Bab 32: Tentang Telur Dadar dan Kebisuan

2K 365 36
                                    






"Lho? Kok ke rumah Mami? Mau ngapain, Kak?" tanya Aia dengan suara seraknya yang baru saja terbangun dari tidurnya ketika merasakan mobil yang ditumpanginya berhenti.

"Untuk sementara ini, kita tinggal di rumah Mami dulu ya, Ya," jawab Edzar pelan.

"Kenapa?" Kening Aia mengerut dalam-dalam. Sama sekali tidak paham dengan maksud ucapan Edzar.

Selama tiga hari Aia dirawat di rumah sakit, mereka belum sempat membicarakan apa-apa lagi. Bahkan Budhe dan Pakdhe tidak menjenguk. Hanya diwakilkan oleh Ajeng, yang menjadi penghubung kedua orang yang sedang perang dingin itu. Keberadaan Tyra dan Adam yang sering bolak-balik ke rumah sakit, membuat Aia tidak memiliki waktu yang tepat untuk bicara pada Edzar secara empat mata. Ditambah lagi, Aia juga enggak punya energi sebanyak itu untuk bicara.

Sebenarnya sejak semalam kondisi Aia sudah sangat membaik. Ia sudah bisa beraktivitas seperti biasa, tapi terpaksa bertahan di rumah sakit sampai pagi, sekalian USG sekali lagi, untuk memastikan kondisi kehamilan Aia baik-baik saja. Saat periksa, Dokter mengatakan kondisi kehamilan Aia sudah sangat membaik, bahkan detak jantung bayinya sudah terdengar melalui alat USG. Itu pertama kalinya Aia merasakan kehadiran sebuah kehidupan di dalam tubuhnya. Yang membuatnya tidak berhenti menangis haru, sepanjang melakukan USG.

Mengingat ini cucu pertama dari kedua pihak keluarga, maka Dokter memberikan banyak sekali tips yang dicatat oleh Edzar dengan sungguh-sungguh di ponselnya. Saking bahagianya, Aia sampai lupa pada seluruh permasalahannya dengan Edzar yang masih menggantung.

Begitu mobil meninggalkan rumah sakit, Aia seperti baru sadar kalau setelah ini, ia akan berhadapan kembali dengan kenyataan. Pada masalahnya dengan Edzar yang cepat atau lambat, memang harus dihadapi dan diselesaikan. Setelah tiga hari penuh bersama orangtuanya, kini Aia dan Edzar kembali pada rutinitas mereka. Tinggal berdua saja dalam keheningan, sebagaimana suasana di mobil sepanjang perjalanan.

Pikiran Aia kembali penuh. Ia memikirkan bagaimana caranya mengurai masalah mereka, meluruskan segala pemikiran yang bersebrangan, saling mendengarkan penjelasan satu sama lain tanpa ego, supaya tidak ada lagi yang menggantung. Bagaimana pun, sekarang hubungan mereka sudah berbeda. Yang dipikirkan bukan cuma dirinya sendiri dan Edzar. Tapi ada segumpal darah yang sedang berkembang di dalam perutnya, yang proses pertumbuhannya nanti sangat dipengaruhi oleh bagaimana Aia dan Edzar merawatnya.

Tentu saja Aia enggak mungkin langsung mengajak Edzar bicara hari ini juga. Hari ini ia lelah sekali. Mungkin berpisah kamar dengan Edzar tidak akan menyelesaikan masalah. Atau malahan cuma akan membuat masalah mereka semakin parah.

Namun, jujur saja, ketika Aia memutuskan ingin tidur berpisah dengan Edzar—untuk yang pertama kalinya sepanjang pernikahan mereka, itu merupakan keputusan paling tepat, karena ia bisa tidur dengan nyenyak. Buktinya selama di rumah sakit, ia sama sekali tidak terbangun di tengah malam, karena sisi ranjangnya bergerak saat Edzar tiba-tiba terbangun. Aia juga tidak perlu menyaksikan bagaimana Edzar yang menangis dalam tidurnya, atau Edzar yang terlihat sangat resah di dalam mimpinya, yang tampak sangat menyesakkan, membuat Aia ikut merasa sesak juga.

Makanya setelah mengetahui kehamilannya, Aia kepikiran untuk melanjutkan itu. Kembali tidur terpisah dengan Edzar, selagi masalah mereka belum selesai. Ia harap, ini juga bisa membuat Edzar lebih terbuka padanya. Supaya masalah ini segera selesai. Tentu saja, Aia juga enggak betah kalau semua ini terus berlarut-larut. Memangnya, siapa yang suka duduk berdua dalam hening seperti ini, di saat Aia bisa tertawa-tawa lebar sambil bermanja-manja selayaknya suami-istri pada umumnya? 

Dan sekarang, Aia sama sekali enggak habis pikir, kenapa Edzar malah memarkirkan mobilnya di garasi rumah Maminya, bukan di rumah mereka sendiri. Masalahnya, Aia sudah lelah sekali, kelamaan duduk. Perjalanan dari rumah sakit ke rumah Mami memakan waktu sekitar setengah jam. Ia ingin segera membaringkan pinggangnya, dan lanjut tidur siang.

Not Available (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang