18. Hari Pertama

5 1 0
                                    

Hari ini semester baru dimulai. Kiara pun sudah berada di kelas 11 MIPA 2, Tio dan Adam yang kini sudah kelas 12 IPS 1, dan Tinanty pun masuk masuk di sekolah itu di kelas 10 MIPA 6. Kaget? Tentu. Tidak ada yang menyangka bahwa Tinanty akan masuk kelas MIPA, apalagi dengan perawakannya yang terlihat logis, ketimbang teoritis.

Syukur, kali ini Kiara berangkat bersama Tinanty menaiki motornya untuk ke sekolah. Mereka berangkat di jam 6.15 agar tidak terlambat dan terjebak macet. Apalagi hari ini hari pertama sekolah kembali dibuka, pastinya jalanan akan sangat penuh dengan murid-murid yang baru masuk sekolah.

Sekarang, di sekolahnya ada sebuah peraturan baru setiap hari senin yaitu cek kelengkapan topi, dasi, dan ikat pinggang di gerbang sekolah saat murid-murid baru saja datang. Untungnya, Kiara masih menyimpan topi pemberian Tio untuk dipakai setiap hari senin. Kali ini tidak akan dia biarkan topinya berada di kolong mejanya lagi. Dia akan mulai menaruh topinya tetap berada di tas, di ruang tersembunyi di tasnya. Di tempat jas hujan tas.

Setelah upacara selesai dilaksanakan, Kiara kembali ke kelas dengan rasa takut. Ini sering terjadi saat setelah libur semester. Rasa gugup menghantuinya, membuatnya takut untuk masuk ke kelasnya sendiri. Walau ia tahu, pasti tidak ada yang peduli padanya. Bahkan kehadirannya tidak dianggap oleh yang lain, tapi itu lebih baik dibandingkan harus mendengar kalimat-kalimat pedas dari teman kelasnya.

Memang tidak ada yang mengakuinya di kelas, kecuali teman sebangkunya.

"Hai Kiara! Kamu kemarin kenapa pulang duluan?" sapa Indah, teman sebangkunya. Indah benar-benar terlihat sangat bodoh di mata Kiara yang bahkan tidak pernah menyadari keberadaan Kiara.

Ucapan Indah sontak membuat perhatian yang cukup besar karena dia bicara dengan lantang.

"Nggak, aku cuman pusing," terang Kiara yang semakin merasa takut.

Kau tahu apa yang ada di pikiran Kiara? Seperti ini: "Eh, aku harus jelasin apa? Aku harus ngomong apa? Jika aku jujur, pasti yang lain mulai mentertawakanku. Kenapa orang-orang menatapku sekarang? Mereka pasti ingin memarahiku. Aku takut," gumam benaknya sambil bergidik ngeri. Menurutnya, orang-orang bahkan lebih menyeramkan dibandingkan hantu. Sungguh, dia takut akan respons orang setelahnya.

Lalu, apa respons yang diberikan teman kelasnya saat Kiara menjawab? Orang-orang yang sebelumnya menatapnya kini mulai membalikkan badan, lalu menguping. Hal tersebut pun membuat Kiara overthingking lagi akan pembicaraan apa yang sedang mereka lakukan? Pasti mereka membicarakan Kiara.

Tinanty benar, kondisi Kiara memang sangat menyebalkan. Maksudnya, biarkan saja orang memberikan respons apapun kepadanya, itu tidak berdampak apapun pada hidupnya. Justru karena terlalu peduli itulah yang dapat mengubah hidupnya, tidak pernah merasa nyaman. Semua orang yang dekat dengan Kiara pun tahu, bahwa dia bukanlah perempuan lemah. Dia punya kecerdasan, tapi hatinyalah yang terlalu lemah. Mengetahui hal tersebut datang karena faktor keluarga dan faktor pertemananlah yang membuat semua paham akan kondisi Kiara.

"Hey! Ayo semuanya keluar kelas! Kumpul di lapangan sekarang!" teriak salah satu petugas OSIS yang berkeliling ke semua kelas ketika semua murid harus berkumpul di lapangan.

Mengapa semuanya disuruh berkumpul di lapangan? Karena setiap tahun ajaran baru, di sekolah selalu mengadakan sebuah demo ekstrakulikuler yang menghadirkan seluruh penampilan dan kegiatan selama di ekstrakulikuler tersebut untuk mengenalkan kegiatan sekolah kepada murid-murid baru. Acara ini dilaksanakan seminggu penuh, jadi seminggu ini pula mereka semua tidak belajar.

Semua orang kini pergi ke lapangan dengan bergerombol membuat jalan mandet. Kiara biasa memilih menunggu semua terkondisi, lalu keluar kelas untuk menuju lapangan.

Only You, SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang