# # #
Kini mereka memilih untuk bermain Truth or Dare. Mereka harus melempar koin bertulisan Truth, dan Dare di sisi lainnya. Sisi yang muncullah yang akan menjadi tantangan mereka untuk membuka salah satu kartu yang berisi macam-macam pertanyaan dan tantangan.
Di urutan pertama adalah Raka yang mendapatkan Dare untuk menge-chat seseorang untuk bilang "I love you."
"Alah, easy." Kata pertama yang keluar dari mulut Raka yang meremehkan tantangan ini, sebab dia mempunyai seorang pacar.
"Siapa, bro?" tanya Adam penasaran.
"Ada, cewek gue." Raka berseringai karena hanya dia dari mereka berempat yang mempunyai seorang pacar, dua diantaranya bahkan tidak tahu dia punya pacar.
Tio adalah orang ke dua yang tidak mengetahui hal tersebut, lalu menaikkan alisnya tidak percaya. "Lah, lo punya pacar, Rak? Siapa?"
Raka tersenyum sinis merasa bangga. "Ada lah, anak Multimedia dia." Lalu dilanjutlah tantangannya dan mengirimkan pesan "I love you" kepada sang kekasihnya itu. "Yok, lanjut," ucapnya saat sudah menyelesaikan urusannya.
Kini urutan kedua ada Adam yang juga mendapatkan Dare. Tantangannya adalah membuat video editan jedag-jedug dengan template yang acak, lalu di-posting oleh semua anggota. Semua orang yang berada di situ langsung tertawa terbahak-bahak sebab tantangan yang Adam dapat sangat memalukan karena harus berfoto sesuai dengan konteks video yang ia dapatkan.
"Waduh, orang-orang yang gue save pasti kaget ngeliat gue tiba-tiba posting story muka-muka orang kurang kerjaan, hahaha." Tio menghentikan tawanya sebentar untuk bicara, lalu tertawa lagi setelahnya.
Setelah mereka berempat mem-posting video yang sama, mereka lantas sengaja mencoba untuk memutar video itu secara seiras untuk dijadikan bahan candaan. Mereka semua tertawa tak henti-henti, termasuk Adam yang ikut tertawa dan tidak terbawa perasaan.
Giliran selanjutnya adalah Tio yang mendapatkan Truth dari koin yang ia lempar. Kini dia harus membaca kartu itu secara keras dan mengungkapkan jawaban dengan jujur. "Bagaimana kamu bisa menyukai pacarmu?" Tio yang membaca dengan keras itu langsung bingung dengan pertanyaannya. "Lah, gue gak ada pacar, lanjut ae lah ke Zaki."
Teman-temannya yang mendengar itu sontak berkata tidak setuju secara bersamaan karena tidak adil.
"Lah, terus harus gimana dong? Kan, emang bener gue gak punya pacar," lirih Tio merasa terpojokkan.
"Udah, ganti aja pertanyaannya. Tapi gak perlu buka kartu baru. Kita saja berempat yang gambreng, terus yang menang dia yang bertanya," papar Zaki tentang idenya yang sengaja untuk menunda gilirannya.
Mereka bertiga pun setuju dan mulai gambreng untuk menentukan pilihan siapa yang akan bertanya kepada Tio.
Mereka telah mendapatkan pemenangnya, lalu yang akan bertanya kepada Tio adalah Adam. Adam yang tahu gerak-gerik Tio selama di sekolah itu langsung bertanya tentang...
"Lo lagi PDKT sama Kiara, kan?"
Dua temannya itu—Raka dan Zaki—langsung menoleh cepat ke sosok yang ditanya. Seakan merasa diintrogasi, Tio mulai kebingungan bagaimana cara memberitahunya.
"Iya, mungkin?" jawabnya terbata-bata sambil mengalihkan pandangan.
Ketiga temannya lantas heboh dan menyeru. Semakin banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada Tio yang membuatnya semakin malu untuk mengungkapkannya.
"Cuman teman, kok..." lanjutnya.
"Bro, semua orang juga awalnya cuman temenan kok." Adam meledek.
Raka dan Zaki mulai mempertanyakan tentang sosok yang sedang dimaksud.
"Bro, siapa namanya?"
"Kelas berapa?"
"Jurusan apa?"
Mereka tak henti-hentinya terkejut karena Tio adalah orang yang tidak terlalu tertarik kepada perempuan—setidaknya saat di SMA.
Pertanyaan beruntun itu di-stop oleh Adam karena tahu Tio tidak akan membalasnya. Tapi, kini Adam yang akan menjelaskan detail tentang pertanyaan-pertanyaan itu. "Jadi, dia tuh anak kelas 10 MIPA 2, anaknya pintar dan waktu itu dia sebangku sama Tio. Namanya Kiara. Padahal sebelum-sebelumnya dia juga pernah sebangku sama cewek, tapi baru kali ini dia senang duduk sama cewek," celetuk Adam yang membuat Tio semakin mengerutkan dahi, kesal.
Mereka mulai paham dan langsung meledek Tio dengan kata "Cie-cie" yang selalu Tio bantah dengan pernyataan "Nggak mungkin." Yang hanya di respons dengan putaran bola mata seraya tidak percaya.
Tio yang sudah tidak mood itu langsung menginterupsi. "Ayo lanjut nih, si Zaki belom main dari tadi." Dengan nada tidak senang yang di-oke-in oleh teman-temannya.
Kini Zaki melempar koinnya keatas dan berputar, koin itu langsung ditangkapnya dengan tangan yang menutup dengan cepat, lalu dibukanya tangan yang berada di atas untuk mengetahui dia mendapatkan truth atau dare. Ternyata, Zaki pun mendapat hal yang serupa dengan Tio, yaitu Truth.
"Hmm, apa hal yang kamu senangi dari pertemananmu?" Zaki membacakan isi dari kartu itu dengan lantang dan langsung terdiam sejenak, memikirkan jawabannya. "Ah, gak bisa gue kalo beginian," keluh Zaki.
"Jawab dong, jangan gengsi," sahut Adam.
Zaki mulai membuka mulut untuk bicara. "Gue ngerasa bahwa kita ini emang suka saling ngata-ngatain satu sama lain, tapi kita gak pernah ada yang baperan. Bahkan waktu kita debatin sesuatu juga, kayak- pasti gaada ribut apapun, gak pernah juga sampe marahan berhari-hari. Jangankan berhari-hari, habis topiknya ganti pun langsung baikan lagi, bercanda lagi." Zaki terhenti sebentar, melihat teman-temannya yang diberi anggukan oleh yang lain. Zaki pun melanjutkan perkataannya. "Bahkan mau sesulit apapun masalah kita, kita tetep bisa main sambil cerita walaupun sering dibuat becandaan dan ngelupain masalah kita di sini."
Suasana yang tadinya ricuh, langsung melow karena penjelasan Zaki yang terlalu serius. Mereka tidak ada yang bisa berkata-kata karena memang tidak terbiasa untuk kata-kata manis seperti itu.
"Udah, ah. Geli gue," tukas Zaki yang malu karena ucapannya sendiri.
Permainan itu benar-benar dapat mengubah suasana yang tadinya ketawa-ketiwi, menjadi serius seperti itu. Mereka pun mengganti permainannya lagi karena mulai bosan—mereka memang mudah bosan. Mereka mengganti permainan dengan bermain monopoli. Setelah 1 permainan itu selesai, mereka menggantinya lagi dengan permainan lainnya yang menyenangkan hingga larut malam tiba.
Saat malam tiba, mereka pergi ke warung sebentar untuk membeli 2 mi goreng untuk berempat dan dibuat eksperimen memasak mereka sambil cekikikan. Benar-benar, pertemanan lelaki itu sangat asyik terlihat karena banyak hal yang mereka lakukan dalam satu waktu. Mereka pun tak lupa akan ibadah 5 waktunya—walaupun dibuat lama denganbercandaan membuatnya tak khusyuk. Hingga mereka tidur bersama di ruang TV dengan beralaskan karpet dan bantalan tangan dengan nyenyak karena kelelahan.
# # #
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You, Senior
Romanceseorang siswi kelas 10 SMA yang memiliki sebuah masalah saat topinya hilang, tiba-tiba dia mendapatkan sebuah kebaikan dari kakak kelasnya yang memberikan ia topi. Kisah mereka pun dimulai sejak saat itu. [Date with Senior remake] Romance - school...