38. Puncak Konflik

20 2 0
                                    

Tokyo. 14.00
.
.
.
Di bulan Januari, puncak dari musim dingin melanda Jepang. Disinilah turnamen voli tingkat nasional berada. Semua tim perwakilan tiap prefektur berkumpul disana. Tak terkecuali Inarizaki sebagai perwakilan dari Hyogo.

Namun sayang seribu sayang, mereka harus kalah dari Karasuno, tim perwakilan dari prefektur Miyagi, sekaligus tim yang sepupunya pimpin. Memang disayangkan bagi Inarizaki, padahal baru putaran pertama di hari kedua.

''Hola!''

Para rubah yang istirahat di ruang ganti kedatangan Seiya dan Souma yang membawa dua totebag buah - buahan. Souma memberikan satu totebag itu pada Kita, mereka berdua menjenguk tim Inarizaki.

''Jangan putus asa dulu. Masih banyak kesempatan yang ada, minna. Walaupun waktunya sudah habis, selama kalian bisa bernapas, kalian punya kesempatan,'' ucap Seiya menyemangati para rubah.

Hati mereka tergerak untuk bangkit dari keterpurukan. Rasa lega dan ikhlas perlahan menyelimuti mereka. Osamu menarik napas untuk menenangkan diri. Hingga saat dia menghembuskan napasnya, matanya tak sengaja melihat tangan Seiya yang tremor dan tak sengaja meremat totebag yang ia bawa.

''Seiya. Daijoubu?'' Tanya Osamu berdiri mendekati sang pujaan hati. Seiya masih menunduk, tak mau menjawab. Hingga dia melontarkan pertanyaan lagi. ''Anu ... Osamu, Shinchan. Kalian bisa temani kami sebentar ke tim Kara–''

''Tidak. Berusahalah sendiri menghadapi sepupumu, Sei-chan,'' tolak Kita tanpa ragu sekalipun. ''Memangnya kenapa dengan sepupumu?'' Tanya Osamu. ''Bisa dibilang menyeramkan. Aku juga takut menghadapinya,'' jawab Souma menyahut dengan wajah pucat.

''He ... kau juga takut?'' Heran Atsumu. ''Wakatta. Ayo kuantar,'' ucap Osamu dengan ikhlas. Saudara sepupu itu menunduk pada Osamu dengan penuh kesungguhan hati, membuat para rubah sweatdroppe.

''Arigatou gozaimasu!!''- Souma & Seiya.

•~•

Tim Karasuno tengah berkemas di aula tunggu yang lain. Mereka juga kelelahan setelah bertanding dengan Inarizaki. Kini mereka menunggu pelatih dan penasehat klub mereka untuk mengambil bus.

Banyak dari mereka yang sangat lelah. Pertama Nishinoya yang tidur di bangku, Tsukishima yang keliyegan dengan mata 5 watt. Sedangkan Hinata, dia malah nampak bersemangat dan masih berapi - api. Hingga atensi mereka tertuju pada ketukan pintu dan hadirnya seseorang.

''Anu ... ''

Mereka spontan menoleh ke sumber suara. Osamu berdiri disana dengan mengenakan jaket jerseynya. Para gagak sempat heran kenapa anggota tim musuh datang kepada mereka. Daichi berdiri dan menghampiri Osamu.

''Ha'i. Nandeshouka?'' Tanya Daichi sesopan mungkin. Dia sempat membatin jika Osamu ini pacarnya Seiya. Osamu menoleh ke arah dinding persembunyian Seiya dan Souma. ''Keluar saja,'' ucap Osamu.

Sempat ada suara kegaduhan, hingga Souma terdorong oleh Seiya yang memberikan paksa totebag berisi buah - buahan itu. Daichi agak kaget dengan pemuda bersurai merah kecoklatan itu.

''Souma?? Bagaimana bisa kau ada disini?'' Tanya Daichi mendekati Souma. Sang empu tergagu di tempat dan menyerahkan totebag dengan kaku. ''I-Ini, Daichi- nii. Kami bawa oleh - oleh,'' ucap Souma.

Daichi menerima dengan senang hati. Gesturnya tak menunjukkan emosi. ''Haha! Arigatou na. Sore de ... dimana dia?'' Tanya Daichi penuh tekanan usai berterima kasih dengan senyuman. Seiya yang bersembunyi di balik pintu dan Souma bergidik ngeri, bulu kuduk mereka meremang seketika.

Osamu sempat heran kenapa intonasi Daichi berubah. Dia masih belum peka akan keadaan. Seiya muncul dengan perlahan, dengan situasi canggung dan takut. Gadis itu tak berani menatap Daichi.

The Barista Girl (M.Osamu × Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang