Prolog

199 14 0
                                    

''Cintaku padanya seperti kafein. Selalu membuatku candu''
{Miya Osamu}

''Aku tak menyangka ada yang mencintaiku''
{Ayakashima Seiya}

~○~○~○~

Jenjang kakinya melangkah memasuki gerbang sekolah. Di musim semi ini, Ayakashima Seiya menginjak kelas 2 di SMA Inarizaki. Gadis itu tidak menarik perhatian, tampilannya biasa saja, rambutnya brunette sepanjang bahu. Dia juga bisa bersosialisasi walau tak punya teman.

''Kyaa!!! Atsumu- kun!!''

''Hari ini kau tetap tampan!!!''

Rutinitas sehari - harinya adalah mendengar teriakan fans fanatik Atsumu. Lagi - lagi dia sekelas dengan si buaya darat yang rambutnya disemir pirang itu. Dia sampai pongah dan bosan mendengar itu setiap masuk kelas.

''Ohayo, Ayakashima- chan,'' sapa Atsumu sambil mengedipkan sebelah matanya. ''Ohayo, Miya- san,'' jawab Seiya santai lalu melanjutkan membaca bukunya. Beruntung Seiya tidak sejajar dengan Atsumu. Jarak bangku mereka hanya bersinggungan dan berbeda deret.

Tak ada yang spesial di hari pertama masuk sekolah di musim semi ini. Pelajaran dan ekstrakulikuler berjalan seperti biasa. Ada yang langsung pulang begitu bel berbunyi tepat pada jam 3 sore, seperti Seiya.

Dia langsung pulang ke rumah yang ia beli dengan uangnya sendiri. Kakinya berhenti di sebuah cafe dan masuk ke dalam gang sempit di antara dua bangunan. Tangannya membuka pintu dan masuk ke dalam sana.

''Tadaima ... '' salam Seiya sambil melepas sepatunya. Dia mulai naik ke lantai atas cafe, mengganti seragamnya dengan kemeja hitam yang dilintingkan sampai seatas siku dan celana katun hitam. Rambutnya yang tergerai diikat cepol dan kacamata bacanya dilepas.

''Satte. Waktunya mengecek persediaan,'' guman Seiya. Sebelum membuka cafenya, Seiya mengecek persediaan cafe. Entah itu kopi, susu, bahan - bahan kue, sirup dan buah. Usai mengecek persediaan, barulah dia membuka toko sambil membersihkan cafe dan menyetel lagu jazz dan reggae dari berbagai bahasa.

Krincing!

''Irashaimase-- ara? Kau kesini lagi, Suna?''

Suna Rintarou, pelanggan setia All Cafe. Dialah yang membantu Seiya mempromosikan cafenya sekaligus orang yang lumayan akrab dengan Seiya. ''Ya. Seperti biasa, ya,'' ucap Suna memesan menu sambil duduk di bangku counter.

''Ha'i. Satu Caffelatte dingin akan datang,'' ucap Seiya lalu menaruh sapunya di belakang pintu dapur. Dia beralih membuatkan pesanan untuk Suna di meja bartender. Dia menuliskan nama Suna di botol pesanan yang berlabel simbol caffe. Kemudian ia membuat kopi sesuai yang Suna pesan.

''Harukawa- san dimana?'' Tanya Suna memulai obrolan. Dia bertanya dimana pegawainya Seiya. ''Dia belum datang. Katanya agak terlambat karena ada bimbingan dari dosennya,'' jawab Seiya. Suna hanya ber'oh' sebagai tanggapan.

''Na, Seiya. Kenapa mendiang orang tuamu menamaimu dengan nama laki - laki? Memanggil namamu membuatku ingat game Saint Seiya,'' celetuk Suna sambil berpangku dagu di meja.

''Entahlah. Aku juga tidak tahu,'' ucap Seiya lalu menutup kopi dingin yang ia tuang dalam gelas plastik daur ulang. Kemudian ia mengambil sedotan kertas yang masih bersih dan diberikan pada Suna.

The Barista Girl (M.Osamu × Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang