Sendai. 10.00
.
.
.
Hari minggu, dimana umat Nasrani beribadah selain di hari Kamis dan Jum'at, mendengar khotbah dari pemuka agama, membaca kitab dan berdo'a diiringi orgen yang menggema dalam gereja. Usai beribadah, semua beranjak pulang. Seiya bertemu lagi dengan Semi untuk kesekian kalinya.''Na, Semi. Omae daijoubu?'' Tanya Seiya tentang keadaannya setelah kalah kemarin. ''Daijoubu. Hanya capek saja,'' jawab Semi. Mereka keluar dari area gereja dan menuggu di halte bus.
''Selanjutnya kau mau kemana?'' Tanya Semi. ''Beli baju,'' jawab Seiya. ''Mau kutemani?'' Tawar Semi. ''Tidak. Nanti kau dicariin temanmu,'' tolak Seiya secara halus. ''Tidak apa - apa. Toh ini hari minggu,'' ujar Semi sedikit memaksa.
''Tidak. Aku bisa sendiri. Ah! Itu bus yang mau kunaiki. Matta na, Semi- kun,'' ucap Seiya langsung ngacir pergi menaiki busnya. Semi merasa dirinya dijauhi oleh Seiya, apakah sengaja? Atau karena moodnya buruk akibat kekalahan kemarin, sehingga menganggap perilaku Seiya membuat hatinya cepat kesal?
Semi tidak tahu. Dia hanya bisa diam dan pasrah.
•~•
Seiya baru keluar dari pusat perbelanjaan di Sendai. Dia menghela napas lelah karena antri kasir. Yang dia dapatkan hanyalah piyama 2 pasang, satu set daleman 3 pasang, baju kasual, celana training, baju formal untuk ibadah. Kini Seiya duduk di bangku halte untuk menunggu bus tujuannya ke rumah.
Sesampainya di rumah, Seiya malah dimintai tolong oleh bibinya untuk mengantarkan setandun pisang kepada Daichi, Kaede berniat untuk membagikan pisang itu pada teman - teman putranya.
Seiya hanya bisa pasrah dan mengganti baju terlebih dahulu. Dengan memakai celana training barunya dan kaos oblong berwarna putih, dia mengayuh sepeda, membawa tote bag berisi buah - buahan. Selain itu, Seiya juga mengantongi ponsel di saku trainingnya dan beberapa uang.
Dia mencari lokasi sekolah sepupunya dengan GPS, akhirnya ketemu walau nyasar sekali. Dia memarkirkan sepedanya di dekat pos satpam, sekalian mau bertanya dimana letak gymnasium berada. Usai diberi petunjuk, Seiya langsung pergi ke sana.
Suasana di gym juga ramai, selain anak VBC, ada juga anak basket yang berada di sebelah jaring pembatas yang tengah pemanasan. Seiya ingin bersikap jahil untuk mengatensi sepupunya, tapi dia malu karena ada anak basket. Hingga salah satu dari mereka menghampiri Seiya.
''Anu ... ada apa, Ojou- san?'' Tanya salah satu anak basket kepada Seiya. ''I-Itu, kapten voli. Aku mau memberikan ini kepada kapten voli. Bisa kau panggilkan?'' Ucap Seiya canggung.
''Wakatta. Oi!! Sawamura!! Kau dicariin cewek nih!!'' Seru pemuda itu membuat semuanya teratensi padanya. Daichi berjingit karena melihat sosok sepupu setannya kesini. Dia menghela napas lelah. ''Seiya! Kesini saja!'' Seru Daichi memanggil, dengan malas dia malas menghampiri sepupunya. Seiya akhirnya bergabung dengan segerumbulan para gagak.
''Nde, ada apa kau kesini?'' Tanya Daichi mengonfrontasi. ''Hora, Daichi. Jangan langsung cemberut gitu,'' tegur Sugawara menepuk bahu sahabatnya. Daichi mengerlingkan matanya malas. Seiya memberikan tote bag berisi setandun pisang.
''Bibi menyuruhku memberikan ini padamu. Dibagi dengan teman - teman lain,'' ucap Seiya monoton. Asahi mengambil alih tas tersebut, ia mengira beban yang akan dibawanya ringan, ternyata berat, membuat dia kaget dan menarik tangannya mengikuti gaya newton tas.
''Uwaa! Omoi ... '' kaget Asahi. ''Touzen da. Itu setandun pisang,'' ucap Seiya menggunakan aksen Tokyo. ''Setandun?! Kau kuat mengangkatnya?!'' Heboh Nishinoya duduk di samping kiri Seiya yang berdiri. ''Jika aku tidak kuat, lantas bagaimana aku bisa sampai sini, Nishinoya- san?'' Ucap Seiya monoton.
''Wah ... wanita perkasa,'' ujar Sugawara memuji. ''Yang kulihat sekarang hanya wanita preman,'' sahut Daichi mencebik, membuat Seiya menggerutu dalam batin. Dia hanya bisa bersabar sambil berkacak pinggang. Netra Nishinoya tak sengaja berlabuh pada celah kain lengan kaos Seiya, dia melihat ada ukiran hitam disana. Sepertinya gadis itu lupa memakai ban lengan yang membuat tatonya terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Barista Girl (M.Osamu × Readers)
Random''Cintaku padanya seperti Kafein. Selalu membuatku candu''- Miya Osamu. Inilah kisah Osamu yang jatuh cinta pada si manajer cafe muda di Hyogo. Namun banyak rintangan dan saingan yang tak terduga, ditambah si barista punya hal tersembunyi dalam hidu...