# # #
Kini pikiran Kiara kembali cemas saat terpikir bahwa ia akan kembali ke rumahnya yang sepi itu. Dia menatap ke langit, menahan air matanya agar tidak keluar. "Pertanyaan kakak yang tadi, aku memang pergi karena kesepian. Aku tidak pernah menduga hari ini akan terjadi padaku begitu mendadak, sampai membuatku cemas tak henti-henti karena harus terbiasa sendirian. Aku hanya ingin mencari ketenangan dan pengalihan pikiran saja, Kak. Aku juga mau berterima kasih karena khawatirnya, Kak. Maaf, aku tidak bermaksud merepotkan juga."
Tio yang mulai menaruh tatapan penuh pada Kiara saat bicara seperti itu, membuatnya fokus menyimak dan menunggu sampai Kiara tenang.
Saat dirasa sudah tepat, Tio mulai mengutarakan tanggapannya. "Kesepian itu manusiawi kok. Aku juga pernah merasakan kesepian walaupun banyak orang yang berada di sisiku. Oleh karena itu, jika kamu kesepian karena benar-benar sendiri, tolong cari seseorang yang dapat kamu percaya untuk menemanimu. Meskipun aku menawarkan diri pun, kamu yang akan menentukan dengan siapa kamu bersama. Pada akhirnya, orang yang kamu percaya, pasti akan membuatmu nyaman dan tidak merasa sepi lagi."
Menurut Kiara yang notabenenya seorang people pleaser pun setuju dengan pendapatnya. Ia mulai berpikir meskipun dia di rumah sendirian, itu bukan berarti ia benar-benar sendiri dan tidak ada orang yang dapat ia andalkan.
"Ah iya, kalau kamu sekarang sedang merasa kesepian, bagaimana kalau besok kita pergi jalan-jalan bersama untuk menghilangkan rasa sepimu? Kita pergi ke bioskop, atau hunting makanan, mungkin? Agar kamu tidak sedih lagi." Tio kini mengutarakan idenya kembali dengan antusias untuk membangkitkan Kiara dari kesedihannya itu, tidak ingin membuat Kiara semakin menangis dan memikirkan masalahnya.
Kiara tersentak dengan pernyataannya yang begitu cepat mengubah suasana. Kini suasana yang dingin, kembali dihangatkan oleh ajakan Tio dengan pembawaan seru. Ia yang terdiam itu langsung tersadar dan mengusap air matanya yang sudah turun di wajahnya itu. Ia tersenyum. "Aku gak pernah ke bioskop sih, Kak."
"Nggak apa-apa nanti aku yang atur. Kamu tinggal ikut saja." Tio akhirnya senang dengan reaksi Kiara yang mulai tersenyum.
"Boleh tuh, Kak. Nanti aku ajak Tinanty deh," timpal Kiara.
Perkataan Kiara itu membuat Tio sedikit sedih karena ekspektasinya yang berpikir bahwa ia hanya akan pergi berdua dengan Kiara. "Iya, boleh, nanti aku ajak temanku juga deh." Tio tidak ingin merusak suasananya lagi.
Tio mulai mencemaskan satu hal. "Apa tidak mendadak besok?"
Kiara kini tersenyum senang dan matanya berkedip mengisyaratkan bahwa ia setuju. Tio pun mengerti dan akan ia persiapkan seluruhnya dalam beberapa jam ke depan dengan cepat.
"Apa aku boleh minta nomor teleponmu, Kiara? Agar aku bisa menghubungimu," pinta Tio.
"Eh, aku nggak tahu nomorku, Kak. Ini HP ibuku yang kuambil kemarin, jadi aku hanya pakai buat foto-foto saja," balas Kiara sambil membuka ponselnya.
Jawaban Kiara membuat Tio tertawa kecil. Betapa gemasnya dia saat melihat seseorang yang begitu pintar dalam hal akademik itu kini memperlihatkan kepolosannya akan ketidaktahuan yang biasanya orang-orang tahu. "Boleh kupinjam sebentar? Untuk memasukkan nomorku."
Kiara memberikan ponselnya, tanda setuju. Ia mengintip dari arah samping dengan bergitu sulit karena Tio yang duduk tegak, membuatnya memiringkan badan hingga berdiri untuk melihatnya. Tio yang menyadari hal itu langsung membungkukkan badan yang terduduk itu, lalu diubahnya jarak pandang dari ponselnya yang semula dinaikkan setinggi mata, kini berada di bawah setinggi perut agar Kiara dapat nyaman melihatnya.
Kini Tio telah memasukkan nomornya dan mencari aplikasi lain, yaitu Whatsapp. Ternyata, di ponsel Kiara, aplikasi Whatsapp itu tidak ada karena belum di-install. Ia pun meminta izin kepada Kiara untuk meng-install dan akhirnya dia mulai mengotak-atik ponselnya yang Kiara tidak pahami. Tapi Kiara percaya pada Tio bahwa itu akan dibuatnya baik.
Aplikasi itu telah tersedia di tampilan depan ponsel Kiara, dan Tio mulai mengajari dengan detail bagaimana cara penggunaannya. Kiara sontak gembira karena baru pertama kali ia melihat hal semacam itu. Dia pun mulai mencobanya sendiri untung menge-chat Tio, dan Tio pun membuka ponselnya lalu dibalasnya pesan Kiara itu dengan cepat. Kiara senang, Tio pun ikut gembira melihatnya.
Jam telah menunjukkan jam 10.30 malam dan Mini Market itu ternyata baru mau tutup di jam segini. Hujan yang masih lebat dan tak kunjung reda tidak memungkinkan Kiara untuk pulang sendiri. Akhirnya Tio menawarkan diri untuk mengantar Kiara sampai rumahnya.
"Kamu sudah harus pulang, sudah larut sekali ini. Ayo, aku antar kamu naik motorku. Sepedamu titipkan saja di sini, besok akan ku kembalikan," usul Tio yang khawatir kepada Kiara untuk pulang sendirian.
Kiara mengangguk, lalu mulai memasukkan semua barangnya ke dalam tas dan membersihkan meja itu sembari menunggu Tio mengambil motornya.
Sorot lampu motor diarahkan ke Kiara untuk memberi sinyal bahwa itu adalah Tio. Tio turun dari motornya, menghampiri Kiara untuk memberikan sebuah jas hujan kepada Kiara. Walaupun kondisi Kiara masih basah, tapi lebih baik untuk tidak membuatnya semakin basah dan kedinginan.
Mereka berdua menghalau hujan dengan motor yang dibawa santai karena takut terpeleset, sembari menikmati hujan malam bersama tanpa ada yang berbicara satu pun karena suara rintikan hujan yang mengenai jas hujan itu dapat mengalahkan suara pembicaraan. Mereka berdua juga sedang fokus dengan melihat jalanan yang mulai gelap.
Ini pula merupakan kali pertamanya Kiara dibonceng oleh seorang lelaki selain ayahnya dulu. Ia mulai merasa canggung sebab melihat punggung yang ada di depannya itu sangat lapang. Tidak seperti saat bersama Tinanty yang bahkan bisa melihat jalanan yang ada di depan. Kini punggung itu benar-benar menutupi pandangan depan Kiara. Ia pun hanya dapat melihat jalanan yang ada di sampingnya.
# # #
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You, Senior
Romanceseorang siswi kelas 10 SMA yang memiliki sebuah masalah saat topinya hilang, tiba-tiba dia mendapatkan sebuah kebaikan dari kakak kelasnya yang memberikan ia topi. Kisah mereka pun dimulai sejak saat itu. [Date with Senior remake] Romance - school...