"Apa yang kau inginkan dari mereka? Apa kau salah satu bawahan dokter sialan itu?!", Moa berjalan mendekat ke arah musuh. Tangannya mengepal dengan kuat.
"Huh, ternyata kau bisu. Tumben sekali dokter gila itu merekut uniquer yang tidak sempurna sepertimu?", Moa menatap remeh pemuda di depannya. Merasa tidak ada pergerakan Moa segera berlari mendekati musuh. Dengan gerakan cepat, tangan kanannya berhasil mencengkaram kerah musuh dan membantingnya ke tanah.
BUAGH!!
Hingga menghasilkan dentuman yang sangat keras. Ketika Moa akan melayangkan pukulan tepat di wajah musuh, pukulan itu berhasil ditangkis dengan kedua sayapnya menutupi seluruh tubuhnya. Membuat Moa terhempas beberapa meter.
Musuh itu segera bangkit dan bersiaga untuk menyerang Moa. Namun tiba-tiba pemuda bertopeng itu diam dan hanya menatap ke arah Moa selama beberapa detik.
"Mission canceled, it's time to return.", setelah mengatakan itu dengan segera pemuda bertopeng itu merentangkan sayapnya bersiap untuk terbang.
Tapi Moa tidak membiarkan itu. Dengan segera, gadis itu melompat dan menggapai kaki musuh. Dan sekali lagi membantingnya ke tanah. Tangan kiri Moa mencekik leher musuh dan mengangkat tubuhnya. Dirinya tidak peduli dengan rontaan musuh itu.
Moa menatap dalam mata musuh itu, bersamaan dengan tangan kanannya yang bersiap untuk menghajar wajahnya. Seketika Moa merasakan sengatan listrik dan rasa sakit yang luar biasa di kepalanya, layaknya ditusuk ribuan jarum.
"Akkhh!!! What the-!!", cengkraman Moa terlepas.
Melihat ada kesempatan musuh itu memutar tubuhnya sambil merentangkan sayapnya. Membuat Moa yang ada di dekatnya terkena tebasan sayap besi itu. Dengan segera dia terbang dan meninggalkan tempat itu.
Moa berusaha untuk mengejar, namun rasa sakit yang ada di kepalanya tak kunjung hilang. Ditambah sekarang perutnya tersayat cukup lebar karena serangan tadi.
Saat ini Moa hanya bisa memegangi kepalanya, sesekali menjambak rambutya. Berharap rasa sakitnya akan hilang. Tidak lama kemudian, Jeno datang dan segera menghampiri Moa.
"Moa! Kau baik-baik saja?!", tanya Jeno khawatir karena melihat Moa yang hanya menunduk sambil menjambak rambutnya.
"Agghh!! Tidak-aku baik-baik saja. Sebaiknya kau tolong mereka berlima terlebih dahulu. Sebentar lagi Mia-"
"Moa!! Jeno!!", itu adalah suara Mia yang baru saja tiba.
"Mia, cepat tolong Yeonjun dan yang lainnya. Mereka terluka!", kata Moa. Tidak memperdulikan dirinya yang juga terluka cukup parah dengan luka sayatan yang menganga di perutnya.
"Bagaimana denganmu?!", Mia tidak buta untuk tidak melihat darah yang menetes deras dari perut kembarannya itu.
"Aku baik-baik saja. Regenerasiku sangat cepat jika kau lupa.", Moa berusaha untuk tersenyum. Berharap bisa menenangkan Mia. Akhirnya Mia mengangguk dan segera pergi menghampiri kelima pemuda itu.
"Jeno, tolong kau juga bantu Mia.", paksa Moa pada Jeno yang akhirnya diiyakan oleh pemuda berambut silver itu.
Sedangkan Moa mulai mengatur nafasnya, dirinya mulai fokus pada regenerasinya untuk menyatukan kulitnya yang sempat robek, walaupun rasa sakit di kepalanya tetap terasa. Setidaknya, dirinya perlu menutup lukanya. Itu yang paling penting.
"Kenapa mata itu tidak asing? Seperti... aku sudah lama mengenal mata itu... Dan tubuhnya... kenapa terasa keras dan dingin seperti potongan besi? Sebenarnya siapa dia?", batin Moa dalam hati.
.
.
.
Sudah hampir 12 jam Soobin menunggu kakaknya itu bangun. Tapi sampai saat ini belum menunjukkan adanya tanda-tanda bahwa Yeonjun akan membuka matanya. Anak tengah keluarga Choi itu tidak melepaskan genggaman tangannya pada sang kakak. Bahkan sejak Yeonjun dipindahkan ke kamarnya setelah Mia menyerap lukanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNIQUER
Fiksi PenggemarUniquer adalah manusia yang memiliki kekuatan super yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya. Menjadi seorang uniquer bukanlah hal yang mudah, mereka harus siap dijauhi karena dianggap aneh dan bisa menyakiti orang lain jika tidak bisa mengenda...