Stasiun Hyogo. 08.00
.
.
.
''Ugh ... aku gugup sekali ... ''Osamu sudah keringat dingin karena akan bertemu keluarga Seiya di Yokohama. Padahal mereka saja belum berangkat. Seiya hanya gedek - gedek melihat gelagat Osamu yang gugup setengah mati. Pemuda itu agak menyesal ikut dengan Seiya dan Yusuke ke Yokohama.
''Biasakan dirimu dengan omongan toxic keluargaku, Osamu. Jika kau tak tahan, kau tak bisa melamarku suatu saat nanti,'' tutur Seiya memakaikan tudung jaket pada Yusuke. Osamu menghembuskan napas dinginnya.
''Justru itu yang membuatku merinding. Beruntung pamanmu yang pintar masak itu kalem. Aku ketar - ketir disemprot lagi dengan ayahnya Yusuke dan kakekmu,'' ucap Osamu dengan nada suram.
''Oi. Jangan patah semangat dulu. Berangkat saja belum,'' tegur Seiya dengan wajah datar. ''Ouda!!'' Oceh Yusuke seakan ikut mengimbuhi ucapan Seiya. Tak lama, kereta yang mereka naiki datang. Osamu dan Seiya segera merangkul tas mereka, pemuda itu membawa tas perlengkapan bayi milik Yusuke dan mereka masuk ke dalam gerbong kereta kelas ekonomi di deret tengah. Alhasil mereka duduk berhadapan dengan penumpang di deret depan.
Mereka mendapat tempat duduk di depan ibu - ibu yang tampak modis dengan jaket musim dingin bulu - bulunya. Mata mereka memandang Seiya dan Osamu yang duduk bersebelahan sambil menggendong Yusuke. Mengira mereka pasutri muda yang sudah punya anak.
Kereta melaju menuju ke stasiun berikutnya. Yusuke nampak menikmati pemandangan di luar jendela kereta. Sementara Osamu tengah nyemil keripik kentang. Seiya sendiri melamun karena lelah. Hingga lamunannya pecah tatkala Osamu menyodorkan sebiji keripik kentang di depan mulutnya.
Seiya melirik sejenak pada Osamu yang menatapnya, lalu dia melahap keripik tersebut dan mengunyahnya.
''Kalian keluarga yang harmonis, ya'' komentar ibu - ibu berjaket merah berceletuk. Seiya terkekeh hambar akan kesalahpahaman ini. Osamu malah salah tingkah dan mengusap wajahnya supaya gugupnya hilang.
''Anaknya umur berapa?'' Tanya ibu - ibu berkacamata di sebelahnya. ''B-Baru satu tahun,'' jawab Seiya gugup. ''Ma! Ole!!'' Oceh Yusuke sambil menunjuk ke luar jendela, melihat gedung - gedung kota yang menjulang di seberang sana.
''Itu namanya gedung,'' ucap Seiya menanggapi ocehan Yusuke. ''Dung?'' Ucapnya sambil menatap Seiya. ''Iya. Gedung,'' ucap Seiya sekali lagi. Mata bulat Yusuke menatap Osamu sambil menunjuk ke arah pemandangan gedung di luar jendela.
''Pa!! Dung!! Ucap Yusuke dengan girang. Osamu membalas dengan senyuman. ''Ha'i - ha'i. Aku melihatnya kok,'' jawab Osamu menanggapi.
''Tujuan kalian akan kemana?'' Tanya ibu - ibu berkacamata tadi. ''Yokohama desu,'' jawab Osamu. ''Apa kalian mau liburan atau semacamnya?'' Tanya ibu - ibu berjaket merah. ''Kami mau ke rumah keluarga,'' jawab Seiya.
''Hm ... begitu ya,'' ucap ibu itu paham. ''Kalau tante sekalian mau kemana?'' Tanya Seiya dengan ramah. ''Kami mau ke Tokyo untuk mengenang kembali masa muda kami. Yah ... saat di Tokyo dulu kita selalu berjalan - jalan ya,'' ucap ibu - ibu berjaket merah tadi.
''Benar. Masa muda itu menyenangkan,'' ucap temannya menanggapi.
Singkat cerita, dalam perjalanan menuju ke Yokohama, Osamu malah molor duluan habis makan keripik kentang. Mana kepalanya bersender di bahu Seiya. Ditambah Yusuke juga ikut tertidur di pangkuan Seiya usai minum susu. Seiya tak bisa rileks, ibu - ibu di depan mereka malah tertawa kecil melihat keadaan mereka. Katanya imut.
•••
Yokohama. 10.15
.
.
.
Osamu melongo melihat gapura rumah kediaman Ayakashima. Begitu tinggi dan lumayan besar. Untuk pertama kalinya Osamu berkunjung di kediaman keluarga yakuza. Jantungnya berdebar karena saking gugupnya. Namun tangan kirinya digenggam hangat oleh Seiya, membuatnya sedikit lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Barista Girl (M.Osamu × Readers)
Random''Cintaku padanya seperti Kafein. Selalu membuatku candu''- Miya Osamu. Inilah kisah Osamu yang jatuh cinta pada si manajer cafe muda di Hyogo. Namun banyak rintangan dan saingan yang tak terduga, ditambah si barista punya hal tersembunyi dalam hidu...