8. Hanya Gagal, Bukan Akhir

34 5 0
                                    

Tokyo.12.00
.
.
.
Di awal liburan musim panas ini, banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Contohnya melakukan hobi, liburan dan melacong sana - sini, dan meneruskan prestasi dengan mengikuti lomba - lomba resmi.

Namun bagi Seiya, pertandingan barista tidak sesederhana yang ia kira.

Brak!!

''INI KOPI ATAU KUAH SUP?! KOK ASIN BANGET! KALAU NGGAK BECUS BUAT KOPI, NGGAK USAH JADI BARISTA!!''

Disinilah Seiya, dimaki - maki oleh Sensory Judge. Seiya sendiri shock dan kaget kenapa kopinya bisa asin. A.S.I.N!. Perasaan dia membawa gula, tidak membawa garam.

Usai kompetisi, Seiya hanya bisa duduk di taman. Kompetisi Summerista ini berada di Tokyo, tepatnya di satu - satunya akademi tataboga di seluruh Jepang. Akademi Totsuki. Ruang kompetisinya di aula memasak. Dia frustasi berat dan tak menyangka ada seseorang yang memasukkan garam ke salah satu kopi espressonya.

Padahal Seiya sudah mematangkan konsep dan membuat kopi racikannya sendiri untuk dipresentasikan, sayangnya ada orang jahat yang menjatuhkannya sebelum ia mempresentasikan kopi kreasinya. Seberat itukah bersaing dengan para barista ambis?.

''Bos! Aku sudah menaruh mesin kopi espresso dan peralatanmu di mobilku!'' Seru karyawan setianya, Subaru. Sebenarnya dia anak orang kaya yang kuliah fakultas teknik komputer di Kanagawa, tapi dia ingin hidup mandiri dan mencoba berpenghasilan sendiri lewat kerja paruh waktu.

''Ah ... arigatou, Harukawa- san,'' ucap Seiya membalas. Subaru menepuk bahu Seiya, mengapresiasikan kerja keras bosnya dalam pertandingan ini. ''Daijoubu dayo, Bos. Kau pasti bisa di kompetisi JBC selanjutnya,'' ucap Subaru mendukung. Seiya hanya berdehem sambil mengangguk.

''Mana mungkin gadis tengik sepertinya akan lolos''.

Seseorang berceletuk. Membuat Harukawa spontan membelakangi Seiya. Sang empu sendiri merogoh kantong celananya dan menyetel perekam suara, lalu dimasukkan kedalam kantong celananya lagi dan berdiri.

''Apa maumu?'' Sinis Subaru dengan wajah tak suka. ''Aku cuma mengatakan jika dia tidak pantas menjadi seorang barista. Yah, aku mengakui skill-nya dan presentasinya. Kombinasi dan segalanya yang ia curahkan memang bagus, tapi sialnya, cita rasa kopimu itu tak memuaskan juri,'' ucap pria itu.

Tampangnya seperti pria serampangan yang bekerja di bar. Rambutnya gondrong dengan ujung surai hitamnya berwarna abu - abu. Telinganya ditindik. Subaru menggeram marah, tapi Seiya menghalangi Subaru dan beralih dia maju menghadap pria itu.

''Apa kau punya masalah denganku?'' Tanya Seiya monoton. ''Tidak. Aku hanya tidak suka kompetitor pemula yang sok hebat sepertimu bisa berada disini. Ini tempat untuk bersaing dan adu kecakapan sebagai barista. Kau tak pantas berada disini,'' ucap pria itu.

''Maksudmu ... karena aku cewek SMA, aku tidak pantas bersaing dengan para senior yang terus gagal kompetisi sepertimu?'' Ucap Seiya menghujat dengan wajah lugunya, membuat Subaru spontan menahan tawanya. Pria serampangan itu menggeram marah.

''Kau ini ...''

''Oh? Apa jangan - jangan, yang lain juga begitu? Makanya mereka menaruh sesendok garam ke dalam kopiku saat aku lengah. Wah ... jahat sekali ya. Apakah setakut itu mereka bersaing dengan pemula sepertiku?'' Itimidasi Seiya dengan seringai menjengkelkan. Sedetik kemudian, pria serampangan itu membentak murka.

''GARA - GARA KAU! SAINGANKU BERTAMBAH! AKU SUDAH SUSAH PAYAH MENYINGKIRKAN KOMPETITOR LAIN DENGAN SEGALA CARA SEPERTI TADI AGAR-- Umph!''

'Jackpot. Rupanya dia yang menaruh garam di kopiku. Akan kukirim ini ke Harubata- san agar bisa meminta keadilan' batin Seiya merencanakan niat jahat. Lewat perkataan pria serampangan itu yang keceplosan, Seiya punya senjata untuk melakukan pembelaan.

The Barista Girl (M.Osamu × Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang