Bab 25: Sepotong Cerita Tentang Roti Coklat

1.5K 357 104
                                    




disclaimer: aku bukan orang Jambi. jadi boleh dikoreksi ya, kalau ada bahasanya yang kuranggg tepattt🙏🏻🙏🏻🙏🏻




***

Tubuh kurus itu berkeringat. Langkahnya semakin pelan ketika sudah memasuki gang kecil di perkampungan rumahnya. Berulang kali ia perlu berhenti sebentar, karena perutnya terasa sangat melilit. Setelah seharian beraktivitas di sekolah, belum ada makanan yang masuk ke perutnya. Dan terakhir kali ada makanan yang masuk ke mulutnya adalah kemarin sore.

Hampir setiap hari, menu sarapan Edzar adalah roti coklat. Sebelum berangkat sekolah, ia membantu memunguti sampah-sampah di toko kelontong Pak Rozaq, memisahkan sampah plastik dan kardus, untuk sebagian dibawa ke tempat loak. Dan sisa sampahnya dibawa ke tempat pembuangan umum yang jaraknya 1 km dari toko tersebut. Barulah setelah melakukan semuanya, ia diberikan upah berupa uang dua ribu rupiah dan sebuah roti coklat yang sudah mendekati masa kadaluarsanya.

Biasanya ia membawa karung sampah menaiki sepeda. Sayangnya, minggu lalu ban sepedanya bocor. Dan Edzar perlu menabung cukup lama untuk mengganti ban, karena sudah terlalu banyak tambalan dan tidak bisa diperbaiki lagi. Makanya uang dua ribu yang ia dapatkan setiap hari, tidak boleh digunakan untuk jajan, meskipun di kantin sekolahnya menawarkan beragam jenis makanan yang menggugah selera. Selama ini, perut kecilnya sudah cukup dengan sebungkus roti coklat. Toh, ia hanya sekolah beberapa jam. Pukul sebelas siang, ia sudah bisa pulang dan makan di rumah.

Hari ini merupakan satu dari sederet hari sial Edzar di bulan ini. Roti coklat yang diberikan Pak Rozaq tadi pagi sudah berjamur. Ia baru mengetahui itu di sekolah, jadi tidak sempat menukarnya.

Beberapa minggu lalu Edzar pernah mengalami kejadian serupa. Tapi ia mengabaikan jamurnya, tetap menghabiskan sebungkus roti tersebut, karena jamur yang tumbuh sama sekali tidak mengubah rasa rotinya. Dan tetap mengenyangkan.

Namun, ternyata tubuhnya tidak bisa menerima itu. Beberapa jam setelahnya, Edzar muntah-muntah, diare, dan demam tinggi. Tubuh kurusnya ditemukan tetangga terduduk lemas di dekat mushola, saking tidak punya tenaga untuk pulang ke rumah. Orang-orang heboh membawa Edzar ke puskesmas. Selama dua hari, ia di rawat di sana. Disuntik dan diberikan berbagai macam obat yang terasa sangat pahit. Pengalaman paling buruk yang membuat Edzar membenci puskesmas.

Makanya ketika mendapatkan roti berjamur lagi tadi pagi, Edzar tidak berani memakannya. Langsung membuang roti tersebut ke tong sampah, meski dengan begitu ia harus susah payah menahan lapar sampai siang.

Begitu sampai rumah, tubuh Edzar seakan baru saja mendapat pasokan energi penuh, ketika ia mencium aroma wangi telur dadar, yang membuat perutnya makin keroncongan. Momen seperti ini amatlah langka. Biasanya, setiap pulang sekolah, ia hanya akan mendapati nasi di dalam panci kukusan. Tidak ada lauk atau apa pun yang menemani. Dan Edzar sudah cukup dengan kecap sebagai temannya. Kadang Ibunya merebus berbagai sayuran yang dipetik dari sawah, yang beberapa terasa pahit sekali. Membuat Edzar lebih memilih makan nasi dengan kecap ketimbang harus pakai sayur.

Bisa makan telur dadar dan nasi hangat adalah sesuatu yang langka, dan harus ia syukuri dengan sungguh-sungguh. Dalam sebulan, mungkin bisa dihitung jari berapa kali Edzar bisa makan nasi dengan telur dadar. Itu pun telur dadarnya harus dikocok bersama tepung, lalu setelah matang, dipotong menjadi beberapa bagian, dan Edzar harus puas dengan potongan yang paling kecil.

Edzar baru bisa makan telur dadar favoritnya dengan potongan paling besar jika Nenek sedang berkunjung ke rumahnya. Atau jika ia yang berkunjung ke rumah Nenek. Seringkali Nenek juga membawa ayam goreng, menu favorit Edzar berikutnya.

Di antara banyaknya hal di dunia, Nenek adalah favorit Edzar. Nenek suka membuatkan berbagai macam makanan enak. Di belakang rumah Nenek ada kandang ayam dan bebek. Nenek tidak segan-segan menyembelih seekor ayam atau bebek setiap kali Edzar datang berkunjung. Ia bisa berulang kali nambah, tanpa perlu mendengar omelan tajam.

Not Available (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang