***
Tok tok tok
Ceklek
"Loh, mas? tumben pulang awal? biasanya jam 8 malam?"
"Kebetulan lagi gak ada meeting."
Maura mengangguk paham. kemudian ia mengambil tangan kanan sang suami lalu menciumnya.
"Ayok masuk," Maura mengambil alih tas kerja yang Darek bawa. kemudian mereka masuk kedalam tanpa menutup pintu kembali.
Darel duduk di sofa, sambil membuka jas hitam miliknya dan diletakkan pada punggung sofa.
Tak lama dari itu, Maura datang menghampirinya dengan membawa secangkir teh untuk Darel.
"Minum dulu,"
Darel mengangguk. kemudian, ia mengambil teh tersebut dan mulai meminumnya.
"Tadi dokter Andre telpon,"
Mendengar itu, Darel menghentikan minumnya dan meletakkan teh nya kembali ke meja.
"Kenapa?" tanya Darel.
"Dia nanya, kapan Mala siap di operasi? katanya, bisa semakin parah kalau Mala telat di sembuhin." ujar Maura.
Darel menghela nafas panjang mendengarnya. seketika ia mengingat sang putri yang keadaan nya saat itu sedang tidak baik.
"Mala belum pulang?"
Maura menggeleng "belum."
"Aku bener-bener gak siap Mala harus di operasi. apalagi konsekuensinya berat banget."
"Aku juga gak mau ini terjadi. tapi, dokter bilang gak ada cara lain selain ini yang bisa bikin penyakit otak Mala sembuh."
Darel menggeleng "aku bakal berusaha cari cara lain. kalau bisa, gapapa Mala di Operasi. tapi, gak sampe amnesia."
"Lebih gak rela kalau Mala harus pergi mas.."
"Enggak. selagi masih ada waktu, kita bisa cari cara yang baik buat anak kita. lupa ingatan emang masih bisa dibantu buat ingetin semuanya, tapi itu gak gampang." jelas Darel.
"Mala harus sering check up. aku takut kalau kondisi dia semakin memburuk.."
"Jangan bilang gitu, kita tetep berdoa yang baik buat anak kita."
"Udah beberapa dokter luar kota aku cari, tapi hasilnya sama aja. mereka sama-sama nyaranin buat operasi." ujar Maura.
Darel kembali menggeleng "aku gak rela. lupa ingatan yang nantinya Mala juga lupa sama kita. aku gak mau itu terjadi."
"Mau se-dewasa apapun Mala, dia tetep anak kecil yang selalu manja waktu kecil. gak semudah itu peran Mala berubah.."
"Bunda!"
Maura dan Darel menoleh ke arah tangga atas. yang dimana mendapatkan teriakan dari Dion di kamar nya.
"Bunda Dion minta tolong!"
Maura menghela nafas panjang, kemudian ia beralih pada Darel "aku ke atas dulu ya,"
Darel mengangguk. kemudian Maura beranjak dari sofa, dan berlalu dari sana menunju kamar anak lelakinya.
Darel menghela nafas dalam-dalam. kemudian ia meminum teh nya kembali. saat sedang meminum teh tersebut, pandangannya teralih ke samping yang dimana terdapat foto bingkai Mala di rak.
Darel menyelesaikan minumnya, lalu meletakkan teh itu kembali ke meja. dan ia mengambil foto bingkai tersebut.
Darel mengusap foto tersebut. foto yang dimana terlihat senyum girangnya gadis itu dengan cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABMC | BARA [END]
Romance⚠️THE RESULTS OF YOUR OWN IDEAS⚠️ Gadis yang mempunyai kesabaran setipis tisu, bertemu dengan lelaki yang menurutnya sangat menyebalkan. Hanya karena satu kesalahan, ia membencinya. Tak sampai disitu, lelaki ini mulai risih dengan gadis yang sering...