14. Keliling

6 1 0
                                    

Setelah mengisi perut, mereka berencana untuk berkeliling sebelum pulang. Apalagi Kiara mempunyai sebuah niatan untuk pergi ke toko buku yang ada di mal itu, lalu semuanya pun pergi mengikuti Kiara.

Sesampainya di depan toko buku, Kiara sudah sangat menyukai atmosfer dari tempat buku-buku yang merupakan surga dunia baginya. Ia mulai berkeliling ke arah buku fiksi dengan sangat girang mencari sebuah novel yang ia inginkan, yaitu novel Harry Potter. Siapa yang tidak tahu soal novel fiksi satu itu? Itulah sebuah wishlist yang sangat Kiara inginkan sejak dulu tapi belum kesampaian karena harganya, bahkan hingga saat ini. Ia sudah merasa senang melihat jejeran buku yang hanya dia lihat tanpa membelinya. Ada sedikit rasa sedih dalam benaknya, namun ia harus sabar.

sebenarnya mampu-mampu saja Kiara mendapatkan buku itu dengan "Menabung." Tapi, Kiara adalah tipe orang yang tidak bisa menabung dan memilih menggunakan sebagian besar uangnya secara langsung setelah ia dapatkan. Hanya tersisa sedikit untuk pegangan saja. Inilah kebiasaan buruk Kiara yang masih membuatnya kesulitan. Dia pula sebenarnya dapat membelinya satu per satu, tapi rasa tidak sabarannya itu memilihnya untuk menanti kala mendapatkan seluruhnya secara langsung.

Tio yang masih mengikuti Kiara di sampingnya itu terlihat heran sebab ia melihat seorang Kiara Saraswati tidak mengucap sepatah kata pun di depan sebuah rak buku dan hanya menatapnya penuh harap. Dia tahu bahwa Kiara menginginkan novel dengan harga yang lumayan itu.

"Apa kamu suka buku itu, Kiara?" tanya Tio memecah keheningan.

Mata Kiara tidak beralih pandang, dia menjawabnya dengan mata yang masih menatap buku itu. "Suka banget, Kak. Aku belum tahu isi bukunya, tapi aku tahu bahwa itu adalah buku yang sangat bagus! Aku yang baru menonton filmnya saja sudah jatuh cinta dengan ceritanya."

Tio berpikir sejenak dengan mata yang masih terfokus kepada perempuan yang tingginya 155cm di sebelahnya. "Kamu kalo mau, kamu boleh pergi ke perpustakaan sekolah saja nanti. Di sana lengkap, loh," saran Tio.

Kiara tersentak dengan pernyataan itu dan langsung mengalihkan pandangan, menatap sang pembicara. "Hah? Di perpus ada buku itu, Kak? Lengkap?" seru Kiara.

Tio mengangguk sebagai responsnya.

Kiara yang awalnya mulai berseri, kini kembali layu. "Tapi Kak, perpus selalu tutup, kan? Harus ada izin juga buat masuk..."

"Tidak masalah, nanti aku yang berikan izin untukmu."

Jawaban Tio lantas membuat Kiara terkejut kedua kalinya. Mengapa bisa? Apa karena dia kakak kelas?

"Nanti kamu bisa pergi ke perpus seminggu sekali. Kamu bisa pinjam dulu 1 buku per-minggu," lanjut Tio.

Pernyataan itu membuat Kiara berseri kembali. Akhirnya dia bisa membaca buku itu, walaupun hanya pinjaman dan bukan miliknya, setidaknya dia dapat membaca bukunya. Kiara mulai mengangguk dan berloncat-loncat kecil.

Mereka pun meninggalkan rak section fiksi dan beralih ke rak yang berisi buku self improvement. Kiara ingat dia ingin membeli 2 buku di sana.

Matanya beredar ke sekeliling rak itu mencari buku yang ia inginkan. Kegiatan Kiara kali ini pun diabadikan oleh Tio yang diam-diam mengambil foto Kiara dari balik badannya. Sudah berapa puluh kali ia senang hanya dengan melihat tingkah lakunya Kiara? Badannya yang kurus kecil itu tidak terlihat seperti anak SMA, bahkan orang-orang bisa mengira bahwa Kiara adalah anak kelas 6 SD.

Tio yang sedari tadi memegang sebuah ponsel, kini terang-terangan mengajak Kiara untuk berfoto. "Kiara, coba kamu menghadap sini, akan aku foto kamu."

Kiara pun membalikkan badan setelah menemukan buku yang ia inginkan, lalu melihat ke kamera tanpa menjawab apapun dengan tersenyum dan berpose memegang buku seakan siap untuk difoto.

Only You, SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang