Hyogo. 09.00
.
.
.
Usai sarapan, Seiya diajak mengobrol dengan Kusanagi. Sedangkan si kembar disuruh cuci piring. Awalnya Seiya ingin membantu, tapi dicegah oleh Sorahiko dan mendorong gadis itu mengobrol dengan suaminya.''Ayah rupanya sudah kenal Ayakashima- chan ya,'' celetuk Atsumu. ''Uhm. Dan aku tak menyangka Seiya punya bakat lain, yaitu bermain skate,'' timpal Osamu sambil meletakkan piring yang ia usap dengan kain lap ke dalam rak piring.
Usai menjalankan tugas dengan rukun dan tenang, mereka beranjak pergi dari dapur. Atsumu berniat untuk mandi dulu, dan Osamu mau ke kamar atasnya. Namun Osamu dipanggil sang ayah di ruang tamu.
''Osamu. Kemarilah,'' ucap sang ayah. Osamu segera mengambil tempat duduk di sebelah Seiya. Kusanagi menyunting senyuman penuh arti.
''Kau memilih pasangan yang tepat, Nak,'' ucap Kusanagi membuat Osamu mengeryitkan dahinya bingung. ''Maksudnya, yah?'' Tanya Osamu meminta penjelasan. Kusanagi bersandar di sofa single-nya dan mulai berbicara.
''Hubungan kalian membuatku kembali terjalin pada Keluarga Ayakashima. Walau sahabat sekaligus bosku telah tiada, dia meninggalkan putrinya yang membuatku kembali mengenang masa lalu. Aku tak masalah jika kalian menikah,'' ucap Kusanagi membuat sejoli itu merona.
''A-Ayah! Belum waktunya memikirkan hal itu!'' Pekik Osamu malu. Padahal saat pertama kali demen sama Seiya, Osamu sudah membayangkan kehidupan mereka seusai menikah.
''Ahaha! Tapi kau mau 'kan jika nikah dengan Seiya- kun? Aku tak masalah jika kau murtad dan menjadi orang Kristen. Dia itu dari keluarga terpandang lho,'' ucap Kusanagi tertawa. Osamu merenung sejenak. Selain perbedaan keyakinan, Osamu masih harus kuliah dan membuka usaha sendiri.
''Aku tak peduli dia dari keluarga terpandang atau semacam itu. Jika aku ingin menikah, setidaknya aku harus mapan, punya gelar sarjana atau sebagainya. Aku harus pantas terlebih dahulu, Ay-''
Drtttt .... Drtttt ....
''Aw ... aku lupa mengecilkan volumenya. Permisi, Kusanagi- san. Aku mau angkat telpon dulu,'' ucap Seiya lalu membawa telponnya di luar rumah si kembar.
''Moshi - moshi? Ha'i. Seiya desu''.
Wajah Seiya mengkerut tak suka usai mendengar lawan bicaranya lewat telepon. Tangannya terkepal kuat, menahan emosinya yang bergejolak.
''Aku paham. Tapi keretaku berangkat jam 10. Jika bisa menungguku sampai jam 1 siang, kau berhasil panjang umur,'' ucap Seiya lalu mematikan ponselnya. Dia mengambil napas agar emosinya menyurut. Dia kembali masuk ke dalam rumah tanpa menutup pintu. Dia terhenti kala mendengar percakapan bapak dan anak di ruang tamu.
''Tapi kenapa harus Seiya?''- Osamu.
''Mungkin itu karma Tuan Kitsumori. Aku tahu rencana tetua keluarga Seiya. Mereka pasti berencana untuk menjadikan Seiya suksesor perusahaan transit pelabuhan. Dan itu pernah terjadi pada Tuan Kitsumori. Namun bosku tak mau, dia memilih jalannya sendiri dan sukses dengan sendirinya. Sebab itulah aku mengaguminya''- Kusanagi.
Seiya mengepalkan tangannya. Rupanya Kusanagi sudah tahu rencana kakeknya semenjak ia cerita mau ke Yokohama. Dan paling kagetnya, itu semua karena ayahnya yang menolak menjadi suksesor perusahaan keluarga. Sehingga semua itu ditimpakan padanya.
Kenapa tidak pamannya saja? Dia 'kan masih anaknya kakek. Seiya tak tahu alasannya. Dia tetap memasang ekspresi biasa dan mulai menutup pintu. Dia mulai muncul dihadapan dua orang bermarga Miya itu.
''Oh? Sudah selesai ya?'' Basa - basi Kusanagi. Seiya mengangguk dengan senyuman tipis. ''Kereta saya akan datang 45 menit lagi. Saya mau pamit, Kusanagi- san,'' ucap Seiya sambil mengambil tasnya yang tergeletak di sofa sebelah Osamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Barista Girl (M.Osamu × Readers)
Fanfiction''Cintaku padanya seperti Kafein. Selalu membuatku candu''- Miya Osamu. Inilah kisah Osamu yang jatuh cinta pada si manajer cafe muda di Hyogo. Namun banyak rintangan dan saingan yang tak terduga, ditambah si barista punya hal tersembunyi dalam hidu...