26. Sepupu Setan

33 5 0
                                    

Kediaman Sawamura. 20.15
.
.
.
Bruh!!

Touki menyemburkan kopinya gara - gara Seiya mengatakan jika rumahnya 'meledak'. Seiya berbicara dengan hiperbola, membuat Daichi yang berada di sampingnya menyenggol lengannya.

''Bicara yang jelas, bodoh. Jangan kayak bocah, dilebih - lebihkan,'' tukas Daichi. Seiya mengerlingkan matanya malas. ''Yah ... intinya seperti itu. Rumahku hancur sekarang gara - gara dibakar oleh anaknya Honshu Takuya. Sepertinya dia balas dendam karena tak terima bapaknya dipenjarakan olehku,'' jelas Seiya.

''Sekarang kau tinggal dimana?'' Tanya Kaede cemas. ''Di rumahnya Kusanagi- san. Rekan kerja ayah dulu. Kebetulan anaknya itu pacarku,'' jawab Seiya membuat Daichi melongo. Touki mengusap mulutnya dengan tisu dan berdehem sejenak.

''Ekhem! Jadi kau tinggal sementara di rumahnya Miya- san?'' Tanya Touki memperjelas. Seiya hanya mengangguk sebagai jawaban. Pamannya menghela napas sambil memijit kepalanya pening.

''Dalam waktu dekat, aku berencana membangun rumahku kembali. Aku mendapat kompensasi yang cukup dari pihak hukum. Jadi jangan dipikirkan masalah finansialku, Paman Touki,'' ujar Seiya sambil menyeruput kopinya.

''Lalu, bagaimana keluarga dari pihak ayahmu? Apa mereka tahu?'' Tanya Kaede. Seiya meletakkan cangkir kopinya di tatakan atas meja. ''Paman Yugimura tentu saja tidak peduli denganku. Dia terlalu kikir, datang cuma disaat dia butuh. Lalu untuk Paman Jouichiro ... dia pergi ke New York lagi. Dan Kakek Siluman itu sebenarnya tahu, tapi aku tak mau dia membantu,'' ucap Seiya.

Touki hanya bisa geleng - geleng. Keluarga Ayakashima memang beragam sifat dan tabiatnya bak siluman. Touki juga tak berani bicara pada Senjuro, mengetahui derajatnya berbeda dalam dunia bisnis, sekaligus kakek tua itu adalah yakuza berdarah dingin.

''Tapi aku mau kumpulkan uang buat beli mesin espresso dan biji kopi. Aku mau buka usaha cafeku lagi dan ikut kompetisi barista. Haah ... sayang sekali musim dingin ini aku tidak bisa ikut,'' celoteh Seiya sedikit kecewa. ''Oi, jangan serakah begitu. Pikirkan rumahmu dulu, barulah kau berkarir,'' tegur Daichi. Seiya hanya bisa mengangguk dengan wajah cemberut.

''Woof! Woof!!''

Anjing peliharaan Daichi, Shiba menggongong pada Seiya. Kemudian ia menduselkan kepalanya pada kaki Seiya. Gadis itu mengangkat anjing berbulu cream nan halus itu ke atas. Dia tersenyum hangat melihat wajah anjing imut itu.

''Dai-chin. Kau punya nomor atau alamat surel adik kelasmu yang imut tadi?'' Tanya Seiya membuat Daichi melotot waspada. ''Kau mau apakan juniorku??'' Tanya Daichi balik dengan tatapan horor. ''Eh~? Padahal aku mengidolakannya. Memangnya tidak boleh?'' Tanya Seiya dengan nada manja.

''Berhentilah, Seiya! Kau mengerikan jika melihat sesuatu yang menarik di depan matamu!!'' Pekik Daichi memucat wajahnya. ''Cih! Suka sama bocah aja nggak boleh!'' Decih Seiya menurukan Shiba lalu bersedekap dada. ''Wajahmu itu mirip pedofil, gobl*k!! Jadi jangan dekat - dekat juniorku! Sama saja kau selingkuh dengan pacarmu!'' Kesal Daichi sambil menunjuk dahi Seiya.

''Lah?! Ngapain bawa pacarku?! Rasa sukaku dengan Hinata- kun itu beda, ya! Aku ke Hinata- kun itu gemas! Sedangkan perasaanku sama pacarku itu cinta dari hati!!'' Protes Seiya nyolot. ''Ya, ya, ya. Si paling ayang, tapi dekatnya sama yang lainnya,'' nyinyir Daichi mengejek. Seiya menggeram kesal dan mulai mengguncang bahu Daichi.

''Awas kau ... nanti kukirim foto aibmu pas pake sempak pink ke Sugawara- san!'' Kecam Seiya. ''Jangan kau sebarkan itu, bocah setan!!'' Pekik Daichi sambil mencekal tangan Seiya. Dan ya, terjadi aksi jotos - jotosan dan jambak - jambakan disertai adu bacot di antara mereka.

Pasutri bermarga Sawamura hanya bisa geleng - geleng kepala untuk kesekian kalinya.

•••
21.45
.
.
.
''Dai-chin''- Seiya.

The Barista Girl (M.Osamu × Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang