Bab 14: Yang paling berkesan

3.7K 519 58
                                    



Meskipun Tintrin enggak menjawab rasa penasarannya, Aia langsung menyimpulkan bahwa akar dari semua sikap tidak normal Edzar ini berasal dari orangtuanya. Sayangnya, Aia sama sekali enggak punya gambaran, seperti apa orangtua Edzar, yang menyebabkan suaminya jadi sedingin itu.

Selama ini, beberapa kali Aia menanyakan langsung pada Edzar soal orangtuanya, pria itu selalu menjawab lempeng dan menghindar, membuat Aia akhirnya menyimpulkan kalau orangtua Edzar sudah meninggal dengan cara yang menyakitkan, sehingga Edzar enggan mengingat-ingat lagi. Dan setelah obrolan dengan Tintrin beberapa hari lalu, kini Aia menemukan satu petunjuk kecil yang menerangi jalannya dalam memecahkan teka-teki tersebut. Yang akhirnya memunculkan lebih banyak pertanyaan dalam benak Aia.

Apa yang menyebabkan Edzar tinggal terpisah dari orangtuanya, bahkan sampai menganggap seolah orangtuanya sudah tiada?

Apakah selama ini Edzar tahu di mana keberadaan orangtuanya, tapi sengaja menghindar? Atau memang orangtuanya yang sengaja meninggalkan Edzar tanpa jejak?

Makin hari, pikiran Aia makin penuh. Ternyata sulit sekali menyimpan semua rasa penasarannya dengan rapi. Dan melihat bagaimana hari-hari Edzar yang berjalan dengan sedatar ini, rasanya Aia enggak yakin pria itu bakal bercerita padanya dalam waktu dekat. Jadi, Aia harus bersabar sampai kapan?

Di sisi lain, Aia juga bingung harus menyuarakannya dengan cara apa. Ia enggak boleh kedengaran terlalu frontal, yang takutnya membuat Edzar tidak nyaman.

"Selamat datang di Podcast Santai Aja Bareng Aiaaa!" Edzar yang tengah mengatur penerangan lampu tidur, tampak terkesiap ketika tiba-tiba, Aia yang sejak tadi diam saja, langsung mengatakan itu dengan ceria. "Oke, di episode pertama kali ini, aku kedatangan tamu spesial yang penting banget dalam hidupku ... langsung aja, halo ... Kak Edzar!"

Bahkan di saat Aia sudah sangat ekspresif begini, Edzar masih menatapnya dengan kening mengerut. "Maksudnya gimana, Ya?"

"Apanya yang gimana sih, Kak? Ini kita lagi rekaman podcast! Ayooo ... perkenalkan diri dulu dong, Kak, sama audiens kitaaa!"

Bukannya langsung bicara, Edzar malah celingukan. "Seriusan ini?"

Aia semakin cekikikan. Ia susah payah mengembalikan raut seriusnya, lantas menyodorkan ponsel yang ia fungsikan sebagai mic. "Iyaaa! Cepet perkenalan diri, Kak!"

"Halo, saya Edzar, suaminya Aia."

Makin merebaklah tawa Aia melihat bagaimana suara Edzar yang sangat kaku. Bahkan pria itu kelihatan kikuk, seolah sedang berada di sebuah panggung dengan ribuan audiens.

"Enggak usah bercanda deh, Ya. Ini udah malem. Besok kerja, kan?" Edzar menggelengkan kepalanya kecil, lantas memposisikan kepalanya dengan lebih nyaman di bantalnya. Satu tangannya mematikan semua penerangan dengan satu tangan, bersiap tidur.

"Kakkk ... jangan tidur duluu! Ini podcast-nya cuma sepuluh menit kokkkk!" Aia meletakkan ponselnya sembarangan, lantas memeluk sang suami untuk menarik perhatiannya. "Kamu udah janji akan memperbaiki hubungan kita, kan? Jadi ... setelah aku pikir-pikir, gimana kalau kita bikin podcast setiap sebelum tidur?"

"Podcast gimana?" Edzar memiringkan tubuhnya untuk menghadap Aia.

"Ya podcast. Judulnya ... Santai Aja, Bareng Aia! Jadi, kita bisa ngobrol-ngobrol santai gitu, Kak. Tentang ... banyak hal. Topik yang santai-santai aja gitu lhoooo!"

"Terus? Diupload di Instagrammu? Atau di Youtube?"

Aia buru-buru menggeleng. Ia memaklumi bagaimana suaminya langsung berpikiran begitu, mengingat selama ini Edzar selalu dimintai tolong merekam banyak konten Aia ketika mereka sedang jalan bersama. Enggak jarang juga, Aia bertanya pada Edzar, "Bikin konten apa lagi ya, Kak?" yang sebenarnya enggak pernah mendapat jawaban memuaskan, tapi Aia enggak pernah menyerah bertanya.

Not Available (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang