15. Nenek

6 1 0
                                    

"Assalamualaikum," salam Neneknya Kiara, Ratih, yang telah tiba di depan rumahnya.

Kiara keluar dari rumahnya untuk menemui Ratih. "Waalaikumsallam, Mbah." Kiara menjawab salamnya dan langsung mendaratkan tubuhnya ke dalam pelukan Ratih. "Kangen."

Dua hari sudah setelah jalan-jalan itu, kini seseorang yang Kiara nanti pun telah tiba. Rasa rindu pun luntur setelah 5 tahun tidak berjumpa. Ratih adalah orang yang paling ia sayangi di keluarganya. Sikap Ratih yang lembut nan penyayang itu membuat Kiara selalu ingin bersamanya terus. Apalagi selama ini hidup Kiara selalu ditopang oleh Ratih.

Kiara pun menyambut dengan rasa senang, lalu dibantulah Ratih untuk membawakan barang-barangnya ke dalam.

Ratih masuk ke dalam rumah, lalu pergi ke dapur tapi tidak melihat sebuah makanan di sana. "Kamu sudah makan?" tanya Ratih.

Saat ini masih di jam 8 pagi. Kiara belum memasak apapun, hanya baru membenah rumahnya. "Belum, Mbah. Aku baru mau masak tadi."

"Sudah gak usah, aku bawa makanan tuh di tas, coba di buka," ujar Ratih yang menunjuk ke arah sebuah tas.

Tas yang ada di atas sofa itu dibukanya, lalu melihat ada banyak cemilan beserta makanan berat juga. Ratih membawa sale pisang, keripik singkong, keripik ubi, bolu talas, dan banyak lagi. Itu semua adalah makanan kesukaan Kiara yang sangat ia inginkan. Ratih memang paling perhatian padanya.

Kiara mengambil semua makanan itu dan ditatanya di toples, setelahnya mengambil ikan yang sudah dimasak untuk dimakan saat itu juga.

"Loh ternyata ikannya belum basi setelah perjalanan 18 jam?" tanya Kiara sambil meraup nasi dan ikannya.

"Belum, lah. Ikan 2 hari juga belum basi," sahut Ratih yang sedang mengambil nasi di meja yang sama.

Setelah makan, Kiara masih di bangku makannya tidak melakukan kebiasaan mencuci piringnya. Kini ada Ratih yang sedang mencuci piring. Mereka berbincang serius di antara jarak 5 meter itu.

"Mama gak akan pulang ya, Mbah?" tanya Kiara dengan wajah kusam.

Ratih yang sedang mencuci piring itu membagi fokusnya. "Ntahlah, Ra. Aku udah nanya kesana-kemari pun pada nggak tahu. Biarlah emakmu, Ra, kalo nanti pulang juga akan kuusir lagi."

Kiara membuat raut wajah sedih setelah mendengar jawaban Ratih.

"Emakmu itu sebenarnya mulai bermasalah karena stresnya itu. Sudahlah ditinggal mati suami pertamanya, terus ditinggal pula sama suami keduanya yang nggak bawa anaknya." Ratih melanjutkan omongannya.

"Tapi kenapa mama lebih sayang anak tirinya itu? Dibandingkan aku anak kandungnya," lirih Kiara.

"Mungkin karena kasihan dia ditinggal ibu dan ayahnya, mungkin? Masih umur 10 tahun juga."

"Tapi sekarang aku pun jadi ditinggal ibu ayahku, kan. Walaupun sekarang aku sudah 16 tahun."

"Sudah, gak perlu dipikirin. Kamu ada mbah di sini. Kamu harus kuat ya, Ra."

Kiara membalas anggukan lemah, seperti hatinya yang sedang lemah. Ia tidak dapat membayangkan betapa kesepiannya dia jika tidak ada Ratih.

# # #

Maaf ya guys, part ini sedikit banget karna buntu gak ada ide ueueue.  

Only You, SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang