22. Inarizaki Summer Festival (3)

41 5 0
                                    

Hyogo. 06.00
.
.
.
Pagi - pagi, enaknya minum kopi.

Itulah rutinitas Seiya sehari - hari saat tubuhnya dalam keadaan fit. Seiya selalu buat kopi yang akan diminum setelah sarapan, kalau belum sarapan jangan minum kopi, kembung nanti.

Seiya sarapan 2 onigiri, kini dia menyesap kopi hitamnya yang super duper pahit di teras balkonnya. Dia sudah danda rapi, sudah mandi, tinggal berangkat ke sekolah sambil membawa tasnya yang berisi baju ganti dan dompet. Di tengah acara ngopinya, Seiya merasakan firasat buruk.

'Kok perasaanku nggak enak, ya?' Batin Seiya gelisah. Hingga datanglah dua pria yakuza itu, mereka baru bangun dari futonnya. Seiya memilih tidur di ruang bawah tanah daripada bersama duo setan itu.

''Hoam ... ohayou, Ojou,'' sapa Sugihara dengan mulut menguap. ''Ohayo. Cepat mandi dan sarapan. Aku sudah belikan onigiri untuk kalian,'' balas Seiya disertai menitah. Sugihara hanya mengangguk. Mereka berdua malah duduk disamping Seiya, tengah mengumpulkan nyawa. Si nona muda hanya bisa menghela napas lelah.

''Mattaku ... ''- Seiya.

•~•

Seiya di antar Kirishima dan Sugihara. Semenjak kedatangan duo setan ini, dia seperti anak orang kaya yang diantar - jemput sopir pribadinya. Walau kenyataannya memang iya, tapi itu cuma masa lalu. Sebelum berangkat tadi, Seiya memasukkan nichirin, brankas harta bendanya dan barang penting lainnya ke dalam ruang bawah tanah. Entah mengapa firasat buruknya menggebu - gebu.

Sampailah mereka di Inarizaki jam 7. Seiya segera masuk sambil merangkul tasnya menuju ke kelasnya. Sedangkan duo setan itu mau jalan - jalan cari sensasi dan ngerokok dulu sampai jam 9, katanya.

Tepat kakinya memasuki ruang kelas, banyak dari teman - temannya sudah datang dan berdandan. Yang paling ribet itu anak perempuan yang ikut dance. Sementara yang laki - laki sudah siap dan menganggur sambil main game online.

''Oh! Akhirnya gitaris kita datang guys!'' Sorak Naoto memandang Seiya. Seketika Rina dan Reiya menarik Seiya untuk duduk di sebuah kursi. ''Satte. Ayo kita dandani bintang tomboy kita,'' ucap Rina sambil mengeluarkan brush make up-nya.

Beginilah nasib orang yang datang terakhir sendiri. Seiya benar - benar dirias, walau memakai make up tipis agar terlihat natural dan wajahnya feminim. Bulu matanya sedikit dilentikkan, dia diberi eye shadow berwarna cream peach, bibirnya diberi lipbam untuk mengkilapkan ranumnya.

''Kyaa!! Malah kayak biasku!!'' Pekik Rina histeris. Jiwa ARMY-nya mulai keluar. Seiya memandangi dirinya, wajahnya tak berubah, tapi sedikit terlihat feminim. Seiya hanya bisa menerima keadaan yang ada. ''Ayo ganti baju,'' ajak Reiya. Hanya dia dan Seiya yang belum ganti baju. Mereka berjalan menuju ke ruang ganti olahraga sambil menenteng tas yang berisi baju ganti.

Pakaian mereka sebenarnya cukup simpel. Yaitu mengenakan seragam SMA. Mengingat tema pentas seni mereka adalah 'Masa Muda', jadi untuk pakaian dance adalah seragam dan ditambah rompi rajut kotak - kotak. Untuk anak laki - laki juga demikian.

Sedangkan untuk band, pakaian mereka sedikit diliarkan konsepnya. Atasan kaos hitam di double kemeja kotak - kotak berwarna bebas. Kemudian bawahannya celana jeans atau celana berwarna navy. Seiya tak punya kaos atau kemeja kasual, akhirnya dia memakai turtleneck hitam dengan lengan pendek. Kemudian ia memakai celana model pdl berwarna navy dan memakai sarung tangan fingerless yang ia pinjam dari Reiya.

''Hm ... ''- Riya

Reiya memandang lamat Seiya, membuat sang empu risih. ''Etto ... nande, Reiya?'' Tanya Seiya. Telunjuk Reiya terarah pada aset Seiya yang nampak datar karena dibebat sarashi. ''Lepas saja sarashimu. Ganti pakai bra,'' ujar Reiya membuat Seiya spontan memeluk dirinya sendiri, menutupi dadanya dari Reiya. ''Ha?? Iyada,'' timpal Seiya menolak.

The Barista Girl (M.Osamu × Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang