1. Halo! Kiara

32 5 0
                                    

Upacara berlangsung khidmat. Terik mentari mulai memanas dan terasa sangat silau di tengah upacara yang membuat Kiara menarik-hembus napas panjang-panjang dan wajahnya mulai memerah—ini selalu terjadi saat upacara. Faktanya, kulit wajah Kiara itu sensitif dengan panas, meskipun dia sudah menggunakan sunscreen; namun kulitnya yang putih itu terasa terbakar dan mulai menunjukan warna kemerahan meski waktu masih menunjukkan pukul 7.25. Rasanya Kiara ingin menggunakan payung untuk menghalau terik mentarinya.

Upacara selesai di jam 7.40, Kiara tidak langsung kembali ke kelas. Dia kini mencari-cari sang pemilik topi untuk mengembalikan topinya. Kiara mencari kesana-kemari, tapi hasilnya nihil. Dia hanya bercelingak-celinguk mencari seseorang yang wajahnya saja tidak dia kenali. Dia juga terlalu takut untuk bertanya ke orang-orang.

Kiara pun menyerah dan kembali ke kelas karena dia harus membawa tasnya kembali untuk pindah kelas sebab sekarang adalah hari ujian.

Setiap hari ujian, semua kelas diacak agar tidak terjadi contek-mencontek. Saat Kiara mencari kelas yang akan dia tempati, ternyata Kiara berada di kelas depan yang ada di dekat gerbang masuk yang merupakan kelas 11. Kali ini Kiara tidak berada di kelas yang sama dengan Indah dan hanya ada beberapa teman dari kelasnya yang berada di kelas ini. Semua berpencar.

Saat Kiara masuk kelas pun, dia harus mencari tempat dia duduk. Setiap meja sudah diatur sesuai nama yang akan menggunakan tempat itu. Kiara menemukan mejanya, lalu mendapati meja di baris ke 3 horizontal, dan baris pertama vertikal, alias di depan meja pengawas itu. Dia pun melihat kearah sisi kanan di meja kayu berwarna coklat yang sudah tertempel nama yang akan duduk bersamanya. Ternyata yang duduk di sebelahnya adalah seseorang yang sedang dia cari-cari, yaitu Tio Putra Riski. Kalau tahu begini, mengapa dia bersusah payah untuk mencari sang pemilik topi ini?

Saat ini Tio belum menunjukkan batang hidungnya, entah ke mana. Kiara hanya menunggunya saja sambil belajar materi yang akan keluar hari ini. 

Selang beberapa menit sebelum bel berbunyi, Tio sudah kembali ke kelasnya dan menyapa Kiara. "Halo! Tadi kamu, ya, yang aku beri topi?"

"Iya, Kak. Ini topinya ku kembalikan, Kak. Terima kasih banyak," jawab Kiara ramah sambil menyodorkan topi.

Tio terdiam seperti memikirkan sesuatu dan langsung tersenyum ramah sambil mendorong balik topinya. "Hmmm... Tidak perlu kamu kembalikan, minggu depan kamu membutuhkannya lagi, kan? Itu buatmu saja, aku sudah punya banyak topi."

Pikiran Kiara kini tergeser ke arah bagaimana seseorang bisa mempunyai topi lebih dari 1? Ya, Kiara tahu jawabannya. Pasti karena banyak yang suka maling topi. Walaupun setiap orang sudah diberi topi sesuai namanya masing-masing, itu tidak menjadikan alasan untuk seseorang tidak bertangan panjang; seperti kejadian hari ini saat topi Kiara menghilang. Berarti, apakah Tio termasuk orang yang suka maling topi?

"Aku bukan maling topi, Kiara." Tio tertawa tipis seakan tahu isi pikiran Kiara.

Kiara tertegun saat Tio berkata seperti itu dan hanya mengangguk pelan. 

Kiara mulai menyadari sesuatu yang mengganjal. "Kakak tahu dari mana namaku?" 

Tio terkekeh sambil menunjuk ke arah lembaran kertas yang tertempel di sisi meja sebelahnya. "Ini namamu, kan?"

Respons yang Tio berikan kepada Kiara membuatnya tersipu malu karena lupa jika namanya pun tertempel di sana. 

Bel sekolah telah berbunyi, pengawas mulai masuk dan memberikan kertas ujian yang membuat semua murid gugup gelagapan. Tapi hal itu tidak terjadi dengan Kiara dan Tio. Kiara tahu siapa Tio dan sudah mendengar namanya sebelumnya, hanya saja dia tidak tahu Tio berada di kelas mana, sebab nama Tio selalu disebut-sebut di penjuru sekolah ini. Jelas saja, Tio memiliki banyak bakat dan prestasi; apalagi kulit tan nan manis, serta rambut hitamnya yang halus berponi dan senyumnya yang rupawan itu membuatnya disukai oleh banyak gadis. 

Only You, SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang