Bab 24: Fakta yang Terkubur

1.7K 346 39
                                    




"Sekarang aku ngerti, Din, kenapa orang bilang kalau menikah itu enggak harus pakai cinta. Karena mau cinta atau enggak, itu bukan barometer utama yang menentukan kebahagiaan pernikahan. Soalnya cinta itu kata kerja. Dia bisa berhenti, berlanjut, atau ditumbuhkan lagi. Bukan sesuatu yang menetap seterusnya tanpa diusahakan."

Dengan berapi-api, Aia mencerocos panjang lebar di sela suapan chocolate cake-nya. Sementara itu, Medina di depannya cuma manggut-manggut.

Terhitung sudah satu minggu sejak Aia pulang liburan. Sebelumnya Aia cuma bisa cengar-cengir, belum sempat cerita banyak karena jadwal mereka yang sibuk, kini akhirnya mereka punya waktu kosong untuk sekadar window shopping di mal dan mencicipi dessert yang baru buka setelah makan sushi di lantai bawah.

Medina pikir, kehebohan Aia sepulang liburan kemarin ini akan pudar dengan sendirinya. Namun, ternyata makin hari, wajah Aia malah makin bersinar.

Bukannya Medina enggak ikut bahagia, melihat sahabatnya bahagia. Tentu saja ia orang pertama yang ikut senang melihat limpahan bahagia yang Aia tebarkan sejak kemarin. Mood Aia yang bagus, selalu berhasil menghidupkan suasana di sekitarnya, membuat orang-orang ikut merasa senang hanya karena keberadaannya. 

Namun, seharian ini Aia mendadak berubah menjelma konselor pernikahan yang sedari tadi bicara ngalor-ngidul tentang rumah tangga. Yang membuat Medina kesal karena ia sudah bisa menebak bagaimana obrolan ini akan berlanjut.

"Yang penting sih klop dulu. Visi-misi, kepribadian, finansial, cita-cita, pokoknya kalau itu semua udah cocok, cinta bakal tumbuh seiring berjalannya waktu. Justru proses dari awal gimana saling mengenal, sampai saling jatuh cinta itu ... rasanya seru banget, Din. Setiap hari selalu ada hal baru yang kita ketahui dari pasangan, terus ... masih malu-malu. Dan banyak hal kecil atau hal sederhana yang bikin deg-degan banget. Itu gemes tauuu!"

"Mungkin emang sebelum nikah, aku udah jatuh cinta duluan di masa-masa ta'aruf ya. Tapi Kak Edzar belum. Makanya pas awal, terkesan aku doang yang effort. Dan awalnya emang agak sulit, sampai bikin aku stres dikit. Tapi setelah semuanya tercapai, segala effort dan stresnya itu beneran terbayarkan, Din. Bahagianya lima ribu kali lebih besar, dibanding kalau sejak awal enggak ada usaha apa-apa untuk saling mencintai."

Medina menggeleng. "Enggak sih, kalau dari yang aku lihat selama ini, Mas Edzar udah sayang sama kamu sejak awal kok. Cuman emang kamunya aja yang enggak sadar, karena standar cowokmu saat itu tinggi banget, dan punya banyak ekspektasi. Padahal setiap orang punya cara masing-masing buat menunjukkan perasaannya. Kamu enggak ngerasain itu dari Kak Edzar karena ekspektasimu ketinggian."

Aia meringis, kalau dulu ia mendengar kalimat itu, mungkin dia bakal marah dan enggak terima. Tapi karena saat ini Aia sudah berdamai dengan semuanya, ia mengakui hal itu. "Ya emang sih. Tapi tetep bedaaa. Mungkin dulu Kak Edzar emang udah sayang sama aku, tapi cara mengungkapkannya kurang baik. Nah, sekarang, semua perjuanganku terbayar lunas. Dia udah lebih ekspresif, yang bikin aku bener-bener merasa sangat dicintai."

"Aku beneran ikut seneng, Ya." Medina tersenyum lembut, dengan sangat tulus dari lubuk hatinya yang terdalam.

Namun, Aia malah membalas tatapannya dengan senyum penuh arti. "Makanya, aku rasa ini waktu yang tepat buat kamu maju deh, Din! Ayo, aku bantu dorong dari belakang!"

"Maju apa sih?!" Gadis itu mendelik, pura-pura enggak paham. Padahal Aia yakin, dilihat dari bagaimana tatapannya sekarang, Medina sudah paham ke mana arah obrolan mereka.

"Stop memelihara gengsi! Aku yakin Mas Aden mau sama kamuu, Din. Dia pernah kasih tau aku, kriteria ceweknya kayak apa. Dan aku rasa, semua itu sesuai banget sama kamu. Aku yakin kalian bakal jadi couple yang manis banget! Kamu udah naksir Mas Aden dari SMA, dengan karakter Mas Aden yang lebih santai dan komunikatif, pasti hubungan kalian bakal lebih mudah! Enggak akan penuh drama kayak aku."

Not Available (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang