5. Cinta

55 5 4
                                    

Stasiun Hyogo.19.30
.
.
.
Osamu menunggu di bangku stasiun, menanti datangnya sang pujaan hati. Hingga datanglah kereta yang ditumpangi Seiya. Tak banyak orang yang berlalu lalang keluar dari peron dan gerbong kereta, membuat Osamu langsung berdiri dan melangkah mendekati peron dengan santai.

''Osamu- san!''

Osamu melihat sosok Seiya yang keluar dari gerbong sebelah. Sosoknya yang kesusahan membawa barang - bawaan dan berpakaian rapi nan elegan membuat Osamu terpana sejenak. Dia menghampiri Seiya lalu mengambil alih barang - barang Seiya yang merupakan 2 kotak kardus.

''Banyak sekali bawaanmu, mana berat lagi,'' komentar Osamu. ''Ini persediaan untuk cafe. Biji kopi dan bahan - bahan kue, termasuk buah - buahannya juga. Terima kasih mau menjemputku, Osamu- san,'' tanggap Seiya lalu berterima kasih.

''Ii'e. Kebetulan aku senggang. Daripada rebahan di kamar dan diganggu Tsumu, lebih baik aku keluar cari acara. Kebetulan kau memintaku menjemputmu, jadi aku punya alasan pamit keluar,'' celoteh Osamu membuat Seiya terkikik geli.

''Ihihihi! Osamu- san suka banyak acara, ya. Kukira kau itu orangnya kalem dan tidak banyak bergerak,'' ucap Seiya membuat Osamu merona. Lagi - lagi dia kepincut dengan senyuman dan tawa Seiya. Singkat cerita, mereka sampai dirumah Seiya. Osamu cukup kaget jika rumah Seiya dengan cafenya rupanya satu bangunan. Osamu mengira rumahnya ada di tempat lain, rupanya di atas cafe.

''Rumahmu minimalis sekali, ya. Tapi tersusun rapi, jadi tidak terlihat seperti penuh perabotan,'' komentar Osamu sambil duduk di bantalan meja kotatsu usai menaruh barang - barang Seiya di meja dapur cafe.

''Barang - barangku sebenarnya lumayan banyak. Setidaknya aku perlu menata rapi perabotanku agar biasa pas,'' ucap Seiya menyuguhkan teh hangat dan sepiring kue kering di meja. Osamu mengernyit heran. Dia merasa ada yang aneh dengan penjelasan Seiya tadi.

''Aku mau mandi dulu, Osamu- san. Nontonlah televisi dulu sambil nyemil,'' ucap Seiya sambil mengambil baju gantinya dan pergi ke kamar mandi bawah. Osamu akhirnya menikmati apa yang disuguhkan sambil menonton chanel televisi berbasis olahraga yang kebetulan pertandingan voli.

Hingga netranya tak sengaja melihat pajangan salib di dinding. Lagi - lagi Osamu tertampar fakta jika gadis yang ia taksir itu beda agama. Namun tetap saja, Osamu menolak sadar dan buta akan rasa cintanya. Selang beberapa menit, Seiya datang sambil mengenakan piyama tidurnya yang berwarna navy polos. Osamu terpana kembali melihat penampilan Seiya yang berbeda dan membuat jantungnya berdisko ria.

''Osamu- san. Apa ada yang aneh denganku?'' Tanya Seiya menyeletuk, membuat Osamu yang terlalu lamat menatap Seiya tersentak sadar. ''I-Ii'e. Hanya saja k-kau ... c-cantik,'' gagap Osamu memuji sambil mengalihkan perhatiannya ke lain benda.

Seiya berkedip dengan wajah melongo, sedetik kemudian ia menahan tawanya. ''Pfft! ... kau pintar memuji, ya,'' ucap Seiya lalu mulai mengeluarkan barang - barang di dalam ranselnya. Seperti perias wajah, hiasan sanggul, Alkitab dan serulingnya di meja belajar. Osamu tertarik pada seruling berwarna silvernya lantas bertanya.

''Kau bisa bermain seruling?''. Tangan Seiya yang meletakkan seruling di meja belajarnya terhenti sejenak dan mengangkat serulingnya sejajar dengan dada. ''Yah ... setidaknya aku mahir bermain alat musik ini saja. Sekeras apapun aku belatih gitar, biola dan alat musik orgen lainnya, aku hanya sekedar bisa, tidak semahir bermain seruling,'' jawab Seiya sambil memandang hampa serulingnya.

''Bukankah itu bagus? Yang penting kita sudah mencoba,'' ucap Osamu menyanjung. Seiya tersenyum kecil dan meletakkan tas ranselnya yang kosong di bawah meja. ''Yah ... begitulah,'' ucap Seiya lalu memposisikan mulutnya bersinggungan dengan lubang tiup seruling.

The Barista Girl (M.Osamu × Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang