7. (Gagal) Kencan

53 5 0
                                    

Inarizaki. 15.00.
.
.
.
''Ha'i~. Ujian sudah selesai,''

Inari- sensei berkata tepat saat bel pulang berbunyi. Semua siswa mengumpulkan kertas ujian terakhir mereka dan menata alat tulis mereka masing - masing, lalu pulang.

''Haah ... tsukareta ...,'' desah Seiya bernapas lega. Akhirnya masalah moneter dan tunggakan biayanya teratasi, dia bisa ikut ujian dan lanjut sekolah. Kini, dia bertekad untuk mengumpulkan uang lebih banyak agar bisa bayar biaya sekolah tepat waktu.

''Otsukare, Sei- chan. Omong - omong, berapa soal yang tidak bisa kau jawab?'' Celetuk Reiya lalu bertanya. ''Otsukare, Reiya. Yah ... ada beberapa soal yang membuatku nge- stuck. Ujung - ujungnya aku ngawur. Yang penting jangan sampai ada yang bolong jawabannya,'' ucap Seiya.

''Kalau Sei- chan sih pasti bisa menjawab walau ngawur. Kau pintar mengarang kata - kata,'' ujar Rina nimbrung dalam obrolan. ''Tokorode Sei- chan. Kau benar tidak ikut Tour ke Kyoto?'' Tanya Rina. Seiya tersenyum masam dan menggeleng. ''Zannen. Aku harus bekerja untuk bayar SPP-ku. Kalau sudah sampai sana, kirim saja foto kalian atau video call,'' jawab Seiya.

''Yah ... sayang sekali. Tapi mau bagaimana lagi. Semoga kau banyak rezeki, biar kita bisa jalan - jalan bareng!'' Ucap Rina mendoa'akan dan diamini oleh Seiya. ''Ah! Bagaimana kalau besok minggu ikut aku nge- Event? Mumpung gratis ini. Aku juga butuh manajer untuk menemaniku cosplay,'' ujar Reiya membuat sweatdroppe kedua temannya.

'Jiwa otaku-nya mulai ...' batin Rina dan Seiya bersamaan. ''Entahlah. Aku masih buka cafe jika libur. Jadi doa'akan saja daganganku laris dan aku bisa pergi dengan kalian, sekaligus mencari persediaan juga,'' ucap Seiya. ''Semoga Tuhan mengabulkan doamu,'' ucap Rina mendoakan. ''Aameen ...'' ucap Seiya mengamini doa Rina. Mereka berjalan pulang bersama. Kebetulan loker uwabaki mereka sejajar.

''Ne - ne, Sei- chan. Apa kau dekat dengan anak kelas 2 - 3?'' Tanya Reiya mengubah topik. Seiya terdiam sebentar, hal yang pertama ia pikirkan adalah Osamu. Seketika rona pias muncul di pipinya. ''Y-Yang mana?'' Tanya Seiya tergagap. ''Itu loh! Yang kembarannya Atsumu- kun,'' ucap Rina. Orang yang disebutkan namanya lantas berhenti di tempat, dia bersembunyi di balik sisi loker dan menguping percakapan para gadis itu.

''O-Oh ... Osamu, ya. Yah ... k-kami l-lumayan dekat,'' gagap Seiya sambil mengusap tengkuknya canggung. ''Katakan dengan jelas, lugas dan lantang. Seberapa dekat? Apa status hubungan kalian? Apa dia menembakmu?'' Tanya Reiya seakan mengintrogasi kriminal.

Seiya melihat keadaan sekitar, tidak ada orang selain mereka bertiga. Dia menarik napas tenang untuk meredakan debaran jantungnya yang tak beraturan. ''Dia menembakku beberapa minggu yang lalu. Aku menerimanya, tapi ... hubungan kami canggung,'' ucap Seiya malu - malu.

''What?! Aku tidak menyangka Sei- chan yang pendiam ini sudah punya pacar?!! Omedetou!!'' Ucap Rina kaget lalu memeluk Seiya. ''Tenang saja. Kami akan membantumu agar lebih dekat. Ah! Aku punya tips. Kemarikan telingamu,'' ucap Reiya. Seiya mulai mendekatkan kepalanya dan telinga dibisiki oleh Reiya.

Atsumu kaget dengan obrolan itu. Sontak dia berlari ke kelas 2 - 3, kelas saudara kembarnya. Namun orang yang dicari sudah tidak ada. Jadi satu - satunya destinasi yang dituju adalah ruang ganti klub. Atsumu langsung mendobrak pintu ruang ganti, membuat terkejut para insan yang tengah berganti pakaian disana.

''Samu!! Sejak kapan kau jadian sama Ayakashima- chan?!!'' Tanya Atsumu memekik telinga. Hal itu membuat terkejut Ginjima dan Akagi. ''What?! Kapan kalian pacaran?! Kenapa tidak memberitahu kami?!'' Tanya Akagi. Osamu masih santai mengganti bajunya menjadi kaos putih.

''Sejak dia pulang dari Sendai. Aku langsung menembaknya,'' jawab Osamu. Aran merasakan ada yang tak beres dari nada bicara Osamu. ''Osamu. Apa kalian ada masalah? Wajahmu masam sekali lho,'' tanya Aran tepat menohok batin Osamu. Dia menutup loker baju gantinya.

The Barista Girl (M.Osamu × Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang