Bab 37: Seikat Bunga Mawar

1.7K 424 76
                                    










"Waaaahhh, Gurame bakar? ALHAMDULILLAH YAA ALLAHHH BUKAN AYAM LAGI! AKHIRNYA DOA HAMBA TERKABUL JUGA!" Aden bergabung ke meja makan dengan seruan dramatis ketika melihat hidangan makan malam kali ini.

Pandangan pria itu langsung menelisik ke arah Aia. "Ini kamu ngidam gurame bakar, Ya?"

Aia hanya mengangguk cuek, lalu melanjutkan makannya lagi.

"Nahhh, gitu dongg! Kalau ngidam tuh yang bervariasiii!" Aden langsung mengisi piringnya dengan nasi segunung, sambil terus mencerocos. "Tadi tuh pas pulang kerja aku udah kepikiran, mau mampir makan seafood aja. Daripada harus makan ayam lagi, ayam lagi, ayam terusss! Tapi enggak jadi, karena tempat seafood yang sebelah Indomaret itu rame banget, susah cari parkirnya!"

"Bersyukur Mas, enggak semua orang bisa makan ayam lho!" sahut Adia dengan sok serius, yang membuat Aden makin jengkel.

"Halah, kamu juga kemarin curhat ke Mas ya! Sengaja enggak mau makan siang di rumah, karena bosen sama ayam?!"

Adia melotot, tidak terima kelakuannya dibongkar. Gadis itu memberikan isyarat agar Aden tidak mengatakan apa-apa lagi, dan lanjut makan.

Sedangkan Aia cuma terkekeh santai. Memang dua minggu ini, nafsu makan Aia perlahan-lahan kembali. Namun, Aia hanya bisa makan makanan tertentu. Awalnya dia cuma bisa makan scrambled egg buatan Tyra. Meski porsinya sedikit-sedikit, itu sudah termasuk peningkatan yang luar biasa, mengingat sebelumnya Aia cuma bisa makan buah.

Lalu ia melihat orang makan ayam goreng lengkuas di Tiktok, dan tiba-tiba kepengen banget. Dengan senang hati, Tyra membuatkannya. Dan Aia berhasil menghabiskan setengah ekor. Sama sekali tidak ada rasa mual. Sehingga Tyra yang kegirangan melihat putrinya makan selahap itu, langsung memasak ayam goreng lengkuas selama seminggu berturut-turut.

Masalahnya, memang cuma itu yang bisa Aia telan tanpa rasa mual. Aia sudah pernah mencoba menu lain, tapi enggak bisa makan lebih dari tiga suap. Bahkan saat makan ayam bakar yang dimasak tanpa lengkuas, Aia enggak bisa. Langsung terasa mual, dan merasa ayam yang dia makan amis sekali, padahal orang lain enggak merasa begitu.

Alhasil, hampir dua minggu penuh, menu ayam goreng lengkuas disajikan. Tyra sempat menerima beberapa sindiran dari Aden dan Adia, tapi tidak menggubrisnya. Tetap memasak ayam goreng lengkuas, sampai Aia sendiri yang bosan. Pasalnya, dokter menyarankan supaya Aia menaikkan berat badan setengah kilo per bulan. Dan sekarang kehamilannya sudah memasuki minggu ke-9, tapi berat badan Aia baru naik tiga ons. Jadi, sebisa mungkin Tyra memasak menu yang bisa dimakan Aia dengan lahap.

Baru tadi pagi, tiba-tiba Aia kepikiran mau mencoba ikan bakar, sehingga menu makan malam pun berubah.

"Emang ya, yang paling pengertian di rumah ini tuh cuma Ayah dan Mas Edzar. Sama sekali enggak ngeluh kayak kalian berdua. Bahkan Mas Edzar makannnya tetap lahap kayak biasa. Kalian tuh enggak mensyukuri nikmat, udah dikasih—" Ceramah Tyra terpotong oleh gerutuan Adia.

"Emangnya Mami enggak bosen, tiap hari masak ayam goreng lengkuas?"

"Enggak. Justru lebih praktis, karena Mami masaknya cukup tiga hari sekali. Langsung bikin empat kilo sekali masak, sisanya dimasukin ke freezer. Terus ... Mami langsung kenyang rasanya, lihat Mbak Aia makannya! Semua jerih payah Mami masak di dapur, terbayar lunas."

Adia mengerucutkan bibir, tampak ingin protes lagi.

Namun, Tyra lebih dulu melanjutkan ucapannya. "Ya ... mungkin sekarang Adek belum ngerti aja ya, gimana rasanya jadi Mami. Nanti ... kalau Adek udah jadi Ibu, pasti bakal ngerti. Dulu inget nggak, Mami pernah bikinin Adek sate-satean Jepang tiap hari buat bekal sekolah, soalnya Adek maunya makan itu doang. Sampai Mbak Aia dan Mas Aden bosen juga. Ya ... gimana, Mami enggak bermaksud buat pilih kasih sama kalian. Maafin Mami yaa! Mami tangannya cuma dua, kalau harus masak tiga menu beda-beda tiap pagi, siang, malem—"

Not Available (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang