CHAPTER 34 (MISUNDERSTANDING : FIRST)

115 16 0
                                    

3 hari sudah berlalu. Dan kini keadaan Yeonjun, Taehyun, dan Hueningkai sudah pulih seperti sedia kala. Luka pada tubuh mereka sudah tertutup tanpa meninggalkan bekas. Bahkan, Moa sudah Kembali ke mansion. Setelah 2 hari lalu pergi entah kemana.

Hanya saja sekarang Beomgyu menjadi lebih pendiam dari biasanya. Padahal matahari masih bersinar terang di langit, namun tidak ada teriakan atau keusilan dari pemuda itu seperti biasanya. Perilakunya yang aneh itu, justru membuat kedua kakaknya itu bingung. Ada apa dengan adiknya itu? Apa kepalanya terluka parah akibat benturan saat penyerangan kemarin? Hingga membuatnya menjadi murung dan pendiam seperti ini.

"Hyung, ada apa dengan adikmu itu?", tanya Soobin yang melihat Beomgyu hanya duduk diam di taman belakang, sambil menyeruput susu strawberry sambil melamun.

"Hei, dia juga adikmu, jika kau lupa", jawab Yeonjun jengah. Tak lupa tangan kanannya yang memukul tengkuk Soobin pelan.

Tapi memang sejak 3 hari lalu, Beomgyu bersikap aneh. Lebih tepatnya, terlalu diam. Yeonjun sendiri heran sekaligus takut dengan perubahan sikap Beomgyu.

"Yeonjun Hyung...", panggil Soobin pelan.

"Ada apa?", Yeonjun menoleh ke arah adiknya yang tiba-tiba menjadi suram.

"Hei, kau kenapa? Jangan bilang penyakit diam Beomgyu menular padamu juga?"

"Hyung, apa kau yakin kita bisa mempercayai si kembar?"

"Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti ini?"

"Tidak tau. Hanya saja, tiba-tiba aku merasa ragu..."

"Nantimalam saja kita semua berkumpul dan membahas ini.", putus Yeonjun. Dan Soobin hanyamengangguk kemudian menatap ke arah jendela.

.

.

.

Taehyun dan Hueningkai tengah berjalan di sepanjang koridor mansion. 5 menit yang lalu Taehyun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan untuk membaca dan Hueningkai mengikuti Taehyun karena dirinya juga merasa bosan akhir-akhir ini. Apalagi Beomgyu yang tidak bisa diajak bercanda dan bersenang-senang.

Namun saat perjalanan mata Taehyun tidak sengaja melihat Mia dan Moa yang sedang pergi ke arah greenhouse. Taehyun yang tiba-tiba berhenti membuat pemuda di sebelahnya pun ikut berhenti dan mengikuti arah pandang Taehyun.

"Eh? Bukankah itu Mia dan Moa? Apa yang mereka lakukan dengan pakaian serba hitam dan 2 buket bunga di tangan mereka?", tanya Hueningkai.

"Entahlah.", walaupaun Taehyun berwajah datar berbeda dengan hatinya yang sekarang bingung dan merasa sangat penasaran. Untuk apa mereka menggunakan pakaian hitam sambil membawa bunga ke greenhouse?

"Apa ini hanya perasaanku saja atau memang pakaian mereka seperti sedang berkabung? Untuk apa mereka menggunakan pakaian seperti itu saat di rumahnya sendiri?", tanya Hueningkai sekali lagi. Entah pada Taehyun atau pada dirinya sendiri.

Taehyun memutar tubuhnya dan berlari ke arah yang berlawanan arah dari perpustakaan. Hueningkai reflek ikut berlari mengikuti Taehyun yang ada di depannya.

Setelah mereka sampai di greenhouse, mereka berdua tidak menemukan keberadaan di kembar. Mata Taehyun terus mencari keberadaan Mia dan Moa. Hingga matanya tidak sengaja melihat siluet si kembar itu yang tengah berjalan ke arah belakang greenhouse.

"Aku baru tau ada gerbang di belakang greenhouse ini.", kata Hueningkai. Taehyun tidak menjawab apapun tapi kakinya melangkah pelan mendekati gerbang itu.

"Tsk, dasar Kang Taehyun. Selalu saja mengabaikan orang lain.", dumel Hueningkai. Kemudian menyusul temannya itu.

Tangan Taehyun membuka gerbang itu secara perlahan dan menyembulkan kepalanya perlahan. Dan matanya membola melihat bahwa di balik gerbang itu adalah kuburan. Hueningkai yang baru saja memyembulakn kepalanya juga hampir berteriak. Kemudian dengan reflek membungkam mulutnya dengan tangannya sendiri.

"Tae-Taehyun?!!! Kenapa bisa ada kuburan di tempat ini?!! A-apa mereka adalah sekutu Dokter Rudolf? Dan ini semua adalah uniquer yang terbunuh karena gagal sebagai kelinci percobaan?!! Atau ini-", jujur saja Hueningkai merasa panik. Tapi perkataannya terhenti saat Taehyun menarik tangannya untuk segera pergi dari tempat itu.

Mereka berdua lari dengan tergesa-gesa masuk ke dalam mansion. Kedua pasang kaki itu segera menaiki tangga lantai 3 untuk menemui ketiga hyungnya. Baru saja mereka akan berbelok di ujung koridor, namun keduanya bertabarakan dengan Yeonjun dan Soobin.

"Aghh!! Astaga!", ringis Yeonjun saat Hueningkai menimpa tubuhnya yang jauh lebih besar daripada tubuhnya.

"Aw!! Kepalaku!", bahkan badan Soobin yang besar saja sampai terjembab ke belakang hingga kepalanya berhasil membentur lantai karena Taehyun yang menubruk tubuhnya keras hingga jatuh menimpanya. Sedangakn Beomgyu yang tadi berjalan di belakang kedua hyungnya itu hanya menatap heran keempat orang yang masih tidur di lantai.

"Haish!! Kenapa kalian berlarian!", tanya Yeonjun yang kini tengah berusaha duduk dibantu oleh Beomgyu. Walaupun Hueningkai masih ada di atas tubuhnya. Karena pemuda berambut pirang itu sekarang tengah memeluk Yeonjun erat.

Yeonjun dapat merasakan deru nafas Hueningkai yang tidak beraturan dan tubuhnya mulai bergetar. Bahkan telinga Yeonjun mendengar suara isakan dari mulut Hueningkai.

"Hei, ma-maaf. Aku tidak bermaksud membentakmu. Kau baik-baik saja, Kai?", Yeonjun sedikit merasa bersalah sudah membentak bocah di depannya ini hingga menangis. Tangannya terangkat mulai membalas pelukan Hueningkai mencoba untuk menenangkannya.

Berbeda dengan Hueningkai yang menangis, saat ini Taehyun hanya terdiam menatap kosong ke lantai. Jujur saja Soobin bingung dengan kedua bocah yang baru saja datang dengan tergesa-gesa dan menimpanya dan Yeonjun.

"Taehyun, apa terjadi sesuatu?", tanya Soobin lembut.

"Hyung....Kita harus pergi dari sini. Aku tidak bisa mempercayai mereka lagi.", kataTaehyun pada Soobin. Sedangkan Beomgyu hanya menatap bingung.

"Aku dan Taehyun tidak sengaja melihat kuburan di belakang greenhouse.", Hueningkai angkat bicara.

"Hah?Kuburan?!!", sekarang giliran Yeonjun yang terkejut.

"Hyung, ayo kita pergi dari sini.", suara Taehyun menyadarkan mereka berempat.

"Tunggudulu! Sebaiknya kita masuk ke kamar dan jelaskan padaku. Apa yang terjadi,oke?", pinta Yeonjun pada keempat adiknya itu untuk ke Kembali ke kamar.

.

.

.

"Hei, Mia...", panggil Moa. Mereka berdua tengah berada di kuburan belakang greenhouse. Karena hari ini adalah peringatakan hari kematian kedua orang tuanya.

Sejak mereka berdua berhasil keluar dari markas RU.R.AL, kedua gadis itu memutuskan untuk membuat tempat peristirahatan terakir kedua orang tuanya di sekitar mansion itu. Dan terpilihlah tempat belakang greenhouse karena tanahnya masih luas.

"Hn?", Mia meletakkan dua buket bunga di atas tumpukan batu. Ya, hanya tumpukan batu dengan nama kedua orang tuanya di paling atas. Untuk apa mereka membuat liang kubur jika jasad kedua orang tuanya tidak ada?

"Sepertinya mereka akan salah paham mengenai tempat ini.", Moa memang melihat keberadaan Taehyun dan Hueningkai yang mengintip dari balik gerbang.

"Biarkan saja. Mereka akan bertanya, jika memang mereka penasaran.", jawab Mia santai. Sebenarnya Mia juga melihat kedua anak itu, dan membaca sekilas pikrian mereka. Tapi gadis itu menghiraukannya dan tetap melanjutkan kegiatannya.

"Mia..."

"Apa lagi, Moa.", tanya Mia yang mulai jengah dengan kembarannya itu.

"Dokter gila itu mulai melanjutkan project UMANO lagi."

"Apa?!", kini atensi Mia sepenuhnya menatap Moa.

"Aku baru mengetahui ini kemarin, Jeno yang memberitahukan padaku. Ternyata mereka melanjutkan project itu. Mia, aku rasa kita harus melatih mereka. Kita tidak bisa selalu berada di sisi mereka untuk melindungi kelima anak itu. Mereka harus bisa mengendalikan kekuatan mereka sendiri."

"Hah~sepertinya memang sudah waktunya. Kita bicarakan pada mereka besok saja.", Miabangkit dan berjalan meninggalkan tempat itu dengan Moa yang mengikutinya daribelakang.


To be continue...

Selamat menikmati... dan sampai jumpa di chapter selanjutnya....

UNIQUERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang