Bab 20: Kado Ulang Tahun

1.7K 359 27
                                    

Ketemu lagiii sama Aiayyy🥰🥰

Boleh dongg, bagi vote dan komennya yang banyakkk. Kalau bab ini ramee, besok Minggu kita liburan ke Karimunjawa bareng Aia dan Kak Edzar😚


***



Sepulang dari sesi konsultasi dengan Sarah, perasaan Aia terasa makin berat. Kali ini bukan lagi oleh banyaknya pertanyaan yang membuat ia stres, tapi oleh rasa bersalah. Meski sebagian besar pertanyaannya tidak terjawab, Aia mulai mengerti banyak hal. Tentang kenyataan bahwa tidak semua pertanyaan harus diketahui jawabannya. Tentang sudut pandang Edzar selama ini yang sudah mengalami banyak sekali hal buruk. Tentang sikapnya yang terlalu egois pada Edzar ketika menuntut banyak hal.

Malamnya, Aia tidak bisa memulai sesi podcast-nya seperti biasa. Ia tidak sanggup bicara apa pun pada Edzar tanpa menangis. Dan menurut Aia, menangis di depan Edzar adalah pilihan buruk, karena pria itu pasti akan langsung menyalahkan dirinya sendiri, tanpa repot-repot bertanya kenapa Aia menangis.

Jadi, Aia mengambil waktu sedikit lebih lama di kamar mandi. Ia menangis sepuasnya di bawah shower, berharap suara derasnya air bisa menyembunyikan isak tangis Aia yang sulit sekali dihentikan. Hari ini Aia berniat melepaskan seluruh rasa frustasi dan kebingungannya sampai tuntas, lalu ia berjanji tidak akan lagi penasaran pada apa pun yang terjadi di masa lalu Edzar.

Selagi Edzar memang mau memperbaiki diri, bukankah Aia tidak perlu mempermasalahkan apa-apa lagi? Ia cukup bersabar di sisi Edzar, menemani pria itu sepanjang proses perbaikan dirinya.

"Hari ini mau bahas apa, Ya?" tanya Edzar setelah satu jam lebih Aia hanya diam dalam dekapan Edzar, sama sekali tidak mengatakan apa-apa.

Kepala Aia bersandar di dada Edzar, menyembunyikan wajahnya di sana, berharap Edzar tidak perlu menyadari betapa sembab matanya sekarang. Aia ingin sekali minta maaf pada Edzar atas seluruh sikap menyebalkannya selama ini. Namun, ia langsung menelan semuanya. Edzar pasti akan semakin kebingungan dan kembali menyalahkan dirinya sendiri.

"Kamu punya cuti berapa hari, Kak?" tanya Aia pelan, tanpa mengubah posisinya.

Tanpa berpikir, Edzar menjawab, "Masih banyak sih, baru dipake dua hari pas lebaran kemarin, sama satu hari pas ke nikahan Sesil."

"Honeymoon yuk, Kak!" Ajakan itu memang terdengar sangat tiba-tiba, hingga membuat Edzar menjauhkan tubuh Aia, menatap dengan kening mengerut.

Aia terkekeh, melihat betapa terkejutnya tampang Edzar sekarang. "Kalau diinget-inget, kita enggak pernah liburan berdua gitu ya?"

"Pernah 'kan waktu itu ke ... Bandung?" jawab Edzar ragu.

"Iya, sih. Tapi waktu itu kan ... pas kita baru banget nikah."

"Bukannya emang itu ya, definisi honeymoon?" Edzar terkekeh kecil, yang membuat Aia mendekatkan wajahnya secara spontan, ingin merekam dengan jelas bagaimana tampannya sang suami ketika sedang terkekeh begini.

Astaga, ini adalah momen langka!

"Maksud aku ... dulu tuh, liburannya pas baru banget habis nikah, posisinya kita masih canggung banget nggak sih, Kak? Kita baru dua hari nikah, terus asal nurut-nurut aja waktu Mami ngajak ke Bandung. Meski pas sampai Bandung kita pisah dari rombongan keluargaku dan pergi berduaan aja, rasanya masih tetep canggung banget!" Aia tertawa geli mengingat potongan kejadian setahun lalu. Bagaimana ia masih sangat asing bersentuhan dengan laki-laki.

Lucunya, ketika tangannya tidak sengaja menyentuh tangan Edzar ketika sama-sama ingin mencomot cireng, jantungnya berdebar kuat, lalu buru-buru menjauhkan tangan, seolah itu adalah perbuatan dosa dan Aia takut sekali menambah berat timbangan dosanya. Padahal mereka sudah sah menjadi sepasang suami istri!

Not Available (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang