23. Perpustakaan Part 2

6 1 0
                                    

Saat ini pukul sudah menunjukkan pukul 4 sore sejak Kiara membersihkan ruangan perpustakaan pada jam 9 pagi. Dia tidak sama sekali istirahat yang tidak membuatnya sadar kalau dia kelelahan. Kiara benar-benar menikmatinya saat menemukan berbagai barang yang unik seperti harta karun dan buku-buku yang ia ingin baca. Liciknya, dia sudah menyimpan sendiri buku yang akan dia baca di tempat tersembunyi agar tidak ada yang dapat meminjamnya, hanya dirinya saja yang dapat meminjam buku itu untuk pertama kalinya.

"Loh, kamu masih di sekolah, Kiara?" Tio tiba-tiba hadir di depan pintu perpustakaan yang sudah banyak kardus-kardus berserakan dengan debu yang tebal dan sampai-sampah yang belum Kiara buang. Pekerjaan Kiara pun masih tersisa sedikit lagi dibagian dalam, belum membersihkan halaman depan perpustakaan yang ia kacaukan.

Kiara langsung menjawab teriakan dari dalam. "Iya Kak!" dengan pakaian yang lusuh dan kotor, untung esoknya seragamnya akan ganti. Kini orang yang berteriak itu mencoba keluar ke depan pintu yang sempit dipenuhi barang-barang untuk menemui Tio.

Tio langsung melihat seseorang yang muncul dari ruangan dengan kacau. "Ya Allah, kacau sekali kamu. Mau sampai kapan kamu?"

"Ya, sampai ini selesai dong, Kak." Kiara menjawab sambil menyentuh tengkuknya merasa sungkan.

"Ini gak akan selesai hari ini kalau kamu sendirian, mau kubantu?" tawar Tio.

"Eh, Kakak capek kan, bahkan belum pulang jam segini. Besok Kakak juga tampil, kan? Jadi aku bisa atasi ini, Kak."

"Sudah nggak apa-apa."

Tio kini membuka jaket yang ia kenakan dan menggulung lengan seragamnya, lalu menyibak rambutnya tanda semangat. Akhirnya Kiara pun tidak membersihkannya sendiri.

Baru saja masuk, Tio langsung pergi mengarah ke meja penjaga perpustakaan yang penuh dokumen tidak terpakai dan langsung memulai kegiatannya dari mengangkat tumpukan dokumen bekas peminjaman itu. Sedangkan Kiara masih menyusun buku-buku ke rak yang masih ada 2 tumpuk.

Saat telah membawa sampah berkas itu ke depan halaman, Tio kembali ke meja itu dan melihat isi lacinya. Ternyata di sanalah penyimpanan rahasia Kiara yang sudah terisi banyak buku yang sudah Tio duga akan Kiara ambil. Tio tertawa kecil karena kelakuan Kiara dan mulai mengerjainya.

"Kiara, kamu udah ngambilin bagianmu, ya? Licik juga kamu." Tio berseringai seru.

Kiara yang mendengar dari balik rak pun langsung berteriak. "Memangnya kenapa, Kak? Aku cuman mau jadi yang pertama pinjam saja, kok!"

Tio membalas itu dengan tertawa dan kembali menutup laci yang cukup besar tanpa mengubah isinya. Untungnya, Tio tidak keberatan dengan itu.

Ruangan itu telah tuntas sampah-sampahnya. Hanya tersisa buku-buku yang harus Kiara tata dan menyapu-pel ruangannya. Tio yang tidak melihat adanya barang berat di dalam pun langsung beranjak ke depan pintu, lalu membuang semua sampah-sampah yang sangat berat itu. Tio sempat heran bagaimana bisa Kiara mengeluarkan sampah-sampah ini sendirian? Itu cukup mengejutkannya.

Kiara akhirnya selesai menata buku-buku, lanjut untuk menyapu dan mengepel. Tapi saat Kiara berjalan ke arah gantungan sapu, Tio yang baru tiba untuk mengambil sampahnya lagi, sudah melarang Kiara untuk melakukan itu. "Sudah Kiara. Menyapu dan mengepelnya besok lagi saja. Kamu istirahat dulu dan tunggu aku selesaikan ini."

Kiara pun mengiyakan dan langsung pergi ke kulkas minuman yang ada di depan ruang guru. Di sana menjual minuman yang menggunakan sistem pelayanan mandiri. Jadi Kiara hanya dapat mengambil minumannya, lalu membayar ke kotak yang ada di meja sebelah kulkas itu, menuliskan catatan berisi nama, minuman yang dibeli, nominal uang, dan kembaliannya. Memang cukup rawan pencurian, tapi entah mengapa sistem ini masih berlaku sejak dulu. Mungkin tidak ada kasus yang seperti itu.

Kini Kiara telah mengambil 2 minuman berupa susu cokelat untuknya dan minuman isotonik untuk Tio. Dia sangat menghargai bantuan dari Tio yang selalu tiba-tiba datang kepadanya. Ia menatap langit sore dari bangku depan ruang guru yang sudah sepi itu, sekolah pun sudah sangat sepi. Kiara melihat Tio yang bolak-balik perpustakaan-tempat sampah yang lumayan jauh dengan membawa box kardus yang besar nan berat tanpa terlihat letih sekalipun. Tio terlihat sangat gentle di mata Kiara saat ini. Bahkan Tio tidak mengizinkan Kiara untuk membantu menggotong dan justru menyuruhnya untuk istirahat.

Benar-benar idaman.

Kiara melihat Tio yang sudah selesai mengangkut barang-barang, ia langsung berlari kecil dari arah ruang guru ke depan perpustakaan untuk menghampiri Tio dan mengunci pintu perpustakaan.

Kali ini Kiara usil dengan menempelkan minuman isotonik yang akan ia berikan ke Tio di pipinya itu langsung membuat Tio menoleh kearahnya. Kiara merespons tertawa setelahnya dan minuman itu pun di ambil oleh Tio.

Setelah Kiara tertawa dan diperhatikan oleh Tio, dia berucap, "Terima kasih untuk hari ini, Kak. Kakak banyak membantu sekali, hehe."

"Hahaha, iya sama-sama, Kia. Terima kasih juga minumannya." Tio membalas tawa Kiara dengan asyik.

Mereka berdua akhirnya selesai di jam 4.30 sore. Untungnya selesai di hari ini—hanya tersisa lantainya—karena bantuan Tio. Jika tidak ada Tio, tidak terbayang akan pulang jam berapa Kiara dengan semua kekacauan yang ada di perpustakaan. Untung barang-barang besar sudah di sortir oleh Tio dan mereka pun segera pulang bersama dengan kekacauan di pakaiannya itu. Jelas yang paling kacau adalah Kiara, Tio pun memberikan jaketnya agar dipakai Kiara, setidaknya tidak terlalu terlihat kacau.

Mereka berdua kini kembali bersama lagi dengan motor Tio. Kiara baru saja menyadari bahwa sekujur badannya merasa sangat sakit pasti karena bersih-bersih tadi. Padahal, sejak tadi rasa sakitnya tidak berasa sama sekali. Tiba-tiba saat menaiki motor, pinggang dan kakinya mulai pegal-pegal. Yah, begitulah nasib remaja jompo yang tiba-tiba diberikan tugas berat.

Hari ini walaupun kegiatannya hanya bersih-bersih, tapi ini adalah hari paling beruntung Kiara selama berada di sekolah. Dia bisa bertemu dengan kawan baru, menemukan kegiatan baru, bahkan menemukan tempat ternyaman baru. Kiara yakin bahwa tempat itu akan menjadi saksi bisu untuk pelariannya saat di sekolah.

Sepanjang perjalanan Kiara hanya diam membayangkan betapa menyenangkannya hidupnya setelah ini. Dia sudah tidak sabar untuk membuka perpustakaan dan baca di sana. Tio pun tidak mengganggu Kiara dengan pertanyaan-pertanyaan karena tahu Kiara pasti lelah. Jadi sepanjang perjalanan itu angin saja tidak dapat memecah keheningan tapi tidak canggung tersebut.

# # #

Only You, SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang