21. Berbincang

5 1 0
                                    

Hari ini masih sama. Tidak ada kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah karena sebuah acara demo ekstrakulikuler di setiap tahunnya. Kemarin Kiara yang tidak sempat untuk menonton dua pameran yang lain karena suatu masalah. Kali ini pun ia tidak menonton pameran di acara ke dua karena dipanggil pada saat istirahat.

"Permisi! Apa ada Kiara?"

Seseorang yang sangat penting di sekolah kini datang mencari Kiara yang membuatnya refleks bergidik takut karena tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Dia takut jika dia akan dihukum. Kiara mulai overthingking dengan kesalahan apa yang ia perbuat hingga seorang sekretaris OSIS—ketua—datang?

Seseorang kini menunjuk ke arah Kiara yang membuatnya semakin panik sejadi-jadinya. Apa yang terjadi padanya hingga seorang Sarah Shadina datang mencarinya? Kiara pun beranjak dari bangkunya dengan gemetar dan tertunduk takut. Ia pun takut untuk melihat orang-orang di kelas yang mulai memperhatikannya. Pasti begitu. Terlalu takut apa yang mereka pikirkan, sekaligus takut dia akan dihukum.

Dari luar, Sarah menunggu Kiara untuk menghampirinya. Dia melihat seluruh teman kelasnya yang memperhatikan Kiara, tapi tidak ada satupun yang bertanya tentang kedatangannya. Dia hanya melihat seluruh teman kelasnya mulai bergosip satu sama lain yang berbisik. Meskipun tidak terdengar apa yang dibicarakan, Sarah tahu apa yang terjadi di sana. Pasti karena Kiara. Padahal jika ingin tahu urusan Kiara, dia bisa tanyakan langsung pada yang bersangkutan. Sarah menjadi bersalah karena datang sebab semua teman kelasnya Kiara mulai bergosip yang sebenarnya tidak benar adanya. Dia tahu, semua persepsi orang pasti akan salah karena kehadirannya. Sebagai seorang ketua OSIS—sekretaris—dia sangat dikenal seluruh murid dan menganggap dia adalah ketua OSIS yang datang karena ingin menghukum seseorang. Seperti pemikiran Kiara.

Kiara berhenti berjalan selangkah sebelum mendekat dengan Sarah untuk menanyakan urusannya. "Ada apa ya, Kak?"

Tanpa membalas pertanyaan Kiara, Sarah langsung menarik lengan Kiara lalu berlari kecil untuk menjauh sedikit dari kelasnya Kiara. Kiara tentu terkejut tapi tidak dapat melepas cengkeraman itu apalagi sambil dibawanya berlari.

Kini mereka sudah sedikit menjauh dari kelas Kiara, Sarah pun melepas tangan Kiara dari cengkeramannya dan mulai berjalan santai.

"Maaf ya, Kiara. Aku tiba-tiba datang begini. Gak perlu takut kok," celetuk Sarah yang sedikit engap-engapan.

"Ada apa ya, Kak, cari aku?" Kiara masih khawatir pada dirinya sendiri.

Sarah menatap Kiara dengan senyum asyiknya. "Aku dengar kamu ingin baca di perpustakaan, kan? Mau sekarang? Eh iya, kita sudah saling tahu nama, kan? Jadi salam kenal ya!"

Kiara pun seketika berseri dengan urusan yang dimaksud Sarah. "Iya Kak! Pasti dengar dari Kak Tio ya, Kak? Hehe. Salam kenal juga, Kak."

"Maaf ya aku tiba-tiba datang padamu. Aku sebenarnya diberitahu sejak liburan kemarin, apalagi kamu juga lewat depan kami kemarin, jadinya aku langsung ingat dengan janji Tio. Maaf ya aku baru ingat hari ini." Sarah dengan skill talkative-nya.

Kiara kini tidak merasa sungkan dengan Sarah karena pembawaannya. "Iya, Kak. Nggak apa, aku pikir aku ada salah apa jadi dipanggil sama Kakak, hehe. aku senang sekarang aku jadi bisa ke perpustakaan itu."

"Ehhh... kalau kamu ada masalah pasti akan dipanggil lewat speaker, dong! Yah, salahku juga tiba-tiba datang padamu, hahaha. Anyway, kamu mau pinjam buku novel Harry Potter kan, ya? Aku juga suka banget itu tahu! Kamu suka siapa di sana?" Sarah mulai membuat Kiara semakin tertarik pada topiknya.

"Eh? Kakak tahu Harry Potter?! Aku suka Draco Malfoy, Kak! Walaupun dia jahat tapi sebenarnya dia baik sih menurutku. Yah, dia ganteng banget juga." seru Kiara dengan antusias.

Sarah mulai menjelaskan kesukaannya. "Wah kita berbeda, Kiara. Aku suka sama Fred George. Yah, walaupun ada yang sudah mokad, tapi dia lucu banget, please..."

"Ih aku sampai sekarang belum bisa bedain Fred sama George," sahut Kiara dengan ekspresi tersenyum masam.

"Hahaha. Gak apa-apa, emang kembar itu susah dibedain sih." Sarah tertawa yang membuat Kiara ikut tersenyum manis tidak merasa canggung. Sungguh sebuah bakat alami jika dapat membuat Kiara tertarik.

Sekarang ekspresi Sarah berubah saat menatap Kiara. Tatapannya mengisyaratkan bahwa dia terlihat cemas. Iya, dia masih mencemaskan hal yang tadi terjadi saat datang ke kelas Kiara. ia pun membuka pertanyaan. "Kiara, kamu apa nggak punya teman di kelas? Tadi kulihat bahwa orang-orang menatapmu dengan tatapan mengancam dan langsung berbisik-bisik. Apa kamu nggak apa dengan itu?"

Kiara pun ikut menurunkan pandangan dan tersenyum masam. "Aku sejak dulu pun khawatir dengan itu, Kak. Aku ingin mencoba untuk terbiasa tidak menanggapinya. Tapi yah, susah sih. Aku masih sering kepikiran dengan mereka."

"Aku minta maaf sekali ya, Kiara. Aku tidak tahu kalau kamu begitu. Jika kamu butuh teman, kamu bisa datang ke kelasku, Kiara. Nanti akan kukenalkan juga teman-temanku, okay? Jangan pedulikan mereka, Kiara. Aku tahu itu sakit tapi kamu pasti bisa terbiasa!"

"Iya kak, terima kasih."

# # #

Only You, SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang