22. Perpustakaan Part 1

5 1 0
                                    

Mereka berbincang panjang hingga tiba di depan perpustakaannya. Sarah mulai membuka kunci pintunya, lalu masuklah mereka berdua ke ruangan yang penuh debu karena sudah tidak di buka selama 3 tahun terakhir—tahun setelah pandemi corona.

Dengan keadaan penuh debu dan pasir membuat mereka terbatuk-batuk saat masuk ke dalam. Sarah mulai menyalakan lampunya lalu terlihatlah rak-rak dengan ratusan buku yang berjejer tidak teratur—bahkan ada yang terjatuh. Lampunya remang-remang, buku menguning dan sobek, rak yang mulai rapuh, buku-buku yang berserakan, meja dan kursi yang berdebu, dan banyak jaring laba-laba hinggap di dinding dan buku-buku. Itulah pemandangan yang Kiara dan Sarah lihat. Sangat kacau.

"Kak, kenapa perpusnya ditutup selama ini?" tanya Kiara yang menutup mulut dan hidungnya dengan tangan.

"Karena gak ada yang mau menjaga perpus ini. Kalau di buka pun 2 tahun lalu itu masih tahap waspada. Tahun kemarin pun karena tidak ada ketua OSIS-nya," jawab Sarah yang juga menutup wajahnya dengan sapu tangan.

Kiara mengangguk paham dengan penjelasan Sarah. Mereka pun akhirnya memundurkan diri ke depan pintu untuk menghinadari debu di dalam.

"Yah, sayang juga kalau terus ditutup begini, bukan? Dan kudengar kamu tidak ikut kegiatan apapun kan, di sekolah? Wah, kamu bisa kena masalah loh di depanku sekarang. Hihihi." Sarah menatap Kiara tajam sambil tersenyum jahil untuk meledek Kiara.

Benar. Kiara langsung mematung karena ketahuan kelakuan buruknya itu. Dia langsung takut dan mencoba berkata maaf secara langsung. "Maa-"

Kalimat Kiara langsung dipotong oleh Sarah yang mulai tertawa terbahak-bahak karena berhasil menjahili Kiara. "Hahaha. Baiklah, aku ada ide. Jika kamu tidak mau ikut kegiatan apapun, apa kamu mau menjaga perpus? Aku akan memberikanmu kunci perpus dan kamu bisa sesuka hati membuka-tutup perpus. Tapi, untuk membuka perpus secara umum, kamu bisa buka 2 kali seminggu saja. Mungkin bisa hari jumat dan sabtu? Apa kamu mau? Nanti akan kutulis itu sebagai kegiatanmu."

Rasa cemas Kiara akan sebuah kegiatan akhirnya telah sirna sepenuhnya. Akhirnya dia bisa mendapatkan sebuah kegiatan yang sangat dia suka. Bagaimana bisa dia menolak? Otaknya saja otomatis menjawab mau.

"MAU KAK!" Kiara berteriak secara spontan di depan Sarah yang membuatnya sedikit terkejut.

"Wah semangat sekali anak muda. Tapi lebih baik jangan senang dulu. Aku tidak akan melantikmu saja, tapi ada tugas yang harus kamu kerjakan hari ini wahai anak muda." Sarah menjelaskan sambil menutup mata lalu tersenyum jahil lagi. Jari telunjuknya pun kini diangkat memperagakan sebuah pose meremehkan.

"Apa itu, Kak?"

"Tentu saja seperti apa yang sedang kamu lihat. Hahaha. Kamu harus membersihkan perpustakaan ini untuk tugas pertama kamu." Ucapannya yang sengaja dibuat kasar berlagak seperti sang pemimpin kejam sambil menunjuk ke arah Kiara, kini ia kembali pada dirinya sendiri. "Tolong, ya? Hehehe. Nanti akan kuberikan sesuatu padamu.

Kiara mengangguk setuju dan berjabat tangan. Ini bukan hal besar baginya selagi dia bisa mendapatkan hal yang menyenangkan untuknya. Akhirnya dia bisa menguasai buku-buku di perpustakaan dan membaca buku sepuasnya dengan tenang. Kiara masih merasa dia sedang bermimpi. Benar-benar tidak mengangka hal seperti ini akan datang padanya. 

Sarah pun pergi ke Koperasi Sekolah dan kembali kepada Kiara untuk memberikan sebuah masker, lalu pergi kembali untuk mengurus kepentingannya. 

Benar, ini adalah hal yang membuat Kiara tidak ikut menonton untuk kedua kalinya karena sebuah urusan. Kali ini benar-benar sebuah urusan penting yang harus ia selesaikan. Yaitu merapikan perpustakaan.

Sebelum merapikan, dia mulai berkeliling ke seluruh penjuru ruangan tersebut untuk mencari buku yang dia inginkan, tentunya buku novel Harry Potter. Dia sengaja ingin menyelamatkannya terlebih dahulu sebelum dibersihkan. 

sudah 20 menit dia mengitari ruangan terbengkalai yang hanya ada di beberapa spot saja yang terkena pantulan sinar matahari dari sebuah ventilasi. Kiara merasa seperti sedang menjelajah sebuah ruangan rahasia. Buku-buku yang terlihat usang, berdebu, dan menguning itu terlihat seperti harta berharga di matanya. Walaupun sendirian, dia tidak merasa takut sama sekali, bahkan merasa begitu gembira.

Kiara akhirnya telah menemukan buku yang diinginkannya, dia pun mulai membersihkan ruangan itu. Kiara tidak merasa berat sama sekali. Dia sangat senang dengan kegiatannya sekarang apalagi sambil ditemani lagu-lagu Taylor Swift yang membuatnya girang saat membersihkan ruangan itu dengan bernyanyi-nyanyi. Kapan lagi ada seseorang yang malas membersikan ruangan, kini justru sangat menyukai bersih-bersih ruangan? Yah, asal terlihat banyak buku saja dia sudah sangat senang.

Saking seriusnya Kiara membersihkan ruangan, kini kacamatanya mulai ditempeli debu-debu yang berterbangan. Rambut dan bajunya pun berdebu sekarang. Untung tadi dia diberikan sebuah masker dari Sarah dan dia sekarang hanya membersihkannya sendiri. Lelah? Tentu. Tapi Kiara tidak merasa lelah sama sekali walaupun ia sendirian. Kiara benar-benar menikmati kesendiriannya. Tadinya Sarah ingin membantu, tapi katanya dia sedang ada sebuah urusan penting, apalagi pameran masih berlangsung. Jadinya Sarah pun pergi meninggalkan Kiara sendirian.

# # #

Only You, SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang