20. Pulang

7 1 0
                                    

Seluruh murid pulang di jam 12 siang, tidak seperti biasa karena tidak ada kagiatan belajar-mengajar. Tapi Kiara masih tetap berada di sekolah karena alasan tertentu. Iya, karena dia tidak menyadari bahwa ia telah membaca buku hingga di jam 3 sore seperti pulang pada biasanya. Terlalu asyik sampai tidak memperhatikan jamnya.

Kiara mulai menyadari bahwa kelas sudah sangat sepi sekarang dan dia harus segera pulang. Begitu tenang hingga suara benda-benda yang ia sedang rapikan itu terdengar. Suaranya pun menggema di kelasnya. Dia seperti ingin lebih berlama-lama lagi di kelas karena begitu sepi dan tenang, tapi dia harus kembali karena takut neneknya khawatir padanya.

Setelah tadi bersama Tio, dia kembali ke kelasnya untuk mengalihkan pikirannya dengan membaca. Tapi sekarang pikirannya mulai menghantuinya lagi dengan perasaan tidak enak. Memang berat menjadi orang yang terlalu peduli dengan orang lain. Dia berusaha untuk tidak memikirkannya lagi dan berusaha keras untuk mencoba mengalihkannya lagi. Dia pasti bisa.

Kiara berjalan ke luar kelas dengan suara hentakan yang terdengar dan seluruh sekolah telah sepi. Hanya tersisa beberapa orang saja yang memiliki urusan di sekolah, seperti sebuah kegiatan yang akan tampil esok hari. Untungnya Kiara tidak mengikuti kegiatan apapun dan dapat pulang dengan mudah.

Di perjalanan dia hanya diam menatap sekeliling sekolah yang sangat kacau karena acara tadi. Di lapangan sangat banyak sampah, depan kelas yang berdebu, dan sebuah peralatan yang belum dibersihkan cukup membuat Kiara terganggu tapi terlalu malas untuk berinisiatif.

Saat tiba di dekat gerbang masuk sekolah, dia melihat Tio sedang berbincang dengan seorang perempuan. Baru pertama kalinya dia lihat bahwa Tio akrab dengan perempuan yang membuatnya ragu untuk melewati mereka yang sedang berbincang. Pikirannya kini teralih pada hal yang ada di depan matanya sekarang. Haruskah dia lewat dengan biasanya? Atau dia kembali ke kelas hingga mereka pergi? Atau menunggunya hingga selesai? Rasa tidak-enakan Kiara mulai muncul karena takut mengganggu orang yang sedang berbincang itu, kan aneh jika ada seseorang yang sedang fokus, kini mengalihkan fokusnya pada Kiara yang akan lewat.

Kiara mulai mengehentikan langkahnya, lalu menyembunyikan diri di depan dinding kelas yang membelakangi gerbang masuk sambil memikirkan keputusan apa yang akan dia ambil untuk situasi seperti ini. Kiara menunggu mereka selesai bicara, tapi sudah 10 menit dia berjongkok di depan kelas untuk bersembunyi. Akhirnya kesabarannya sudah mulai menipis, dia pun membulatkan tekad untuk terus berjalan saja dengan kepala yang menunuduk, agar tidak ketahuan.

Dia berjalan pelan mengendap-endap agar tidak terdengar langkahnya dengan kepala yang menunduk menatap jalan, tangan yang memegang tali tas, dan menahan napas karena gugupnya itu. Sebenarnya terlalu berlebihan, tapi itulah Kiara dengan seorang yang memiliki skill problem solving terburuk karena perasaannya sendiri yang merusak, ditambah pikirannya selalu takut untuk melakukan kesalahan.

Kini Kiara telah berhasil melewati Tio yang sedang berbincang. Kiara mulai membuang napas lega dengan perasaan yang membaik. Namun, tiba-tiba Tio datang menepuk bahunya untuk menyapa Kaira dari belakangnya. "Kiara!" 

Kiara pun terloncat pelan memutar badannya ke belakang yang direspons kekehan oleh Tio.

Kiara pun menghentikan langkahnya dan menatap Tio untuk membalas sapaannya. "Kak Tio! Aku kaget tahu."

"Kamu kenapa jalan menunduk tadi, hahaha." Tio benar-benar menyadari bahwa Kiara lewat di depannya.

Kiara kini bingung harus menjawab dengan alasan apa. "Eum, nggak apa-apa, aku cuman lagi menghitung blok batu saja," jawabnya ngawur.

Tio terkekeh mendengarnya. "Ya sudah, kamu mau pulang, kan? Mau aku antar? Kamu pulang sendiri, kan?"

"Eh, Kak. Bukannya Kakak tadi sedang bicara sama seseorang?" Kiara tidak ingin mengganggu urusan Tio.

Only You, SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang