

"Perlu aku buat percaya?", Taehyun menimpali perkataan Beomgyu.

"Maksudmu?"

PLAK!

Satu tamparan mendarat di pipi Beomgyu. Sehingga membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan sambil mengelus pipi kanannya yang baru saja ditampar Taehyun.

"Taehyun, sialan! Apa maksudmu menamparku?!"

"Bukankah kau tadi mengira ini adalah mimpi? Aku hanya membantu menyadarkanmu.", kata Taehyun cuek dan Kembali ke posisinya berbaring di sebelah kanan Beomgyu.

"Hei, sudahlah. Apa kalian tidak lelah bertengkar terus? Aku saja yang hanya melihat sudah lelah.", Yeonjun mengutarakan isi hatinya yang jujur.

"Haha... ternyata memiliki saudara laki-laki itu menyenangkan!", kini Hueningkai yang berkata dengan kaki yang meninju udara. Sedangkan Soobin hanya tertawa melihat tingkah Hueningkai. Kemudian mengelus rambut anak itu.

"Ya, kita adalah keluarga... besok... dan selamanya adalah keluarga.", perkataan Soobin berhasil membuat keempatnya tersenyum sangat lebar. Tangan mereka menggenggam satu sama lain, dan mata mereka memejam bersiap untuk menyelami alam mimpi.

.

.

.

Beomgyu mulai mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke ruangan itu. Matanya menelusuri ruangan itu dan tidak mendapati satu orang pun. Namun bukannya panik, malahan Beomgyu kembali menelusupkan kepalanya ke bantal yang dia gunakan untuk tidur semalam.

UNIQUERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang