"Mau mancing aja nggak, Ya?"Tawaran tersebut langsung mendapat cibiran keras dari Tyra. "Ayah gimana sih? Anaknya lagi hamil muda, kok malah diajak mancing panas-panas gini?!"
"Ya mancingnya 'kan di pemancingan, Mi. Bukan di danau. Jadi, ya ... pasti dapet ikan. Enggak kepanasan juga, kan ada atapnya!" sahut Adam cepat.
"Tetep aja, itu bukan aktivitas yang cocok buat ibu hamil! Gimana sih, Yah?! Aia cium bau nasi goreng aja, langsung mual! Apalagi kalau diajak ke kolam ikan begitu, amis semua di mana-mana!" Pelototan Tyra makin tajam.
"Ayah nih, bilang aja, kalau sengaja ambil cuti karena emang mau mancing doang? Iya, kan? Enggak usah sok manis, ambil cuti buat nemenin Aia di rumah deh!"
Adam balas tidak terima. "Ayah cuma iseng, Mi. Enggak beneran mau mancing lahhh! Ayah beneran mau nemenin Mbak Aia di rumah. Mami kan, harus ke kafe. Dari kemarin Mami enggak sempat ke kafe, kan? Kasian Mbak Aia kalau di rumah sendirian."
"Mending Ayah sama Mbak Aia ikut Mami ke kafe ajaaa! Mbak Aia 'kan udah lama enggak ke kafe juga! Sekalian foto-foto gitu yuk, Mbakk! Biar Instagram Mbak Aia enggak sepi-sepi banget gitu dehhh!" ajak Tyra yang sudah berpakaian rapi, hanya belum memakai hijabnya. Tapi makeup-nya sudah on point sekali, sangat berbeda dengan Aia yang masih memakai piyama, sedang rebahan di sofa sambil menonton siaran televisi yang sebenarnya enggak menarik minatnya.
Setelah Edzar dan Aden berangkat kerja, lalu Adia ke kampus, rumah ini enggak lantas menjadi sepi, karena Adam dan Tyra enggak berhenti berdebat untuk menentukan apa yang harus Aia lakukan hari ini.
"Enggak deh, Mi. Aku tadi juga agak mual pas cium bau kopi. Di kafe kan, pasti bau kopinya lebih menyengat lagi, dibanding kopinya Ayah tadi. Aku mau di rumah aja. Ayah kalau mau pergi sama Mami enggak papa kok. Toh, di rumah juga masih ada Mbak Laila," jawab Aia menengahi perdebatan suami-istri yang hobi berdebat itu.
"Ayah mau nemenin Mbak Aia di rumah aja. Mami kan, udah biasa juga ke kafe sendirian. Deket juga ini," sahut Adam enteng.
Tyra langsung menghempaskan tubuhnya di sofa dengan gerutuan sebal. "Mami jadi males keluar deh, kalau begini! Mami mau di rumah aja leyeh-leyeh kayak Mbak Aia!"
"Mamiii ... kan udah saatnya ngecek laporan keuangan, sama stok bahan baku kafe lhooo! Udah mundur tiga hari, masa mau mundur lagi? Toh, ke kafenya juga cuma bentar, kan? Enggak akan sampai sore paling!" peringat Adam serius.
Kafe yang dimaksud merupakan bisnis kecil-kecilan yang dikelola Maminya untuk mengisi waktu luang, semenjak anak-anaknya sudah sibuk sekolah semua. Ukurannya enggak terlalu besar, tapi cukup nyaman dengan menjual beragam dessert manis yang cocok untuk nongkrong santai.
"Ya kalau gitu, apa salahnya Ayah anterin Mami? Kan ini cuma sebentar lhooooo!"
"Udahh, udahhh! Sana Ayah anterin Mami ajaaa! Aku makin pusing deh, kalau Mami enggak pergi-pergi dari tadi!" Memang selalu begini. Aia-lah yang menjadi penengah di antara perdebatan suami-istri ini. Kalau Adia atau Aden, cenderung malas ikut campur, dan memilih menulikan telinga mereka. Cuma Aia yang berbaik hati mendengarkan, dan menengahi urusan remeh temeh yang selalu diperdebatkan, supaya tidak terus berlanjut.
Makanya Adia senang sekali kalau Aia di rumah. Itu artinya, Mami dan Ayahnya enggak akan kelamaan berdebat, karena ada wasit yang mengendalikan arah obrolan mereka.
"Tuhh, Mbak Aia aja enggak mau ditemenin Ayah di sini!" cibir Tyra penuh kemenangan.
Aia mengangguk, menatap Ayahnya dengan raut serius, mengisyaratkan dengan sungguh-sungguh kalau ia sangat ingin perdebatan mereka segera berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Available (COMPLETED)
SpiritualTentang Aia yang memiliki banyak sekali pertanyaan di kepalanya. Dan Edzar yang memiliki banyak kebingungan dalam hidupnya. Start: 14 Juni 2024 End: 1 November 2024