35. Terror

21 0 0
                                    

Hyogo. 15.00
.
.
.
''Haah ... malasnya ... ''

Subaru menidurkan kepalanya di meja kasir. Cafe masih sepi, belum ada pengunjung yang datang. Pengen nge- game, tapi wifi cafe rusak. ''Bos ... kapan wifinya hidup?'' Tanya Subaru lesu. ''Alatnya masih diperbaiki, Harukawa- san. Mungkin besok atau lusa baru bisa,'' jawab Seiya sambil mengelus cangkir kopinya.

Harukawa mendengus malas. Dia gabut, bingung mau ngapain. Hingga dia ingin membahas satu topik yang menarik. ''Bos, nanti selesai SMA, kau mau lanjut apa Bos?'' Tanya Subaru.

''Mau nikah sama Osamu,'' jawab Seiya terus terang. ''Ck! Bucin teross!! Ini serius nanya mau kuliah dimana!'' Cebik Subaru kesal. Seiya mendenguskan napasnya, tawanya tertahan sejenak dan ia meletakkan cangkirnya di rak.

''Aku mau kuliah jurusan ... em ... antara Ekonomi Kemaritiman sama Hukum. Apa? Mau promosi kampusmu kah?'' Jawab Seiya lalu menerka tujuan arah pembicaraan mereka. Subaru terkekeh dan mulai duduk dengan tegak.

''Itu tujuanku yang kedua. Tujuanku yang pertama adalah aku mau ngeghibahin tentang kampusku. Katanya rektornya kena kasus asusila sama mahasiswi - mahasiswi cantik. Anehnya dia tidak ditangkap - tangkap dan masih menjabat,'' cerita Subaru.

Seiya hanya berdehem, tak tertarik melanjutkan topik pembicaraan ini. Kasus seperti itu memang sering terjadi. Tak hanya rektor, bahkan tenaga pendidik yang kehilangan akal sehat bisa membuahkan kasus - kasus seperti itu. Dia cuma mendengar ocehan Subaru yang beropini tentang kasus itu.

''...Sayangnya kami yang mahasiswa nggak bisa demo, Bos. Mau cari bukti aja susah. Kalau cuma modal korban doang nggak cukup. Bisa saja pihak lawan menganggap itu opini palsu. Aku sama teman - temanku niatnya pengen menggrebek langsung rumahnya rektor Yamitori itu. Aku muak--''

''Siapa nama rektormu?'' Tanya Seiya menyela. ''Yamitori Misaki. Dia orangnya tersembunyi. Jarang muncul bahkan tak ada yang tahu wajah rektor itu. Dia terlalu misterius, Bos,'' jawab Subaru. Seringai tipis terbit di wajahnya.

''Em ... kenapa Bos?'' Tanya Subaru gugup. Seiya menggelengkan kepalanya. ''Tidak. Tidak apa,''

•••
21.00
.
.
.
''Konbawa, Sei- chan,''

Seiya kedatangan pelanggan tak terduga. Kita Shinsuke. Pria itu sengaja datang ke cafe Seiya karena penasaran dengan teman - temannya dan adik kelasnya yang sering nongkrong kesini. Jadi dia penasaran seberapa enak menu disini.

''Irashaimase. Kau mau pesan apa?'' Tanya Seiya. Kita duduk di bangku counter. Pemuda itu melihat daftar menu di meja dengan lamat. Dia menunjuk tart stroberi di menu. ''Aku mau yang ini,'' pinta Kita.

''Oke. Tart stroberi shortcake satu!'' Seru Seiya ke arah dapur. ''Ha'i ... '' jawab Subaru membalas dengan malas. Seiya mulai menoleh ke arah Kita yang bersebrangan dengan wilayah counternya.

''Tumben kesini,'' celetuk Seiya. ''Aku cuma penasaran dengan apa yang dikatakan teman - temanku, katanya disini menunya enak - enak,'' jawab Kita terus terang. Tak lama Subaru datang dan memberikan sepotong tart stroberi di depan Kita.

''Arigatou gozaimasu,'' ucap Kita berterima kasih. Subaru mengangguk dengan senyuman lelah sebagai jawaban. ''Bos. Aku mau pulang dulu,'' ucap Subaru dengan nada lelah. ''Ya. Pulang sana. Wajahmu udah jelek begitu,'' jawab Seiya.

Subaru mengangguk dan langsung melepas apronnya, dia meletakkan lipatan celemek di dapur dan langsung menyahut jaket dan tas kuliahnya. Kakinya melangkah gontai keluar dari cafe. Matanya sudah lima watt dan dia sangat lelah.

''Hati - hati dijalan. Awas nabrak--''

Duer!!

Dulu nabrak tiang, sekarang nabrak pintu kaca. Beruntung pintu kacanya tidak pecah. Subaru hanya bisa mengaduh kesakitan sambil membuka pintu tersebut. Seiya menggelengkan kepalanya sebagai reaksi melihat kejadian tersebut.

The Barista Girl (M.Osamu × Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang