CHAPTER 8 (PLAN B)

485 66 10
                                    

Hueningkai membuka matanya, hal terakhir yang dia ingat ketika dirinya dan Taehyun melarikan diri dan tertangkap.

"Akh! Kepalaku....", Hueningkai memegangi kepalanya yang terasa berdenyut.

"Kau sudah bangun?", Hueningkai menolehkan kepalanya dan melihat Dokter Raul.

"Di mana ini?!", wajah Raul sedikit kecewa saat mendengar Hueningkai berteriak kepadanya. Sepertinya hubungan antara dirinya dan Hueningkai tidak bisa diperbaiki lagi.

"Tenanglah, Kai. Kau berada di Gedung utama saat ini. Aku akan bisa lebih leluasa memperhatikanmu."

"Di mana teman ku?! Apa yang kau lakukan padanya?!"

"Dia ada di sebelah ruangan ini. Tapi dia masih belum sadarkan diri.", mendengar Taehyun yang masih belum sadar membuat Hueningkai bangun dari ranjangnya, dan mendekat ke arah kaca pembatas. Tangan kanannya memukul kaca yang menjadi penghalang antara dirinya dan Raul.

"Jangan coba-coba menyakitinya!", ancaman Hueningkai tidak membuat Raul takut, melainkan terkekeh.

"Melawan pun tidak ada gunanya, Kai. Seharusnya kau mendengarkan perkataanku, untuk tidak melakukan hal konyol seperti ini."

"Kenapa kau membohongiku? Aku kira kita adalah teman, tapi kau malah menyakitiku dan Taehyun!"

"Aku tidak berbohong saat berkata akan membantumu mengendalikan kekuatanmu. Aku sengaja masuk ke tempat mengerikan ini untuk membantu kalian. 'Si kembar' menyuruhku untuk mengawasi kalian, sampai waktunya tiba.", raut kebingungan tampak jelas diwajah Hueningkai.

"Si kembar?", Raul tidak menjawab pertanyaan Hueningkai dan membalikkan badanya berjalan keluar dari ruangan itu.

"Teman? Aku rasa itu bukan sebuah hubungan yang cocok diantara kita.", kata Raul sebelum menutup pintu.

.

.

.

Setelah keluar dari ruangan Hueningkai, Raul mengunjungi ruangan Taehyun. Ternyata laki-laki itu belum sadarkan diri. Raul mengambil kursi dan dan duduk mengamati Taehyun dari balik kaca pembatas. Di tangannya terdapat berkas laporan tentang Taehyun.

Beberapa menit kemudian telinga Raul mendengar lenguhan keluar dari mulut Taehyun. Laki-laki itu membuka matanya dan menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke dalam matanya. Raul menutup berkasnya dan berjalan mendekati Taehyun yang sudah bangun dari dari ranjangnya.

"Apa kau merasa lebih baik?", Taehyun yang mendengar suara Raul seketika menjadi waspada.

"Di mana, Kai?", hal yang pertama terlintas di pikiran Taehyun adalah Hueningkai, setelah melihat wajah Raul.

"Di ruangan sebelah.", jawab Raul santai sambil menunjuk dinding sebelah kanannya.

"Apa yang kau lakukan padanya?", tanya Taehyun tenang.

"Tidak ada. Mungkin hanya akan melakukan beberapa tes padanya besok.", Raul menjawab sambil menggidikkan bahunya. Taehyun mengepalkan tangannya, dan menatap tajam ke arah Raul. Taehyun berusaha memfokuskan pikirannya untuk menyerang Raul, namun tidak terjadi apapun.

"Kau tidak akan bisa menggunakan kekuatanmu selama kalung itu ada di lehermu.", Taehyun segera memegang lehernya. Dan benar saja, terdapat sebuah kalung melingkar di lehernya.

"Apa maumu?", tanya Taehyun.

"Simpel, aku hanya ingin kau menurut saja. Setidaknya sampai waktunya tiba, kemudian kau bebas bisa melakukan apapun. Termasuk melarikan diri."

"Sampai waktunya tiba? Sampai aku mati maksudmu?!", tanya Taehyun sarkas.

"Haha, lagipula.... Jika kau keluar dari sini, ke mana kau akan pergi? Bukankah kau sudah tidak memiliki tempat untuk pulang? Aku rasa tempat ini lebih baik bukan, daripada berada tempat itu?"

UNIQUERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang